Judul : Snow
Tebal buku : 731 halaman
Pengarang : Orhan Pamuk
Penerbit : Serambi
Tahun : 2008
Kisah warga Kars ini dimulai dengan kedatangan Ka di kota sunyi itu ketika gerilyawan Kurdi sedang membangun kekuatannya, sbg penduduk asli dan mantan tahanan politik, yang sudah meninggalkan kota ini selama 12 tahun dan menikmati budaya liberal di Jerman. Profesi Ka adalah wartawan sekaligus sastrawan puisi. Keahlian sebagai seorang sastrawan puisi ini sudah sangat dikenal di kota kecil ini, Kars. Alasan utama Ka untuk pulang ke Kars adalah menghadiri pemakaman ibunya, yang kemudian berkembang untuk melakukan investigasi atas banyaknya korban bunuh diri warga perempuan Kars, dan mengejar kisah asmara lama sebagai latar-belakang konflik cerita utama tentang tiga kelompok besar yang sedang membangun kekuasaan, konservatisme, sekularisme dan militerisme. Kekecewaan para siswi muslim, sebgai wakil kaum konservatif, yang tidak diijinkan menggunakan kerudung di sekolah membuahkan frustrasi sosial, ditunjukkan dengan meningkatnya feomena bunuh diri. Di lain pihak, kaum sekular memprovokasi masyarakat dengan cara membakar kerudung sebagai isu sentral pada pementasan teater liberal.
Membaca buku ini sejak halaman pertama, serasa dikepung kegetiran akut, sepi, dingin, redup dan sewenang-wenang. Kejadian bisa berubah tanpa alur linear dan ketidak-laziman cerita bisa terjadi kapan saja. Misalnya, penulis bisa menceritakan kekhusukan seorang gadis yang mau sholat hingga menuju ke tali gantungan dengan kesadaran diri yang tinggi; atau cerita guru yang ditembak di restoran ketika para tamu sedang makan siang, diawali dengan komunikasi yang panjang-lebar antara si eksekutor dan si korban. Absurd.
Ka mewakili sikap individu peragu yang mencoba mencari tahu akan ideologi Islam radikal, komunis dan sekular. Keinginan utk mendapatkan hasil maksimal dgn cara berkolaborasi dgn tiga kelompok yang berbeda, berbuahkan kegagalan. Pesan tersirat dr buku ini adalah ‘Kegamangan Islam menghadapi perkembangan jaman yang cenderung liberalistik’. Isu ini masih merupakan isu sentral saat ini di Turki.
Dari sisi penulisan, Snow relatif lebih cair mengalir dibanding dengan karya Pamuk sebelumnya My Name Is Red, yang berat untuk dibaca. Buku ini diterbitkan partama kali di Turki pada tahun 2002, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris 2004.
Tinggalkan Balasan