Keluar kamar di ketinggian 1900 m, 9 Sep jam 3:30 waktu setempat, dua jam lebih awal daripada waktu Surabaya, perjalanan menuju Lebaran ke Kediri dimulai.. Butuh lima jam perjalanan darat menuju bandara atau tiga jam lebih lama karena kondisi keamanan yang masih dianggap belum bagus. Jam 4:30 sore pesawat MD-82 berwarna putih mulai angkat jangkar, alias terbang menuju Surabaya mampir 20′ di Makassar, tepat saat buka puasa.
Muka cemberut karena capai, ngantuk n lapar, sedikit tersenyum ketika beli sandwich di warung donat ternama, di bandara Hasanuddin. Sambill tunggu pesanan selesai, basa-basi nanya waktu buka puasa “mbak, di sini Buka (puasa) jam berapa?”, dijawab “buka jam 6, tutup jam 10 pak”. Senyumku merekah … Salahku, terlalu berharap bahwa komunikasi berada dalam satu konteks yang sama, puasa.
Jam 18:30 wib pswt mendarat di Juanda, tiba-tiba seorang pria tinggi berwajah dari timur menarik tasku “biar saya yang bawakan tasnya pak”. “Hah, kok enak”, pikirku… Curiga muncul dalam benak.. “Dulu saya yg antar bapak sklg ke Yogya”, lanjutnya … Masya Allah, puasa baru saja selesai beberapa menit yang lalu, pikiran jahat sudah mulai mengganggu… Kelamaan berada di masyarakat penuh intrik dan tipu, membuatku curiga kepada orang asing..
Keluar dari Juanda, jalan cukup ramai dengan sepeda motor yg umumnya penuh dengan muatan, baik orang maupu barang, mudik sepertinya. Sampai di Jombang, jalanan ramai dengan sepeda motor saling silang berjalan pelan berrombongan, samibil membawa bendera dan memainkan suara motornya meraung-raung, mungkin bermaksud bergembira dalam takbir di malam lebaran. Kok bawa bendera ya ??? Sedikit berbeda dengan beberapa tahun yll, di Jombang gak lihat satupun rombongan dalam truk dengan pengeras suara sambil melantunkan takbir. Rindu suara itu .. Namun sayup2 masih terdengar takbir itu dari masjid2 yg terlewati..
Satu jam kemudian, sampailah aku di rumah yg sudah penuh dengan anak, istri, adik, kakak, keponakan dan tentu saja Ibu. Ramai dalam suasana lebaran yang memang sudah kita tunggu.. Juga karena semangat berlebaran inilah yang membuat perjalananku selama 20 jam dari lereng Carstensz menuju Kediri tidak tertidur sedikitpun… Allahu Akbar .. Takbir mengiringi tidur malamku …
Tinggalkan Balasan