Buku ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang budaya media shg dpt membantu memperkuat diri dari serbuan media dan budaya dominan.
Judul Buku: Budaya Media
Sub Judul: Cultural Studies, Identitas dan Politik: Antara Modern dan Postmodern
Penulis: Douglas Kellner
Tebal buku: 493 halaman:
Penerbit: Jalasutra
Tahun: 2010
Judul buku ini sudah ‘menjual’ sebetulnya karena dapat diharapkan membantu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kekinian dimana media, baik tulisan, gambar maupun suara, telah menjajah budaya yang ada. Tanpa terasa kita telah terperangkap bahkan terkooptasi oleh budaya ini.
Dari segi isi, buku ini bukanlah buku ringan sehingga sepertinya perlu pengantar dalam hal khusus tentang Budaya Media, Cultural Studies, dan Postmodernism. Artikel tentang para pemikir dari Mazhab Frankfurt akan sangat membantu untuk lebih dapat mengerti spirit isi buku ini. Sistematika penyajian cukup runtut, tetapi pembahasan seringkali terjadi pengulangan dalam bab yang sama.
Seperti pada umumnya karya terjemahan, buku inipun tak lepas dari kekurangan yang sama yaitu terjebak dalam pengalih-bahasaan yang kaku, tidak mengalir, dan seringkali lepas dari konteksnya.
Latarbelakang isi buku ini adalah bahwa kita seringkali menghabiskan banyak waktu untuk mendengarkan radio/musik, menonton televisi/bioskop, membaca majalah/koran, surfing internet, belanja dan budaya media lainnya. Maka, Budaya Media akhirnya mendominasi kehidupan sehari-hari yang selalu hadir, dan sering pula menggoda perhatian dan kegiatan kita, yang dapat dianggap melemahkan potensi kreatif manusia, sehingga dengan membaca buku ini diharapkan dapat belajar cara membaca, mengkritik, dan bertahan dari manipulasi media untuk membantu memperkuat diri dari media dan budaya dominan. Buku ini juga dimaksudkan penulisnya untuk mengeksplorasi sejumlah akibat pada masyarakat dan budaya yang dikuasai oleh budaya media, serta akan menyelami asal-usul dan cara budaya ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari kita secara mendalam.
Pada bab Pendahuluan, banyak introduksi tentang pengertian dan permasalahan Budaya Media (BM). Seperti BM adalah budaya citra, yang sering melibatkan penglihatan dan suara. BM juga adalah budaya industri, yang diorganisasi atas model produksi massa dan diproduksi untuk massa berdasarkan tipe dan aturan-aturan yang baku, sehingga merupakan bentuk budaya komersial dengan produk berupa komoditas yang menghasilkan laba untuk perusahaan-perusahaan raksasa dunia.
Kajian terhadap budaya populer dan berbasis media massa, telah secara luas dikenal sebagai Cultural Studies (CS), dan dalam buku ini disediakan beberapa model CS media kritis, multikultural, dan multiperspektif. Sebuah CS kritis, perduli dengan kemajuan proyek demokratis, mengkonseptualisasikan baik cara budaya media dapat menjadi hambatan besar demokratisasi masyarakat, maupun cara budaya media dapat menjadi sekutu, memajukan prinsip kebebasan dan demokrasi.
Penulis berkeyakinan bahwa teks-teks budaya media bukan sekedar alat sebuah ideologi dominan, bukan pula sekedar hiburan yang purni yang polos, namun mereka adalah artefak-artefak kompleks yang mengejawantahkan wacana-wacana sosial politik, yang analisis dan interpretasinya membutuhkan metoda pembacaan dan kritik yang mengutarakan kelekatan mereka dalam ekonomi politik, hubungan-hubungan sosial, serta lingkungan politik tempat mereka dihasilkan, disimulasikan dan diterima.
Dengan kata lain, memahami alasan-alasan artefak-artefak tertentu menjadi terkenal dapat memberi pencerahan terhadap lingkungan sosial tempat kemunculan dan perputaran mereka, dan karenanya memberikan wawasan tentang apa yang sedang terjadi dalam masyarakat dan budaya kontemporer.
Menurutnya, CS paling baik dikerjakan dalam konteks teori sosial kritis, dan Mazhab Frankfurt menyediakan berbagai perpspektif yang berguna untuk masyarakat kontemporer, meskipun ada berbagai koreksi dari CS Inggris. Inovasi-inovasi teoritis dalam teori postmodern Foucault, Baudrillard, Jameson juga banyak disampaikan dalam CS ini untuk menganalisis beberapa aspek menonjol masa kini, seperti masyarakat konsumen dan media.
Penulis juga memberikan pendidikan media kritis untuk mengembangkan berbagai konsep dan analisis yang akan memungkinkan pembaca membedah secara kritis beragam artefak budaya kontemporer media dan konsumen, dan membantunya menemukan berbagai makna dan dampak artefak-artefak tersebut terhadap budaya mereka, dan karenanya memberi individu kekuatan atas lingkungan budaya mereka.
Dalam hal sistematika penyajian, buku ini membagi isinya dalam tiga bagian besar yaitu Pendahuluan, Isi dan Kesimpulan. Bagian Isi sendiri terdiri dari tiga bagian besar, yang berturut-turut adalah bagian pertama tentang Teori dan Cultural Studies, bagian dua tentang Kritik Diagnostik dan Cultural Studies, serta bagian tiga tentang budaya media dan identitas. Pada bagian pertama berisi tiga bab yang secara berurutan membahas tentang berbagai pendekatan CS , Mazhab Frankfurt dan kritik CS Inggris serta keterkaitan CS Postmodern; di bagian kedua terdiri dari tiga bab yang membahas tentang film di era pemerintahan Reagen dan Bush, rap dan manipulasi informasi tentang perang Teluk; sedangkan di bagian tiga membahas tentang iklan dan identitas modern, citra dan pemikiran Baudrillard dan cyberpunk.
Pada bab Kesimpulan, penulis mengatakan bahwa sebagai pelarian dari penderitaan sosial, atau selingan dari berbagai kepedulian dan kemurungan kehidupan sehari-hari, orang berpaling pada budaya media untuk menghasilkan makna dan nilai dalam kehidupan mereka. Namun, menyerah untuk melakukan kritik dan perlawanan berarti menyerah pada gaya hidup yan memproduksi penderitaan dan kesedihan mendalam bagi orang-orang di seluruh dunia. Untuk itu, sangatlah penting bagi kita untuk dapat menangkap berbagai pesan ideologis dalam artefak budaya umum, dan membedakan antara ideologi hegemonik dan citra, wacana dan teks yang dapat menggulingkan ideologi dominan. Kesadaran media kritis dan kemampuan menggunakan Cultural Studies, dapat berperan sebagai bagian dari proses pencerahan sosial, yang melahirkan peran baru bagi publik dan intelektual kritis.