Judul: That Used To Be Us
Penulis: Thomas L. Friedman, Michael Mandelbaum
Tebal Buku: 380 halaman
Penerbit: Farrar, Straus and Giroux
Tahun: 2011
‘If you see something, say something’, adalah judul bab 1 pada Bagian 1 The Diagnosis, yang berisi maksud penulisan dan intisari buku ini. Kedua penulis beranggapan bahwa kondisi Amerika saat ini sedang mengalami penurunan secara perlahan. Berbagai komentar yang menunjukkan bukti kemajuan ekonomi dan ethos kerja Cina serta ketertinggalan AS banyak dikutip dalam bab ini. Ada empat gejala besar penurunan ini:
1. Menggunakan terminologi doktrin strategik ‘dogfight’, OODA (Observe, Orient, Decide, Act), Amerika saat ini sangat lambat menggunakan OODA sehingga mudah kalah dalam ‘dogfight’.
2. Dalam 20 tahun terakhir, AS telah gagal menyelesaikan banyak masalah besar yang semakin memburuk, seperti pendidikan, defisit/hutang, energi dan perubahan iklim.
3. AS kehilangan semangat nilai-nilai kebesaran pendiri bangsanya
4. AS belum bisa memperbaiki kekuatan dan semangatnya karena sistem politiknya yang lemah dan sistem nilainya telah tergerus.
Buku ini menjadi penting dan mendesak karena AS tidak lagi mempunyai cukup waktu dan sumber daya seperti duapuluh tahun yll, ketika budget defisit dan semua masalah besar sangat terkendali. Namun, investasi dalam bidang pendidikan, infrastruktur, RnD, juga keterbukaan pada imigran berpotensi dan perbaikan sistem ekonomi, sangat mendesak untuk ditindaklanjuti.
Berakhirnya Perang Dingin, memaksa AS untuk menghadapi empat tantangan besar yang akan menentukan masa depannya, yaitu:
1. Bagaimana beradaptasi dengan globalisasi
2. Bagaimana mengatur revolusi teknologi informasi
3. Bagaimana mensiasati defisit
4. Bagaimana mensiasati sekaligus antara kebutuhan energi yang terus meningkat dan ancaman perubahan iklim
Setiap tantangan harus dihadapi secara nasional, tidak cukup hanya oleh pemerintah saja, dan kesuksesan menghadapinya akan menentukan besaran dan bentuk pertumbuhan ekonomi.
Bagian 2 The Education Challenge
Bagian ini dibuka dengan bab ‘Up In The Air’, sebuah film tentang profesi pemecatan karyawan, yang dibintangi oleh George Clooney. Pesan dari film ini adalah ‘tidak seorangpun merasa aman’, bahkan sang ahlipun bisa tergantikan oleh teknologi. Konvergensi globalisasi dan teknologi bisa menggilas siapapun.
Merger antara Globalisasi dan Revolusi Teknologi Informasi telah merubah banyak hal, dan mampu menciptakan pasar dan realitas politik baru hanya dalam sekejap. Hal ini telah membentuk politik semakin transparan, dunia semakin terhubung (‘The Wold is Flat’, T. Friedman), diktator semakin terancam dan individual atau kelompok semakin berdaya.
Ketidakamanan pekerja AS hanya bisa diatasi dengan kemampuan berinovasi yang didukung oleh pendidikan yang lebih baik. Ekonomi yang sehat tidak hanya disebabkan oleh efisiensi dan produktifitas yang semakin tinggi, namun juga oleh berbagai inovasi. Saat ini AS sangat membutuhkan sebanyak mungkin pencipta dan penyedia jasa yang kreatif. Sebagian menemukan produk-produk baru, lainnya bisa memperbanyak pekerjan-pekerjaan sejenis. Dalam sektor jasa, mampu memberikan layanan jasa rutin dengan sentuhan ekstra personal atau dengan cara yang tidak biasa-biasa saja.
Peran pendidikan dalam era Globalisasi dan Revolusi Teknologi Informasi, menjadi posisi sentral dalam pandangan penulis, khususnya peningkatan kemampuan matematika, sains, membaca dan kreatifitas, perlu mendapatkan perhatian utama karena akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi sebagai kunci ketahanan nasional. Presiden Obama, “negara kita yang kurang pendidikan saat ini, akan tidak mampu berkompetisi di masa datang”.
Menurut penulis, AS masih belum sepenuhnya menyadari bahwa pendidikan adalah investasi untuk pertumbuhan nasional dan ketahanan nasional. Selama ini pendidikan masih dianggap sebagai isu lokal, bukan nasional, sementara saat ini sudah tidak penting lagi posisi tingkat kualitas pendidikan antar negara bagian AS, melainkan posisi tertinggi diantara negara-negara lain didunialah yang harus jadi target kualitas pendidikan.
Bagian 3, The War On Math and Physics
Dalam bagian ini, penulis banyak membahas tentang kondisi finansial AS dan pilihan-pilihan teknis ekonomi, antara pemotongan budget tahunan, penundaan/pembatalan berbagai program nasional, atau investasi cerdas untuk masa depan.
Menurutnya, penyebab defisit dan hutang yang tinggi adalah kombinasi antara resistensi Republikan untuk menaikkan pajak, dan resistensi Demokrat untuk memotong belanja negara, juga keterlibatan AS di perang Irak dan Afganistan, ditambah lagi dengan sistem finansialnya yang lemah hingga runtuhnya ekonomi AS pada 2008 yang lalu.
Opini David Stockman, di The New York Times, yang dikutip penulis, menyatakan bahwa Cina adalah ancaman terbesar, karena terus meningkatkan ekspor dan membanjiri AS dengan produk negerinya, juga karena terus memberikan pinjaman dalam jumlah besar dengan cara membeli Surat Berharga AS, yang berakibat menguatnya harga dollar terhadap Yuan, yang diharapkan dapat meningkatkan daya beli konsumen AS untuk terus membeli produk Cina. Strategi Cina dalam peningkatan industri ekspor ini tidak hanya untuk kepentingan pemenuhan semakin tingginya pencari kerja di negerinya, namun juga dalam upaya membuat ketergantungan terhadap produk industri Cina.
Masalah serius akan muncul bila Cina menghentikan pinjaman secara tiba-tiba, sehingga AS terpaksa harus memilih untuk melakukan :
1. Meningkatkan bunga kredit untuk menarik modal, yang berakibat turunnya aktifitas ekonomi, atau
2. Mencetak uang untuk menutup defisit, yang bisa berakibat inflasi, atau
3. Melakukan kombinasi kenaikan pajak dan pengurangan belanja.
Pilihan ke-3 sepertinya adalah yang paling optimal, meskipun tetap bukan pilihan yang nyaman. Yang juga merepotkan adalah, disaat AS terus berharap bahwa Cina tidak menyerang Taiwan, karena AS sudah berkomitmen untuk tetap melindungi Taiwan dari serbuan Cina, AS masih meminjam uang yang sangat besar dari Cina. Tersandera.
Bab 4 Political Failure
Tentang politik, pada bab ‘Shock Therapy’, penulis menawarkan penguatan partai ke-3 yang mendukung calon independen. Diharapkan dengan semakin membesarnya konstituen partai independen, yang walaupun sulit untuk menang di AS, setidaknya bisa mendesakkan tambahan agenda perubahan terhadap kedua partai besar, yang cenderung berperilaku seperti ‘supermarket’ yaitu menjual semua kebutuhan konsumen. Lebih tepatnya, partai independen bisa mencoba berperilaku sebagai ‘minoritas berkuasa’ yang mempunyai posisi tawar untuk diperebutkan terhadap kedua partai besar.
Pertanyaan akhir penulis bagi bangsa AS yang menarik adalah, “Apakah ini semua akan happy ending?”. Jawabnya adalah, “Bergantung pada bangsa AS itu sendiri, untuk menentukan apakah ini cerita fiksi atau non-fiksi”.
Bangsa AS menyadari sepenuhnya bahwa sebagai bagian dari ‘happy-ending’ adalah kepedulian bahwa ada sesuatu yang salah urus, yang diperlukan adanya perubahan, dan bangsa AS adalah agen perubahan itu sendiri. AS perlu untuk terus belajar keras, menyimpan lebih banyak, mengurangi belanja, investasi lebih bijak dan kembali pada nilai-nilai yang bisa membangun kejayaan seperti masa lalu.
Tinggalkan Balasan