Duduk diam di emperan mall,
berderet mobil mengantar-jemput pengunjungnya,
warna-warni, juga bermacam model pakaiannya
Tentu saja mahal semua yang dikenakannya
Paling tidak, .. terlihat mahal…
Indah dan wangi semuanya..
Sekat-sekat budaya banyak menghadang di ruang pikir
Lelah rasanya, terus berjalan menembus labirin sempit
Pemahaman etika dan kebenaran sosial seringkali menjadi masalah,
apalagi kultur lingkungan asal masih terlalu dominan
Berpikir kritis bukan landasan, kepalsuan menjadi idaman
Tercenung melintas polah tingkahnya,
sibuk bersolek mematut diri, mencoba keras membangun persepsi
Seolah nilai-diri linier dengan harga materi
Genit menyapa setiap mata
Jalan pelan berteman keangkuhan,
dagu diangkat tanpa menoleh .. ‘cool’ pikirnya…
‘tak peduli liyan’ adalah simbol kemapanan menurutnya.
Menafikan kawan apalagi lawan,
sikut kiri-kanan, intrik, fitnah adalah menang baginya,
dan ketulusan tampak naif untuknya
Inilah ‘power’ tepuk di dada,
macam politikus dadakan saja layaknya..
bangga tanpa setia, lupa diri aku siapa
Uang adalah tujuannya.
Betulkah tanpa pilihan untuknya?
Tinggalkan Balasan