Penulis: Myung Oak Kim dan Sam Jaffe
Edisi: Terjemahan
Tahun: 2013
Penerbit: Kompas Gramedia
Buku ini ditulis tahun 2009, cukup lengkap sebagai potret Korea (Korea Selatan) saat ini. Mulai dari sejarah budaya politik hingga pop, pembangunan infrastruktur, industri mobil, barang elektronik dan gadget, musik dan drama televisi berseri serta obsesi kedepannya berada ditingkat ke-5 industri hiburan dunia (sekarang ke-9), dapat ditangkap dengan jelas dengan membaca buku ini.
Gaya bahasa bercerita yang mengalir ringan dan kompilasi informasi permukaan yang tidak rumit, namun cukup bisa memberi gambaran awal tentang pesatnya pertumbuhan ekonomi Korea yang didukung semangat kesatuan, budaya dan ethos kerja bangsanya. Sebagai bukti kesetia-kawanan sosial yang tinggi, saat krisis ekonomi tahun 1997, rakyat Korea menyumbangkan 225 ton emas, bernilai 1,8 trilyun dollar ke pemerintah yg sebagian besar dipergunakan utk membayar hutang negara.
Resesi 1997 sungguh memukul ekonomi Korea dengan korban industri mobil Daewoo, bangkrut. Samsung yang sedang memasuki industri otomotif, divisi Samsung Motor, dan menginvestasikan lebih dari $10 juta, terpaksa harus menjual usahanya ke Renault untuk mempertahankan perusahaan induknya. IMF memperburuk ekonomi Korea dengan anjuran suku bunga tinggi. Tahun 1999 ekonomi Korea mulai bangkit lagi dengan angka pertumbuhan mencapai 0,9% setelah Stiglitz merekomendasikan suku bunga rendah. Ekspor dibidang teknologi informasi pada tahun 1998 kurang dari $20 milyar, namun tahun 2008 telah mencapai $100 milyar. Revolusi induatri mobilpun mulai bangkit lagi dan terkenal sebgai produk berkualitas tinggi.
Teknologi
Teknologi adalah obsesi nasional, yang bahkan sudah menjadi kritik sebagian bangsanya karena hampir-hampir menjadi agama baru. Ledakan teknologi ini dimulai sejak Korea merdeka dari Jepang. Presiden Korea, Park Chung-hee telah memanfaatkan betul pinjaman $5 milyar dan kerjasama dengan Jepang untuk meningkatkan kemampuan dan teknologi perusahaan Korea. Pada tahun 1963, presiden Park mencanangkan bahwa Korea akan menjadi pembuat mobil dan menjadi pemimpin ekonomi dunia.
Samsung dengan strategi bisnisnya “digital sashimi” dan LG dengan ‘Tear Down and Redesign’ (TDR), berhasil tampil sebagai industri elektronik kelas dunia. Masing-masing mendapat porsi satu bab tersendiri dari total 16 bab dalam buku ini. Kedua industri tersebut memang sedang menjadi andalan Korea saat ini khususnya dalam bidang elektronik, termasuk industri baja POSCO (Pahang Iron and Steel Cimpany) dan industri mobil Hyundai. Semuanya telah memiliki pabrik yang tersebar di dunia, kecuali satu yang gagal Daewoo.
Industri budaya pop seperti drama seri televisi dan musik mendapat perhatian khusus penulis dalam buku ini karena nilai ekspornya yang tinggi dan mendunia. Ekspor produk budaya Korea mencapai puncaknya pada tahu 2005, sebesar $2,2 milyar dan khusus untuk drama televisi mencapai $100 juta.
Industri Budaya
Drama seri televisi ‘Winter Sonata’ telah melambungkan budaya pop perfilman Korea ke tingkat dunia. Tayang ‘premium time’ di tv Korea pada tahun 2002 telah merenggut minat pecinta drama seri di negaranya. Setahun kemudian, pada 2003 telah merebut hati dan menjadi sensasi para penggemar drama tv di Jepang. Tak lama kemudian menjadi sihir di negara-negara produsen drama seri seperti China, Asia Tenggara, Amerika Latin dan beberapa negara Afrika. Bae Yong-joon, yang sangat dikenal sebagai mega bintang drama di dunia sebagai pemeran utama Winter Sonata, telah ditunjuk pemerintah Korea sebagai duta pariwisata negaranya pada tahun 2008. Bahkan pemujanya di Jepang telah memberinya panggilan khusus untuknya, ‘Yonsama’. ‘Yon’ adalah bagian dari namanya dan ‘Sama’ adalah gelar kehornatan yang biasa ditujukan untuk keluarga raja.
Begitu kuatnya sihir ‘winter sonata’ sehingga pemerintah Korea merasa perlu untuk mengabadikannya sebagai obyek wisata budaya dengan cara menjajakan lokasi-lokasi pengambilan gambarnya, yang ternyata sungguh laris menarik wisatawan. Tak jarang paket wisata ke Korea selalu mengikut-sertakan objek ‘winter sonata’ sebagai bagian tujuan wisatawan.
K-Pop sebagai bagian budaya pop musik telah memasuki industri budaya yang merambah dan menular ke negara-negara Asia Tenggara dan Jepang. Boa, penyanyi Korea berusia 13 tahun, yang banyak disetarakan dengan Britney Spears ini telah menduduki tangga teratas musik pop di Jepang tahun 2002 dan telah meluncurkan album pertamanya di AS pada tahun 2009. Album-album popnyapun mengalami sukses besar. Seperti halnya Boa, Rain, yang disejajarkan dengan Justin Timberlake, juga turut menangguk banjir rejeki di era K-Pop sebagai penyanyi pria ternama Korea.
Energi
GDP Korea sebesar $1,25 trilyun tahun 2009, dengan suku bunga dan inflasi rendah tidak mungkin tercapai tanpa tersedianya minyak bumi berharga rendah. Hingga saat ini Korea masih mengimpor 97% bahan bakarnya. Sangat berresiko terhadap fluktuasi harga komoditas. Penulis buku ini berpendapat bahwa kebijakan energi yang tidak bergantung pada bahan bakar fosil seperti angin, matahari dan mobil listrik akan sangat membantu dalam banyak hal.
Tantangan Kedepan
Hal yang perlu mendapat perhatian khusus untuk keberlangsungan pertumbuhan ekonomi Korea adalah:
- Menyelesaikan masalah ketergantungan pada bahan baku minyak bumi
- Kurangnya penangan masalah lingkungan
- Perencanaan yang terlalu terpusat
- Keresahan sosial politik
Penutup
Korea perlu mempertahankan nilai-nilai dasar yang mereka miliki, disiplin, pengorbanan kelompok dan kerja keras. Kerja-keras dan semangat kesatuan memang telah menjadi tulang punggung kemajuan ekonomi Korea sejak tahun 1960-an, dan telah menghasilkan pendapatan per kapita sebesar $20.000 tahun 2009, dan akan mencapai $30.000 pada tahun 2017 menurut perkiraan telivisi Arirang 2013 yang lalu.
Sebagai modal awal untuk mengenal Korea, buku ini sangat dianjurkan untuk dibaca.
Sepertinya buku yang bagus, maklum aku pecinta kpop. Hehehehe
Betul, layak baca mbak.