Buku ini berisi informasi tentang fracking dan sejarahnya mulai dari akuisisi ‘mineral right’ dengan cara menyewa properti di permukaan tanah dari para pemilik lahan/rumah, metoda sederhana produksi minyak, teknologi fracking yang mengubah dunia, kebijakan energi hingga dampak lingkungan yang diakibatkannya. Perusahaan minyak Mitchell Energy, Chesapeake, Devon International dan George Mitchell, McLandon, Larry Nichols sebagai pengusaha minyak yang sukses dengan metode fracking ini, menjadi pusat cerita. Tahapan dan kelengkapan proses fracking juga dijelaskan cukup rinci dari kacamata seorang jounalis, Russel Gold ini.
Pada awal 2000an, target penelitian Russel adalah perusahaan migas kecil-menengah, tidak menjual bbm atau mengoperasikan kilang minyak, dan hanya beroperasi di AS, yang jauh dibawah kelas Chevron atau BP yang kaya dan mempunyai kemampuan teknis canggih dan bermain migas Timur Tengah, atau laut dalam di wilayah pantai Afrika. Namun demikian, perusahaan2 migas ini pada awal abad 21 justru mengejutkan dunia dengan suksesnya menggunakan metoda baru dalam menghasilkan gas yang berasal dari batuan padat berpermeabilitas kecil, shale, di kedalaman.
Tahun 1940an M. King Hubbert yg dikenal sebagai bapak teori ‘Peak Oil’ berpendapat bahwa karena cadangan minyak dunia terbatas, sehingga bila produksi terus meningkat maka akan smpai pada puncaknya dan setelahnya akan menurun lagi. Untuk menunda ‘Hubbert’s Peak’ ini perlu ada upaya rekayasa baru, dan fracking adalah jawabannya.
Revolusi shale gas/oil ini telah mengubah AS melalui teknik fracking yang menghasilkan begitu besar produksi minyak dan gas. Hal ini menyebabkan AS berkelimpahan energi yang membantu lahirnya kembali industrialisasi dan mempermudah lepasnya ketergantungan energi dari luar. Akses terhadap energi ini membutuhkan ribuan lubang bor baru yang masing-masing dilakukan fracking dengan membanjiri air yang cukup untuk mengisi beberapa kolam renang berskala olimpiade dan ratusan gallon larutan kimia. Ini juga berarti mengubah beberapa kota kecil menjadi area industri, lengkap dengan lalu-lalangnya truk-truk container besar, polusi udara, rusaknya lingkungan dan ketakutan atas kualitas air yang rentan terhadap pencemaran.
Berkat metoda fracking, AS telah menghasilkan gas jauh lebih banyak dari sebelumnya. Dengan metoda dan teknologi yang sama untuk menghasilkan gas, fracking juga digunakan untuk memproduksi minyak dari batuan shale. Pada musim semi 2013, AS sudah memproduksi minyak mentah 7.5 juta barrel per hari, jumlah yang tidak terlihat lagi sejak 1990. North Dakota, lokasi Bakken shale adalah lapangan minyak terbesar di AS yang baru ditemukan dalam beberapa dekade ini, dan telah menghasilkan 875.000 barrel per hari, yang lima tahun sebelumnya hanya menghasilkan 150.000 barrel per hari.
Puluhan tahun sebelumnya, AS selalu impor minyak jutaan barrel per hari, dan sekarang menurun tajam dan cenderung terbebas dari ketergantungan impor dari Timur Tengah dan Afrika, ‘energy independent’. Diperkirakan, pada tahun 2020 AS bisa menjadi penghasil minyak terbesar dunia, diperkirakan 11,1 juta barrel per hari, melampaui Arab Saudi.
Chesapeake Energy
Pada awalnya, Chesapeake Energy adalah perusahaan migas kecil yang bermaksud drilling dan memproduksi gas di bawah lahan seluas 102 acre di North Pennsylvania. Penawaran sewa lahan $400.000 bayar di depan merupakan hal menarik bagi penduduk setempat.
Pada masa jayanya, Chesapeake yang dipimpin oleh McLendon mampu melakukan drilling dalam jumlah besar, bahkan melampaui perusahaan migas manapun di dunia. Pada tahun 2004, Chesapeake termasuk dalam 8 besar perusahaan pemboran di AS, satu tahun kemudian masuk 4 besar. Dan satu tahun lagi sudah menjadi yang terbesar, dan ini berlangsung dalam beberapa tahun. Antara tahun 2004 hingga 2011, Chesapeake telah melakukan pemboran terbanyak dibanding perusahaan manapun di dunia. Hampir tiap hari 4 mata bor Chesapeake mulai menembus batuan di setiap lubang bor barunya.
Pada tahun 2012, anggaran Chesapeake mencapai $20 milyar, drilling lebih dari 1.000 lubang bor per tahun dan melakukan fracking pada setiap lubangnya. Minyak dan gas telah diproduksinya dari batuan shale (serpih) dengan metode fracking ini, yang menurut pemiliknya hanya perlu memasukkan banyak air bertekanan tinggi ke dalam lubang pemboran, meskipun kenyataannya cara fracking ini jauh lebih rumit.
McLendon sangat agresif dalam memimpin Chasepeake. Hanya dalam 8 tahun sejak sumur pertamanya, Chesapeake sudah menyewa 3.500 acre lahan di Northern Texas, yang melibatkan 260.000 transaksi, untuk mendapatkan asset (mineral rights) formasi Barnett di bawahnya.
Kwartal pertama 2012, Chesapeake telah mengalami cash-flow negatif sebesar $ 4,1 milyar. Selama 8 tahun beroperasi, telah membelanjakan lebih dari $30 milyar untuk keperluan sewa lahan dan pemboran.
Kekuatan utama McLendon pada akhirnya justru menjadi kelemahannya. Dia sangat bagus dalam hal mendapatkan modal untuk membentuk perusahaan besar yang sukses, hingga semakin sulit untuk merubah arah ketika krisis finansial 2008 terjadi di AS. Dan kemampuannya untuk memperoleh milyaran dollar (bukan untuk Chesapeake, tapi untuk keperluan sumur-sumur pribadinya) telah menjerumuskan dirinya bahkan hingga hengkangnya dari Chesapeake. Tanggal 1 April 2013, McLendon meninggalkan Chesapeake. Terminated.
Sukses Mitchell Energy dengan Fracking
Tahun 1951, di sumur DJ Hughes #1, Wise County, Mitchell berhasil menemukan gas, juga di sepuluh lubang bor lainnya, menggunakan metode fracking di batuan pasir yang dangkal, bukan formasi Barnett shale (jauh di bawahnya) yang ketat dengan cara menembakkan larutan gel hingga membentuk banyak rekahan yang terhubung ke rekahan-rekahan yang sudah ada. Mitchell Energy dianggap sukses besar (discovery) selama bertahun-tahun sejak mengalirkan gas dari cebakan batuan pasir ke permukaan tersebut. Namun sebetulnya, batuan sumber terdapatnya gas di batuan pasir di atas berada di paisan yang lebih dalam, yaitu di formasi Barnett shale yang saat itu masih belum ditemukan metode yang tepat untuk mampu mengekstraksinya.
Dengan rangsangan pemerintah AS pada tahun 1978 bahwa gas yang berasal dari reservoir ‘unconventional’ akan dibeli pemerintah dengan harga lebih tinggi, juga informasi cadangan gas yang sangat besar (mungkin mencapai trilyunan cubic feet), maka Mitchell gencar melakukan pemboran ke dalam formasi Barnett shale dengan metoda fracking yang berbeda-beda untuk mendapatkan cara produksi gas unconventional yang paling ekonomis.
Tahun 1980an, Mitchell Energy & Development, salah satu perusahaan migas besar di Houston, mempunyai ladang gas di sekitar Fort Worth. Para geologistnya sering kali menemukan keberadaan gas yang cukup signifikan yang ditunjukkan oleh data komputer setiap kali menembus batuan shale, ketika mencari cebakan migas. Tidak diragukan adanya bahan bakar fossil yang terjebak dalam batuan shale tersebut. Sumur-sumur dalam Mitchell dapat mencapai cebakan gas tersebut, namun para insinyurnya tak cukup mempunyai peralatan atau keahlian untuk dapat memproduksinya.
Tahun 1982, Mitchel Energy melakukan pemboran di sumur CW Slay#1 dengan sasaran cebakan gas yang terperangkap dalam formasi batuan shale Barnett, yang tebal dan meluas (5000 mill persegi) dari Dalas ke arah barat dan selatan. Meskipun Mitchell pernah melakukan fracking sebelumnya, namun baru saat itu dilakukan terhadap batuan shale. Cukup sukses, namun kurang memuaskan dan masih mahal. Menjanjikan.
Hingga 1990an, Mitchell (berusia 80 tahun) mencoba melakukan fracking beberapa sumur setiap tahunnya dengan sasaran Barnett shale menggunakan laruran gelatin pada awalnya, lalu diganti dengan air berlimpah dan bertekanan tinggi. Ini adalah awal mula revolusi produksi shale gas.
Berbagai jenis fluida telah dicoba, seperti campuran minyak mentah dengan air yang membentuk emulsi gel yang disebut ‘Super K-Frac’, atau 1,5 juta kubik feet nitrogen, atau air dengan buih CO2, dll. Lalu ukuran rekahanpun juga dicoba berbeda-beda. Namun tetap belum memuaskan walaupun 14 pemboran telah dilakukan, termasuk dengan menggunakan campuran pasir dan air dalam jumlah yang sangat besar, 4-5 kali dari jumlah sebelumnya. Namun justru pasir menutup lubang perforasi, “screen out”.
Kisah sukses Mitchell, akhirnya ditentukan oleh Steinsberger sebagai ahli perminyakan pada tahun 1998, yang mendapat kesempatan melakukan 4 pemboran shale dengan berbagai cara fracking. Pada bor ke 5 di sumur SH Griffin #4, gas berhasil diproduksi dalam jumlah besar, 1,3 juta cubic feet per hari. Fluida yang digunakan adalah campuran 2 truk pasir, air 20 truk tangki, lebih dari 12 truk pompa bertenaga maksimal untuk mendorong fluida ke dalam batuan dan beberapa truk bahan kimia, termasuk di dalamnya adalah bahan pelicin sehingga air tidak memggerus pipa, juga biosid untuk membunuh organisme pengganggu fluida yang mungkin ada dalam perjalannya sejauh lebih dari 2 mile dari permukaan tanah hingga ujung lubang bor.
Setelah semua preparasi lengkap dan siap untuk melakukan fracking, maka lebih dari 1 juta gallon air disemburkan ke dalam lubang bor dengan tekanan tinggi. Rekahan mulai terbentuk dan air terus berusaha membobol setiap sekat pori batuan shale, tekanan turun dan kembali naik lagi. Setelah 1 jam, pasir mulai dimasukkan kedalam campuran fluida dan 5 jam kemudian tekanan akan naik dan turun lagi seiring masuknya fluida ke dalam rekahan batuan. Gas dalam sumur akan tertekan oleh kolom air setinggi 8.000 feet. Beberapa hari kemudian monitor komputer dalam kabin van menunjukkan tekanan terus turun seiring dengan keluarnya air yang dialirkan ke dalam banyak tangki. Air keluar mulai menunjukkan gelembung-gelembung gas. Akhirnya, 5 hari lewat dan setelah hampir semua air telah dikeluarkan, gas mulai mengalir keluar. Sumur telah terhubung dengan pipa dan dilakukan pengukuran. Sukses besar.
Gas dari hasil Fracking menggunakan gel pada umumnya akan mati setelah 1-2 minggu. Namun dengan metoda di atas ternyata mampu terus mengalirkan gas. Gel memang dapat membantu merekahkan batuan shale tapi justru menyebabkan tersumbatnya rekahan hingga mencegah mengalirnya molekul gas keluar dari pori-pori batuan pada akhirnya. Bila sebuah sumur mampu mengalirkan gas sebesar 70 juta – 80 juta cubic feet pada 90 hari pertama, maka sumur tersebut masuk dalam kategori sumur ‘A’. Sumur SH Griffin #4 di atas, menghasilkan 1,3 juta cubic feet di hari pertama dalam periode 90 jari pertamanya. Dan masih mengeluarkan gas hingga 14 tahun kemudian (saat buku ini ditulis), total 2,3 milyar cubic feet. Ini kesuksesan ahli perminyakan Michell Energy, Nick Steinsberger.
Sejak kesuksesan sumur SH Griffin, lebih dari 100.000 sumur dilakukan fracking di AS (halaman 122). Semuanya dilakukan dengan metoda yang sama dengan sumur SH Griffin. Saat ini bahkan tidak lagi menggunakan 1, 2 juta gallon air, melainkan 5 kali lebih banyak. Juga, berbeda dengan era Steinsberger, saat ini fracking tidak lagi dilakukan dengan hanya pemboran lurus vertikal, namun dilanjutkan dengan arah horizontal hingga lebih dari 2 mile menembus batuan sumber gas dan/atau minyak yang ketat.
Steinsberger telah membuktikan bahwa air bisa dipergunakan untuk membuat rekahan batuan shale, dan tidak hanya lebih murah daripada menggunakan gel, namun juga lebih baik.
Devon International
Krisis finansial telah menyeret harga minyak dunia merosot berakibat anjloknya harga saham Mitchell Energy dari $35 ke $10. Akhirnya, 14 Agustus 2001, Mitchell Energy dijual oleh pemiliknya, George Mitchell ke Devon Energy (Larry Nichols).
Devon mencoba pemboran horizontal menembus batuan shale dalam formasi Barnett yang berada di atas formasi Ellenberger, yang mengandung air asin (salty water). Sedikit berbeda dengan target fracking Mitchell Energy, walaupun formasi yang sama, yaitu Barnett shale, namun berada di atas lapisan batuan limestone. Sehingga kesalahan pemboran sedikit saja hingga menembus formasi Ellenberger, akan berakibat gagalnya proses fracking karena sumur akan dipenuhi dengan air asin. Namun bila Devon berhasil melakukannya di area ex Mitchell ini, maka akan menghasilkan gas 3 – 4 kali lipat besarnya.
Pada tahun 2002, masih sangat jarang dilakukan pemboran horizontal semacam ini. Hanya satu sumur horizontal dari empat belas sumur pemboran di AS dan Canada (saat ini sudah 1 dari 6 -10 sumur adalah horizontal).
Sumur pertama adalah Veale Ranch #1H. Menggunakan 1,2 juta gallon air dan menghasilkan gas tidak jauh beda dengan sumur vertical. Berikutnya Graham Shoop #6 menggunakan air dua kali lipat lebih banyak dari sumur Veale dan menghasilkan gas 7 kali lipat lebih banyak. Sukses besar.
Menurut Devon, telah dilakukan pemboran sebanyak 1.043 sumur di Barnett shale, namun masih cukup ruang untuk menambah 5.000 lagi pemboran.
Mitchell Energy, dengan ahli perminyakannya Nick Steinsberger, menemukan penggunaan bahan kimia sebagai campuran fluida untuk merekahkan batuan shale. Devon adalah yang pertama bersedia melakukan ratusan pemboran horizontal ke dalam batuan shale sehingga menghasilkan gas dalam jumlah yang sangat besar di sumur bornya. McLendon bersama Chesapeake memang bukanlah jawara dalam hal teknologi ekstraksi gas dan minyak dari batuan shale, namun sukses dalam hal pmbiayaan fracking melalui Wall Street untuk mendapatkan modal kerjanya.
Sejarah Singkat Geologi Amerika
Hampir semua benua di dunia ini selalu mempunyai pegunungan yang memanjang di tengahnya dengan dataran pantai yang luas di kedua sisinya, namun Amerika Utara berbeda. Enam puluh juta yang lalu, tabrakan lempeng tektonik telah membentuk Rocky Mountains di sebelah barat, dan Appalachian Mountains di timur, dan di antaranya adalah samudera dangkal yang disebut sebagai dataran laut mid-Cretaceous yang saat ini dikenal sebagai daerah Great Plains, Texas bahkan mencapai Pennsylvania.
Terbentuknya minyak dan gas
Zooplankton dan organisme laut kecil lainnya hidup di dalamnya, mendapatkan makanan dari sinar matahari dan nutrisi laut yang kaya. Ketika mati, biota laut tersebut akan mengendap di dasar laut. Di dalam lingkungan laut berjuta-juta lamanya, sisa-sisa kehidupan biota laut tersebut akan menumpuk sebagai lapisan tebal material organik. Akhirnya, beban endapan batuan sedimen yang tebal di atasnya akan menyebabkan peningkatan tekanan dan menghasilkan panas tinggi. Lapisan material organik secara perlahan akan terpanggang dan berubah menjadi gas dan minyak.
Batuan shale (serpih) banyak terbentuk di berbagai belahan dunia sebagai cebakan penghasil bahan bakar fossil, namun tidak semua shale mempunyai sifat atau sejarah pembentukan yang sama. Di China yang banyak sekali hutan dan sisa pepohonan sebagai bahan organik primer menyebabkan shale yang terbentuk akan diselingi batuan lanauan (silty). Di Amerika Utara kondisi geologinya memungkinkan terbentuknya lapisan shale yang luas sebagai batuan perangkap gas, sehingga menarik minat Chesapeake. Bisa dikatakan bahwa dari 100 lubang bor, akan ditemukan 99 cadangan gas yang terperangkap dalam batuan shale.
Di akhir perioda Cretaceous, air laut menyusut dan benua Amerika Utara mengering. Di bawah permukaan adalah lapisan sumber gas, batuan shale. Pada tahun 1980an para ahli perminyakan Mitchell Energy tertarik pada formasi batuan Barnett Shale di Texas. Pertengahan tahun 2012, sudah lebih dari 15.000 pemboran dengan target formasi Barnett Shale, hampir semuanya di daerah dekat Fort Worth.
Setelah berjuta-juta tahun batuan shale ini menerima tekanan dan temperatur tertentu, maka sisa-sisa organisme yang terperangkap di dalamnya akan berubah menjadi trilyunan kaki kubik gas alam. Chesapeake bermaksud mengekstraksi gas tersebut dan menjualnya untuk keperluan perumahan dan pembangkit listrik.
Proses fracking
Russell begitu fasih menceritakan kesibukan set up rig, yang dibawa oleh puluhan trailer. Mesin-mesin diletakkan rapi teratur sesuai proses penggunaannya, meskipun terlihat berdesak-desakan memenuhui ruang parkir. Trailer pembawa lebih dari satu juta gallon air, trailer ‘flat beds’ pembawa bahan kimia, juga trailer raksasa pembawa lebih dari 200 ton pasir termasuk juga truk pembawa berbagai pipa, pompa dan sambungan ban berjalan menuju ‘hopper’; terpasang teratur sesuai prosedur kerja.
Sebuah bola hitam yang berat berukuran diameter kurang dari 1 inch dimasukkan ke dalam lubang bor, meluncur menuju dasar lubang bersama larutan gel. Ketika mendekati dasar sumur, Bola kecil yang didorong oleh larutan bertekanan tersebut secara mekanis akan masuk ke dalam sekat dan membuka lubang-lubang kecil. Larutan air bertekan tinggi akan menembus dan mulai merekahkan batuan shale Bakken yang kaya akan minyak di dalamnya. Proses fracking ini umumnya dilakukan berurutan hingga 30 kali dalam 24 jam. Sumur akan dibuka dua hari kemudian dan air yang pertama-tama akan keluar, baru kemudian minyak bercampur air akan menyusul.
Yang terpenting dari proses fracking adalah jutaan gallon larutan yang dipompakan menggunakan kompressor ke dalam lubang bor dengan tekanan hingga 7000 – 8000 psi. Hampir semua komposisinya adalah air, seperti gelatine (gel). Air diubah menjadi larutan yang kental sehingga mampu membawa pasir masuk ke dalam rekahan-rekahan baru. Dengan kondisi bawah tanah yang bertemperatur tinggi, gelatine akan mencair dan mengendapkan pasir di dalam rongga rekahan dan berfungsi seperti ‘penyangga’ dalam terowongan sehingga dapat mengalirkan minyak ke dalam pipa dan naik kepermukaan tanah. Air akan keluar dari batuan shale dan kembali ke permukaan.
Pada awalnya, tumbuhan kacang-kacangan ‘guar’, yang berasal dari India, digunakan sebagai bahan untuk membuat gel atau larutan kental untuk keperluan fracking. Lalu, Halliburton mulai membuat sintetis alternatif guar sehingga tidak terjadi kesulitan pasokan saat musim hujan di India. Komposisi larutan fracking terdiri dari 99,1% air dan guar, sisanya adalah bahan kimia yang beraroma menyengat manis sakarin. Bahan kimia tersebut termasuk di dalamnya adalah biosida, untuk membasmi mikroba sehingga tidak memakan gel itu sendiri. Juga, surfaktan untuk membuat larutan menjadi licin sehingga tidak menyebabkan gesekan yang tajam ketika dialirkan ke dasar sumur. Meskipun konsentrasi bahan kimia relatif kecil, namun mengingat jumlah larutan sangat banyak maka jumlah total bahan kimiapun menjadi besar juga. Pencampuran bahan-bahan pembentuk larutan fracking ini dilakukan di lokasi pemboran, sebelum dimasukkan kedalam sumur.
Bapak fracking dunia sebenarnya adalah Edward A.L. Roberts, yang datang di Titusville, Pensnsylvania 1860an dan wafat 1881. Dia orang terkaya saat itu karena mempunyai hak paten membuat peledakan untuk fracking batuan di dasar sumur bor. Saat itu memang tidqk diaebut sebagai fracking, namun intinya adalah sama yaitu merekahkan, meledakkan, melelehkan batuan cebakan minyak; sehingga tahun 1970an sangat familiar dikalangan para insinyur perminyakan bahwa bila terjadi kegagalan eksploitasi minyak maka langkah akhir adalah ‘frack it’.
Pada tahun 1866, hak paten Robert menyatakan bahwa dia bermaksud untuk merekahkan batuan berisi minyak di sekitar lubang bor, seperti membuat lapisan (seam) artifisial yang terhubung dengan lubang bor sehingga dapat mengalirkan minyak ke dalam lubang bor. Awal suksesnya dimulai di lubang bor berjarak setengah mile di sebelah utara dari lubang penemuan (discovery) Edwin L. Drake (1859), Oil Creek. Robert meletakkan bahan peledak di kedalaman 463 feet dan meledakkannya. Ledakan mengakibatkan minyak dan air menyembur dari mulut lubang bor hingga 39 feet ke udara dengan dentuman keras. Tak lama sesudahnya, minyak mengalir keluar dengan debit yang belum pernah terjadi sebelumnya. Melimpah.
Sukses Robert berlanjut di akhir 1866 ketika meledakkan di sekitar sumur Woodin. Ledakan pertama menghasilkan 20 barrel per hari (bph), dilanjutkan peledakan ulang kedua dan menghasilkan 80 bph. Dalam tiga tahun kemudian, ini merupakan cerita kesuksesan besar dalam meningkatkan produksi minyak dari ratusan sumur bor yang memperkaya para pemilik sumur dan belum pernah terjadi sebelumnya, kecuali oleh Roberts Torpedo.
Tahun 1948, Bob Fast dan Floyd Farris melakukan percobaan fracking menggunakan semen dan air bertekanan tinggi. Gagal, karena rekahan dalam batuan shale yang terbentuk segera menutup lagi ketika air kembali keluar. Ide menggunakan campuran pasir, minyak mentah dan sabun (aluminium soap) sebagai larutan fracking kemudian dicoba di lubang bor East Texas yang sebelumnya hanya menghasilkan kurang dari satu bph. Larutan dipompa ke dalam sumur bor dan didiamkan selama 48 jam. Sabun akan mengangkat minyak yang menempel pada pori-pori butir batuan dan terus mengalir keluar sumur sebesar 50 bph. Sukses, dan formula fracking ini dipatenkan Farris pada tahun 1948, untuk meningkatkan produksi migas dengan cara mengalirkan larutan bertekanan tinggi (3400 psi) tersebut melalui lubang bor horizontal ke dalam formasi cebakan minyak. Lisensi eksklusif dikeluarkan untuk HOWCO, Halliburton Oil Well Cementing Company. Tahun 1955, sudah lebih dari 100.000 sumur bor dilakukan fracking.
Tahun 1956, penelitian supaya fracking lebih ekonomis, menemukan formula larutan baru, yaitu mengganti minyak mentah sebagai salah satu komponen dengan air dalam jumlah yang lebih besar. Dengan pengungalangan proses fracking lebih sering dan tekanan yang besar akan membentuk rekahan lebih banyak. Belum lagi perkembangan teknologi pompa dengan daya (horsepower) yang semakin besar, akan semakin meningkatkan efisiensi fracking.
Pemboran shale gas/oil dilakukan lurus ke dalam batuan (-90°) hingga lebih dari 3000 feet, kemudian berbelok sejajar permukaan tanah menembus batuan sumber migas, shale, hingga lebih dari 2000 mile. Cebakan minyak ‘conventional’, batuan pasir (sandstone), mempunyai porositas tinggi yang berisi minyak dan permeabilitas tinggi yang memungkinkan mengalirnya minyak melalui rongga antar butir batuan; dan berperilaku seperti balon. Bila batuan pasir ini ditembus oleh mata bor maka akan mengalirlah minyak, yang bertekanan tinggi di dalamnya, menuju lubang bor. Shale (serpih) termasuk kategori cebakan migas ‘unconventional’ bersifat padat (solid) dengan permeabilitas rendah, artinya rongga antar butir batuan tidak saling terhubung sehingga sulit untuk mengalirkan minyak, walaupun telah tertembus mata bor. Dengan demikian, supaya fluida dalam batuan shale bisa mengalir, diperlukan ‘jalan’ dengan cara membuat banyak rekahan. Fracking. Luas total permukaan rekahan dalam batuan shale akibat fracking ini bisa mencapai 100 juta feet persegi atau sekitar 30 gedung ousat perbelanjaan.
Analogi terbukanya pintu pesawat terbang di ketinggian 30.000 feet maka semua yang ada dalam kabin akan tersedot keluar pesawat karena perbedaan tekanan. Demikian juga perbedaan tekanan antara rongga dalam batuan dan rekahan, akan menyebabkan minyak atau gas yang ada dalam rongga antar batuan shale akan mengalir cepat keluar menuju rekahan-rekahan baru yang bisa berjarak beberapa feet. Ada kemungkinan setelah beberapa bulan, bahkan beberapa tahun, sumur yang telah membuat rekahan ini akan tetap bisa mengalirkan minyak atau gas walaupun semakin berkurang, karena semakin jauh jarak pergerakan fluida dari tempat asalnya menuju sumur bor.
Sebuah lubang bor hanya mampu menyedot gas dan minyak dari tempat asalnya yang berjarak beberapa ratus feet saja, sehingga perlu ditambahkan pemboran lebih banyak disekitarnya untuk menambah luas permukaan rekahan dan luas jangkauan area fracking. Penelitian masih terus dilakukan oleh para ahli perminyakan untuk dapat melakukan lebih banyak rekahan dan berjarak lebih jauh dari fracking yang dilakukan sebuah lubang bor.
Isu Lingkungan
Seperti pada umumnya penggunaan ‘fossil fuel’ maka shale oil pun tak lepas dari kritik Perubahan Iklim, namun yang lebih khusus berhubungan dengan teknologi fracking adalah ancaman tercemarnya aquifer air, bocornya gas alam, gangguan bentang alam, polusi suara, polusi udara, terusirnya penduduk asli, banyaknya masyarakat pendatang dan ‘ghost town’.
Dalam beberapa bab di bagian akhir bukunya, khususnya yang berjudul ‘Celestia’, Russel banyak bercerita tentang berbagai keluhan warga Sullivan County, tentang keberadaan Chesapeake sebagai perusahaan migas yang banyak mengganggu penduduk dengan gencarnya penawaran sewa lahan untuk keperluan fracking. Kesan yang diperoleh Russel dari kunjungannya ke Sullivan County adlah bahwa semakin lama penduduk tinggal di sana, ada kecenderungan untuk semakin mudah menyewakan tanahnya untuk keperluan pemboran gas. Namun, kecenderungan ini sekarang berubah, bahkan terkesan seperti adanya penyesalan bahwa telah menyewakan tanahnya, termasuk orangtua Russel sendiri yang tinggal di sana. Perubahan kota kecil itu begitu cepat dan mengkhawatirkan penduduknya, khususnya jumlah pendatang yang begitu besar dalam waktu yang relatif pendek dirasakan akan dapat menguasai dan mengubah budaya dan kenyamanan komunitas penduduk asli, atau terasing di tanah sendiri.
Sullivan County adalah kota terkecil kedua di Pennsylvania, yang berpenduduk 6.100 keluarga. Berada di tengah pegunungan Endless Mountains, sebagai bagian pegunungan Appalachian. Rusa banyak berkeliaran dan beruang masih mudah dijumpai. Banyak pepohonan (jutaan pohon cherry, maple, ash dan oak) yang ditebang untuk keperluan ekspor sebagai bahan untuk lantai, furnitur dll. Industri kayu lokal menganggap ini sebagai hutan berkelanjutan, bukan untuk ditebang habis. Namun dengan adanya ‘ledakan’ bisnis shale gas, hutan harus banyak ditebang dan habitat rusa dan beruang yerpaksa harus berpindah tempat.
Perselisihan antara penduduk dengan perusahaan pemboran gas dimulai sejak usaha transaksi sewa lahan, karena dalam perundangan AS, siapapun pemilik lahan permukaan tanah adalah juga pemilik ‘mineral right’ yang ada di dalam bumi. Kekayaan cadangan gas di dalam tanah (Barnett shale atau Marcellus shale) menyebabkan para pengusaha pemboran gas akan berusaha keras untuk bisa mendapatkan sewa lahan di atas cebakan atau sumber gas berada. Harga yang ditawarkan bisa bergerak cepat dari $25 per acre menjadi $85 per acre dalam 6 bulan. Pada akhirnya, sering kali pemilik lahan ‘harus’ menyerah karena berbagai alasan, misalnya: tidak cukup punya dana untuk membayar pengacara, keputusan penduduk yang terpecah-belah karena penawaran harga yang dianggap cukup menarik oleh beberapa pihak, pemerintah daerah yang lebih mendukung investor, polusi suara rig, gangguan alat berat dan truk yang mondar-mandir di sekitar rumah, dll.
Alasan pemerintah federal mendukung investor untuk memproduksi shale gas, pada umumnya adalah: kota yang lebih ‘hidup’ karena multi-efek peningkatan ekonomi daerah, kemandirian energi, gas akan menggantikan batubara karena lebih ramah lingkungan dan peningkatan lapangan kerja. Keuntungan lain bagi penduduk yang menyewakan tanahnya pada tahun 2008 dan 2009 untuk fracking adalah, pemilik tanah akan menerima beberapa ribu dollar per acre, ditambah royalti hingga 25% dari gas yang diproduksi di bawah lahannya.
Semua ‘keuntungan’ itu menjadi nihil bila terjadi kebocoran gas hingga masuk ke dalam aquifer, yang airnya sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk sehari-hari. Kebocoran gas tersebut bisa terjadi bila proses sementasi rongga antara casing dengan batuan sekitar tidak sempurna, hingga masih menyisakan ruang yang bisa ditembus oleh gas dari sumbernya (rekahan hasil fracking).
Kritik
Russel Gold sebagai journalis (bukan ahli perminyakan) cukup berimbang dalam mengemukakan fakta dan opininya. Kelebihan dan kekurangan fracking dari sisi lingkungan, disampaikan secara proporsional dan berimbang dengan dukungan bukti dari masing-masing pihak, pendukung maupun pembencinya. Ini sangat berbeda dengan buku ‘This Changes Everything’ karya Naomi Klein, yang banyak bias ketika menjelaskan tentang fracking karena tujuan bukunya lebih berkepentingan dengan propaganda anti bahan bakar fossil.
Dari sisi penyajian, The Boom cukup memberikan pengetahuan tentang teknik fracking secara rinci bagi pembaca yang awam tentang teknik perminyakan, juga penjelasan resiko sosial dan lingkungan yang cukup tinggi bila tidak dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang sangat teliti dan hati-hati. Mengingat The Boom lebih diperuntukkan untuk menjelaskan tentang teknik fracking, maka sepertinya sejarah geologi dan terbentuknya minyak dan gas bumi kurang mendapat perhatian lebih rinci.
Sangat direkomendasikan bagi siapapun yang tertarik dengan dunia industri migas.
Buku
Judul Buku: The Boom
Penulis: Russell Gold
Tebal buku: 366 halaman
Penerbit: Simon & Schuster
Tahun: 2014
Terimakasih, ulasannya sangat berguna…Kayaknya di Indonesia juga banyak dong formasi serpih yg mengandung oil atau gas, yg sebelumnya sulit dieksploitasi, misalnya Formasi Bumiayu di sepanjang Jateng.