Sore itu cerah kuning panas matahari mulai redup, meninggalkan terang putih biru kemerahan di sisi barat dengan sedikit tiupan angin di jalan Kranggan, Yogya. Bayang hitam atap rumah tampak memanjang lancip di atas jalan aspal dua lajur, yang tak cukup sibuk lalu-lalang kendaraan bermotor. Terlihat tak jauh berjalan di depanku, sepasang wisatawan asing, dengan balita di pelukan sang ibu, menyeberang jalan dan memasuki sebuah bangunan rumah berdinding depan dominan kaca yang tampak bersih tertata rapi dengan banyak bola lampu kuning tergantung di atap ruang dalam dan lampu kuning bertudung di beranda. Cafe baru rupanya. Penasaran aku ikut masuk ke dalamnya bersama keluarga.
Sepasang wisatawan tadi terlihat bahagia bercanda dengan anaknya yang tampak terkekeh lucu di pangkuan ibunya, duduk di sofa, di sudut rumah depan bar tempat kue-kue tersaji dalam ruang kaca. Sang bapak kemvali membolak-balik menu hidangan sambil berbincang dengan pramusaji yang ramah, menawarkan pilihan minuman dan kue yang tersedia.
“Blanco cafe, pak”, jawab pramusaji lainnya dengan ramah ketika kutanya apa nama cafenya. “Belum seminggu kami buka, dan masih perlu perbaikan dan kelengkapan untuk kenyamanan tamu. Bahkan nama cafenya pun belum kami pasang. Silahkan duduk pak. Ini menu makanan dan minuman kami”, lanjutnya dengan mengodorkan buku menunya sambil tersenyum. Aku memesan minuman panas hazelnut latte dan kue andalan apple slipper. Tak lama kemudian dia kembali ke mejaku sembari tersenyum dan menyodorkan buku Life “silahkan dilihat-lihat pak, kami sedang siapkan pesanannya. Atau, boleh pilih sendiri bukunya di sana”, sambil menunjuk rak buku pemisah ruang dengan deretan buku dari bermacam kategori tersusun rapi, hampir semuanya dalam bahasa Inggris.
Dalam ruangan yang sejuk berpendingin ini ada beberapa meja kayu persegi berdesain minimalis kasar kehijauan yang tersusun diametral dengan masing-masing empat kursi kayu mengelilinginya dan lampu kuning bertudung menggantung di atasnya. Lega indah fungsional.
“Silahkan pak”, ucap pramusaji sambil meletakkan secangkir hazelnut latte panas dengan buih cream dan taburan bubuk coklat di atasnya tersaji indah, beraroma harum kopi yang memancing selera, serta apple slipper berwujud croissant dengan selai apel di dalamnya, ke depanku. Lezat minumannya, lezat kuenya. Sempurna.
Sudah seminggu ini Blanco menerima tamu setiap harinya sejak siang jam 2 hingga larut malam jam 12. Ketika aku masuk cafe, saat itu baru empat meja terisi tamu, masing-masing duduk dua dan tiga pengunjung, semuanya anak muda, mahasiswa sepertinya, selain wisatawan manca negara yang duduk di sofa sudut ruang dan aku sendiri di belakang rak buku bersama rombongan, anak, istri, de Nang, de Gen dan mas Andre. Dua meja terpisah yang berisi mahasiswa tersebut terlihat penuh dengan buku, laptop dan minuman cafe di atasnya. Sepertinya mereka sedang mengerjakan tugas kuliah. Memang nyaman cafe ini untuk mereka yang sedang membutuhkan ruang belajar dan diskusi kecil yang tidak ramai. WIFI juga tersedia sehingga mudah untuk akses informasi dengan cepat. Televisi LED di sudut atas ruang tamu sedang menampilkan berita nasional dengan suara ‘lamat-lamat’, namun cukup jelas untuk didengar.
Mas Bimo, yang juga mahasiswa hukum UGM semester akhir dan salah satu pemilik cafe, menghampiri kami untuk sedikit beramahtamah. “Gini loh om, selain bisnis, cafe ini juga untuk nyediain tempat belajar bersama yang nyaman, makanya kalo sudah settled semua, mungkin akan buka 24 jam”, jelasnya ketika kutanya tentang konsep cafenya. Ketika kutanya tentang jenis kopinya yang lezat, dia menjawab dengan senyum bangga, “thanks om, memang kami milih kopi papan atas untuk jaga kualitas dan kepercayaan para tamu”. Hehe formal but kerenn … ..
Jam 6 sore dah mulai gelap, kami angkat kaki, ternyata di meja panjang beranda yang juga diterangi lampu gantung kuning bertudung, juga sudah mulai ada 10 tamu yang lagi ngopi.. memang enak duduk di beranda Blanco sore hari, tidak banyak debu karena lalulintas tidak ramai dan pandangan lebih lega.
Sobat, cobalah Blanco Cafe di jl. Kranggan 30, Yogya. Highly recommended. Sukses mas Bimo dkk. ..
Komentar lainnya tentang Blanco Cafe bisa dibaca di blog http://www.hungerranger.com/2015/06/blanco-coffee-book.html?m=1
Tinggalkan Balasan