Bilowo Rangsang, Kediri
November 15, 2015 oleh anangsk

‘Bilowo Rangsang’, Ki Manteb Sudarsono, 13 Nov. 2015
Berada di tengah jamuan budaya wayang kulit, selalu terasa gerak tercuri, berat niat untuk beranjak, bahkan ketika hanya sedikit makna luhur terserap dalam benak.
Waranggana berderet duduk tegak beralas kaki tertekuk lentur, kebaya keemasan berkelip menyamarkan kulit, selendang merah menggantung rapi terlipat, berbalut jarik batik hitam merah. Tak tampak wajah kantuk ataupun lelah. Terus senyum terlukis di wajah berrias indah, sesekali berdendang tembang mengalun halus meliuk merdu. Tinggi-rendah, cepat-lambat juga keras-pelan suara, seakan lentur gampang dibentuk. Indah.

Blangkon hitam berbeskap merah, berlirik putih halus dan kain batik gelap membalut bawah tubuh, jarik, menjadi seragam para pengrawit matang usia, terlihat mumpuni dalam jamuan ritual wayang. Rasa gerakkan tangan lincah menabuh saron, peking, bonang, gender, gambang, dsb tampak santai, kadang memandang alat tabuh dalam jangkauan. Sinergi suara bergerak padu, kadang lembut halus berriak tipis, sering juga gelombang bergerak keras cepat berpindah nada, energik. Tetap padu saling isi, gemuruh lembut nyaman terasa.
Bersila tegap Ki Dalang menghadap layar, gamelan mengalun selaras iringi lengan membentang angkat gunungan. Wayang kulit mulai tayang, suatu peradaban dikisahkan. Pertentangan antara yang hak dan bathil “becik ketitik, ala ketara”, dan begitu banyak ‘pepiling’ atau pesan keluhuran budi yang dikemas dalam keseriusan dialog berbeda watak, perang dan canda hingga adzan subuh menutup jamuan penuh makna.
Alhamdulillah senang menikmatinya.

Ibu, Putro dan Ki Manteb

Para putri dan putu

Para Putri
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Tinggalkan Balasan