Begitu banyak novel tulisan Dewi Lestari, yang biasa dipanggil Dee, bertumpuk di berbagai toko buku terkenal itu, tebal dan ada beberapa judul yang berbeda, berseri sepertinya. Kulihat di Semarang, Jakarta, bahkan juga terpajang di toko yang sama, di kota kecil Kediri.
Sudah sangat lama kudengar nama penulis ini, bahkan di rumahku pun tersimpan Perahu Kertas bacaan istri, tapi baru sekarang ingin membaca tulisannya. Madre, novel pendeknya yang terbit 2015, menjadi pilihan buku digital yang kubeli dari Google Playbook. Murah, hanya Rp. 10 ribu saja (hehe seperti iklan rumah, pakai kata saja). Pertimbanganku membelinya, pendek ceritanya sehingga tak terlalu lelah menyelesaikannya apalagi kalau nanti ternyata membosankan ceritanya.
Membeli ebook di Google Playbook selalu ada pilihan Sample yang gratis, hanya beberapa halaman saja atau Buy, yang berarti beli dengan nilai Rupiah tertulis disana. Dari Sample cerpen Madre, terasa nyaman membacanya. Gak punya aku teorinya untuk menilai cerpen ini, namun jelas terasa nyaman, mengalir dan ingin segera menyelesaikannya. Tak terasa halaman Sample habis, dan akhirnya Buy menjadi pilihan supaya bisa membaca sampai akhir tulisan. Tak bosan membacanya.
Ceritanya sederhana, hanya tentang pembuatan adonan roti, yang didukung oleh tiga pemeran utama. Ini penulis yang detail, mengamati bahkan mungkin dia ikut meneliti atau setidaknya rajin membuat catatan, entah tertulis atau dalam kepalanya. Cerdas. Dia bisa menggambarkan proses pembuatan roti sedemikian runtut hingga memberi gambaran aroma roti yang demikian harum. Rinci penuh rasa, tak terkungkung kaidah bahasa. Mencerdaskan.
Selesai dengan Madre, mulai searching tulisan lainnya. Ketemulah kumpulan cerpen Filosofi Kopi, terbit 2012, yang filmnya sudah tayang di cinema 21 bulan lalu namun belum nonton (dimana beli dvdnya?). Pengin juga tahu isinya, maka belilah ebooknya. Lagi, di cerpen pertamanya, dari 18 cerpen dalam buku itu, yang juga berjudul Filosofi Kopi, menampilkan cerita yang rinci tentang kopi. Tetap, mengalir santai, ringan namun tersimpan misi etika di dalamnya yang patut jadi renungan. Hebat.
Di cerpen keduanya Mencari Herman, Dee menulis tentang perjalanan hidup seorang perempuan, Hira, yang mencari seseorang bernama Herman. Unik ceritanya, bahkan tak terduga ada ide cerita semacam ini. Tetap asik membacanya. Masih ada beberapa cerpen lagi di dalamnya yang belum selesai membacanya. Keahlian langka.
Tinggalkan Balasan