
Kimchi
Perjalanan menarik kali ini berthemakan Air, mulai dari Asia Water Council di Andong, Korea International Water Week di Daegu, Water Treatment di Gyeongju, Water Treatment di Incheon dan sungai Cheonggyecheon di Seoul.
Annyeong haseyo …
16 Okt 2016 Berangkat
Jam 22.05 wib, KE628 takeoff dari terminal 2E bandara Soetta menuju Incheon, Korea. Korea Airline Boeing 777-300, nyaman dan menyenangkan. Pramugari berseragam putih-hijau muda, ramah, cantik, sopan dan masih muda semua. Namun ada sedikit janggal melihat wajah mereka, putih pucat mengkilat tanpa rona merah di pipinya. Dingin … Ternyata, itulah trend wajah perempuan kekinian di Korea … hahaha ndeso ya saya .. Makanan enak dan badan lurus tertutup selimut, tidur nyenyak, setelahnya. Sejuk dan gelap.
17 Okt 2016 Ke Andong

Hanbook
Jam 5.30 waktu setempat, lampu cabin menyala, penumpang mulai berlalu lalang ke toilet dan sarapan pagi dihidangkan. Tepat jam 7.00 pesawat mendarat di bandara Incheon. Antrian imigrasi berkelok-kelok panjang, namun tersedia banyak loket dan petugas yang mengaturnya. Cepat dan nyaman.
Keluar ruang pengambilan bagasi, ada 3 kios penyedia jasa layanan sewa router wifi. Selama satu minggu ditawarkan US$50 untuk 2 hp dengan deposit $200, yang dapat diambil lagi saat pengembalian alat. Bisa jd alternatif dan lebih murah drpd Telkomsel, yang dikenakan biaya Rp. 500 ribu untuk 1 minggu paket data/internet. Saya menggunakan Telkomsel, lancar tanpa gangguan.
Carnival, produk KIA terbaru, menjadi alat transport kami berempat menuju Andong yang diperkirakan akan membutuhkan 2,5 jam perjalanan. Mobil jauh sudah lebih bagus dan lebih nyaman daripada Carnival yang dulu pernah masuk Indonesia akhir 90an.

Solar cell di tempat parkir
Satu jam perjalanan di jalan besar bebas hambatan tak terasa kecepatan sudah mencapai 120 km/jam dan beberapa kali harus diperlambat karena ada perbaikan jalan. Terowongan jalan yang mulus dindingnya, terang cahayanya dan tersedia ruang aman untuk pejalan kaki di kiri-kanannya lebih dari 10 kali kami lewati. Berbeda dengan jalan di Puncak, Bogor yang berliku sejuk indah pemandangannya mengikuti gelombang bentang alam berbukit, Korea sepertinya lebih prioritas pada kecepatan koneksitas antar kota dengan cara membangun jalan besar mulus menembus gunung. Sejauh mata memandang, adalah bukit-bukit hijau yang mulai menguning, bahkan merah menjelang musim dingin. Indah.
Setelah satu jam perjalanan, mobil masuk ke area rest area. Udara menyergap sejuk begitu pintu mobil terbuka, sekitar 15°C dengan matahari terik, memancing keinginan minuman penghangat tubuh. Capuccino menjawabnya. Area parkir mobil terbuka yang demikian luas didukung oleh shelter beratap solar cell untuk menghasilkan listrik yang cukup untuk menerangi seluruh area. Cemerlang. Korea bukanlah penghasil minyak dan gas bumi.
Sekitar jam 13.00 kami sampai hotel Richell di kota kecil Andong, bagian tengah selatan Korea Selatan. Hotel bagus namun sepi di pinggiran kota yang lengang dengan jalan yang lebar rapi tertata dan pepohonan rindang terjaga. Nyaman. Oktober adalah saat yang tepat untuk dapat bepergian ke Korea karena suhu yang mulai sejuk namun masih ok untuk jalan di ruang terbuka dengan jakat tipis saja dan

Dari Lt. 5 Hotel Richell
pepohonan yang mulai menguning daunnya, indah.
Menyimpan barang sambil cek-cek kamar berukuran sedang di lantai 5. AC posisi mati dan heater menyala, gerah. Buka pintu balkon dan wuzzzz … angin sejuk menerpa .. segar. Pepohonan rindang dan jalan lebar tertata apik di sekeliling hotel. Sepiii tak terlihat mahlukNya berlalu-lalang di depan hotel.

K-Water, Andong
Sore hingga magrib hari itu dihabiskan untuk keperluan Asian Water Council (AWC) di kantor K-Water, diskusi terbatas tentang pelaporan program penelitian awal penyediaan air bersih di Bali, yang akan dipresentasikan keesokan harinya dalam forum resmi pengangkatan presiden baru dan diskusi seluruh anggota Asian Water Council.
Makan malam ditraktir pengusaha Korea, chairman dari Seoul di resto masakan Korea, Yahh … Daging sapi Bulgagi, bakar di meja berlebih dan nasi … menjadi menu utama malam itu, termasuk asesori lainnya. Seperti lazimnya resto Korea, duduk lesehan bersila dengan lebih dulu menggantungkan jas di samping pintu kamar makan privat kami. Chairman bisa sedikit bahasa Inggris, sehingga perlu ditemani penerjemahnya. Begitu semangat Chairman membakar daging potong itu untuk kami berdua, dengan om Firdaus Ali. Full … kenyang … Makan dan ngobrol selesai malam itu, akrab penuh canda. Kembali ke hotel, lelap …
18 Oktober 2016 Hahoe Village
Pagi hari itu kegiatan AWC dibagi menjadi dua, yaitu board meeting yang diikuti oleh DR. Firdaus Ali sebagai wakil Indonesia dan kunjungan kebudayaan ke peninggalan kampung tua Haoe di pinggiran kota Andong untuk peserta lainnya.
Hahoe Village (abad 15) menjadi Warisan Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO tahun 2010, bersamaan dengan Yangdong Village di Gyeungju, yang keduanya warisan jaman dinasti Joseon, dapat dicapai dalam waktu 45 menit dari kota Andong. Jalan sempit (kelas II di negeri kita) halus berkelok, berundulasi dengan pepohonan rindang yang mulai menguning tanda musim gugur segera tiba, indah sekali.
Lingjungan Kampung Haoe ini berisikan sawah, sungai, hutan dan banyak bangunan yang umumnya beratapkan kayu dan beberapa rumah beratapkan jerami.
Setelah makan siang, 3rd Asian Water Council Meeting dimulai dengan pembukaan oleh Presiden AWC lama, dilanjutkan dengan pengangkatan Presiden AWC baru, Hak-Soo Lee dari Korea. Hadir dalam acara ini para pejabat pemerintah dari beberapa negara anggota. Indonesia diwakili oleh Stafsusmen Pupera, DR. Firdaus Ali, DR. Ismail dan DR. Indra, yang semuanya dari kementrian Pupera.

Penutupan 3rd AWC
Makan malam sekaligus acara penutupan AWC diadakan di hotel Ritchell. Buffet style dengan menu berbagai jenis madakan seafood terhidang berlebih. Musik gesek akustik yang dimainkan pars perempuan cantik mengiringi majan malam. Selesai acara jam 8 malam langsung masuk Carnival menuju Daegu. Jam 12 malam masuk kamar hotel … setelah drop om Firdaus di hotel …
19 Oktober 2016 KIWW
Setelah sarapan roti bakar, telor setengah matang dan salmon plus teh hangat dan jus jeruk di hotel Interburgo Exco, pagi itu langsung turun hotel dan menyeberang jalan untuk masuk di gedung Exco Exhibition, tempat acara Korea International Water Week 2016. Gedung buesarr bertingkat … untuk keperluan pameran industri, ruang diskusi, theater .. lengkap dengan cafe dan resto. Sayangnya, pameran industri tingkat internasional yang semestinya berharap mendapatkan perhatian atau buyer-buyer asing, banyak hanya menyediakan keterangan tertulis atau verbal dari penjaga pameran yang hanya berbahasa Korea. Terus piye jal …
Acara resmi pembukaan KIWW dilakukan di ruang theater, semacam cinema 21 lah, dengan panggung luas di depan. Kursi baris depan diisi oleh para menteri Korea, wakil badan dunia, para menteri serta dubes negara peserta, dari Asia hingga Afrika. Sangat representatif untuk membicarakan tentang Air dan berbagai permasalahannya di berbagai belahan dunia. Dua jam dipergunakan untuk pidato dari tuan rumah dan berbagai perwakilan negara peserta termasuk tayangan singkat video dan slide tentang Air diselingi sedikit hiburan. Kemasan presentasi yang singkat dan menarik untuk dilanjutkan diskusi thematik di beberapa ruang terpisah keesokan harinya.
Sesi thematik dalam KIWW ini akan membuat berbagai usulan kebijakan tata air dan solusi teknis terhadap berbagai tantangan persoalan air yang dihadapi berbagai negara di belahan dunia. Sepuluh thema utama yang dibahas masing-masing dalam format diskusi meja bundar adalah:
- Sustainable Development Goals: Implementation and monitoring of the SDGs
- Capacity Building: On-Iine & on-site convergence capacity building for global water issues
- Water Cooperation
- Water-Energy-Food nexus for water security and SDGs Achievement in Asia
- Examining the links between Integrated Water Resources Management and Smart Water Management
- Healthy urban where people and water ecosystem live together
- Climate change and water management
- Water information beyond data and knowledge: Asia Dynamic Hub for Water The power of lnformation
- Water projects: opportunities, challengesand synergies for implementing the SDGs
- Policy and strategies for sustainable water management: To share and discuss practical ways to realize better water governance and policy
Yang terpenting dalam event KIWW kali adalah meliputi thema KIWW 2016 yaitu “Water Partnership for Sustainable Development“, yang sama juga dengan thema utama dalam The 8th World Water Forum “Sharing Water and Sustainability“.
Adalah DR. Firdaus Ali, Pendiri Indonesia Water Institute, Staf Khusus Menpupera dan dosen Teknik Lingkungan UI yang selalu dijadikan narasumber di berbagai thema diskusi selama 3 hari tersebut bersama beberapa wakil dari badan-badan dunia. Hebat beliau ini, sudah mendunia ternyata bahkan bila ada kementerian Sumberdaya Air di negeri kita ini, sudah selayaknya beliau menjabatnya. Rencana Deep Tunnel sebagai saluran air dan transportasi darat, Waduk Pluit, Giant Sea Wall di Teluk Jakarta, adalah sebagian proyek-proyek raksasa yang beliau turut terlibat membidaninya.
Selama di Daegu, tak sempat kami berkeliling mencari obyek wisata, hanya sempat masuk mall di belakang hotel untuk memenuhi titipan beli masker pembersih muka dan makan malam di resto Korea, lengkap dengan iringan kecapi dua lagu, yang dimainkan oleh perempuan ayu berpakaian tradisional Korea, hanbook. Sayang, ada persyaratan khusus untuk menikmati permainannya “dilarang mengambil gambar”.
20 Oktober 2016 Dinner di Daegu
Sesi diskusi thematik masih berlangsung di beberapa ruangan, kebutuhan air bersih Jakarta menjadi salah satu topik bahasan yang dikemukakan oleh DR. Firdaus Ali. Tinggi dan pertumbuhan populasi Jakarta serta kualitas dan ketersediaan air bersihnya, membuat terbelalak mata peserta, apalagi presentasi bung Firdaus yang lengkap dengan analisis data dan peta yang valid semakin membuatnya duduk
tegak fokus menyimak. Pemerintah propinsi Jakarta perlu serius menyikapinya.
Dinner untuk pejabat Korea dan para penyaji makalah diselenggarakan sangat menarik. Diawali dengan presentasi kondisi pembangunan ekonomi saat ini di layar lebar dengan presenter bersuara bariton yang berjalan santai kesana-kemari di atas panggung, sungguh menarik. Setelahnya, paduan suara anak-anak yang kompak merdu suaranya tampil di atas panggung. Sepotong kecil ikan salmon dalam piring besar mulai disajikan di atas meja. Acara paling menarik malam itu adalah hanbok fashion show. Ditampilkan para model dan miss Daegu dengan sorotan lampu warna-warni yang
sangat terang dan diiringi musik tradisional, terasa indah bersahaja penuh wibawa. Sebuah kemasan yang cerdas mempesona.
21 Oktober 2016 Ke Gyeongju
Tepat jam 7 pagi kami dijemput pengusaha Surabaya dan pengusaha laboratorium Seoul untuk bersama-sama berangkat menuju Gyeongju menggunakan kereta cepat KTX dari stasiun Daegu. Bagasi kami yang cukup banyak, disimpan dalam lemari khusus yang tersedia di luar kabin penumpang, ujung gerbong. Hanya butuh 15 menit untuk sampaindi Gyeongju. Melihat Pengolahan Air berteknologi canggih Plasma Ozon Water Treatment System adalah maksud kunjungan kami.

Indonesia – Korea
Sebelum menuju lokasi Water Treatment, kami disambut secara resmi di kantor walikota. Sangat mengagetkan karena kunjungan kami tidak dimaksudkan sebagai G2G, melainkan bisnis biasa. Duduk di sekeliling meja bundar, Walikota memberi sambutan resmi melalui penerjemah dengan penata acara berdiri di podium. Lengkap dengan dua bendera kecil di atas meja, Korea dan Indonesia. Wah … bercelana jean dengan polo shirt, malu euy …. cindera-mata pun diberikan walikota ke bung Firdaus setelah masing-masing memberi sambutan. Sepertinya Gyeongju memang sedang bersemangat memasarkan teknologi water treatmentnya ke berbagai negara lain.

Dgn Pengusaha Indonesia
Ada dua lokasi water treatment Gyeongju yang kami kunjungi, bisa dicapai melalu jalan darat dalam 15 menit melalui jalan halus berkelok-kelok. Pemandangan indah, dedaunan hijau dengan sebagian mulai menguning bahkan merah pertanda mulai masuk musim gugur. Area water treatment sedang saja luasnya. Di area terbuka, tempat pengolahan air berteknologi lama sebagai tempat masuknya air kotor dari sungai. Keluaran dari proses tersebut dilanjutkan dengan proses selanjutnya dalam bangunan besar penuh dengan berbagai peralatan mekanis dan elektris yang masuk semuanya dalam jaringan komputerisasi sehingga bisa dimonitor melalui jaringan nirkabel dari luar lokasi. Air minum kemasan dalam botol banyak diproduksi dari proses pengolahan di sini.
Di kota kecil Gyeongju (kota kabupaten) terdapat 9 tempat pengolahan air. Yang menarik juga adalah adanya waduk kecil di Gyeongju sebagai cadangan air bersih, yang tidak diijinkan digunakan sebagai area pemancingan ikan. Komitmen masyarakat terhadap kepentingan bersama terhadap keberadaan air bersih ini sungguh mengagumkan, sehingga air waduk sebagai masukan untuk pengolahan air bisa tetap terlihat jernih dan mengurangi kerja berat proses pengolahan.

Stasiun Singyeongju, Gyeongju
Selesai kunjungan Pengolahan Air, menuju stasiun kereta Singyeongju, untuk melanjutkan perjalanan ke Seoul menggunakan kereta cepat KTX. Makan siang di resto setasiun, menu bibimbap yang semua disajikan dalam mangkok kuningan. Air layak minum tetap dimasukkan dulu ke dalam water purifier. Menurut mereka, air minum yang bersih membuat kulit bagus. Kereta datang tepat waktu, kali ini gerbong bagus dengan 2 kursi di sebelah kiri dan 1 kursi di kanan. Lega. Terlihat di monitor, kecepatan kereta 276 km/jam. Kurang-lebih 2 jam, kereta memasuki setasiun Seoul. Ramai padat penumpang.
Makan malam dijamu relasi bisnis di restoran masakan Korea tersohor yang mempunyai waralaba di berbagai negara maju, seperti Jepang, Hongkong dan Eropa. Menu utama terhidang dagang kepiting mentah di dalam cangkang terbuka. Entah apa ramuan bumbunya, tapi memang lezat rasanya. Dengan menghirup cara menikmatinya. Lembut manis. Menu lainnya adalah ikan kuah kuning, menurutku mirip seperti woku Manado.
Sabtu, 22 Oktober 2016 Incheon Water Treatment
Pagi jam 9, kami berdua (dengan bung Firdaus Ali) dijemput oleh pengusaha laboratorium air BLTEC untuk mengunjungi workshopnya, yang berada di kawasan Bucheon Techno Park, Old Seoul. Gedung perkantoran yang dipergunakan sebagai pabrik-pabrik kecil perakitan, mungkin seperti Gelodok Jakarta tempat merakit komputer. Tak banyak karyawannya namun keahlian masing-masing sangat spesifik. Ahli kimia air, komputer, elektro mempunyai peran sangat penting. Peralatan monitoring dan analisis air mulai yang berukuran sebesar microwave hingga ukuran kulkas dua pintu dengan kerumitan sederhana sampai ketelitian tinggi, bisa diproduksi di pabrik kecil ini.
Bupyeong Water Treatment
Kunjungan berikutnya ke Pusat Pengolahan Air di Incheon (PDAMnya Incheon) yang menempati area yang luas dan hijau. Bangunan tempat wireless control dan monitoring yang sangat luas dan nyaman, juga bangunan bertingkat untuk laboratorium air yang mampu menganalisis banyak parameter. Laboratorium ini juga biasa menerima pelajar atau karyawan dari berbagai negara lain untuk belajar Analisa Air dengan teknologi canggih. Pada kesempatan ini, staff khusus Kemen Pupera juga sempat bernegosiasi dengan pimpinan laboratorium untuk bisa mendapatkan kesempatan mengirimkan karyawan Pupera belajar ke lab tsb.

Kolam Baru
Di lapangan, ķami ditunjukkan kolam-kolam besar tempat pengolahan air fase awal berteknologi tinggi, sementara di sebelahnya adalah kolam besar berteknologi lama (masih dipergunakan di Jakarta), yang sudah tidak dipergunakan lagi.
Sungai Cheonggyecheon
Masih berkaitan dengan air, kami mengunjungi sungai Cheonggyecheon yang jernih terawat dengan lingkungan yang dibangun bersih hijau, telah menjadi area bersantai penduduk Seoul, lengkap dengan pameran seni dan kios-kios cenderamata dan makanan kecil di pinggirnya.
Sungai ini dibuka untuk umum September 2005 setelah direnovasi lingkungannya. Renovasi dimulai tahun 2003 dengan membongkar jalan layang yang sebelumnya berada di atas sungai. Menurut pemerintah setempat, sungai baru ini mampu menurunkan polusi dan suhu udara di sekitar sungai sebesar 3°C dan mengembalikan habitat naturalnya.
Dongdaemun market
Tak lupa kami mampir ke salah satu mall di Dongdaemun market untuk membeli oleh-oleh titipan dari tanah air, makanan kering dan berbagai asesoris lainnya. Satu hal penting yang tak ditemukan adalah Black Garlic.
23 Oktober 2016 Pulang
Jam 8 pagi, kami checkout dari hotel Grand Intercontinental menuju bandara Incheon untuk pulang Jakarta menggunakan Korea Airline KE 627 15.20. Masih banyak waktu untuk mencari Black Garlic. Gak dapat juga, setelah menjelajahi semua sudut bandara yang luas itu. Pegal dan puas.
Alhamdulillah mendarat di bandara Soetta 20.30 wib. Terimakasih om Firdaus Ali sudah mengajak saya sebagai observer dalam Asian Water forum dan Korea International Water Week, mengunjungi Pengolahan Air di Gyeongju dan Incheon serta mampir di Sungai Cheonggycheon.
Kamsahamnida
Catatan:
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Read Full Post »