
…
Setting cerita anak2 SMA tahun 1990 dengan lokasi di Bandung. Cowoknya selengekan jagoan dengan motor Honda CB100 (agak ketuaan), sedangkan ceweknya lembut ayu setia. Keduanya berasal dari keluarga menengah-atas. Tak perlu kening berkerut utk menontonnya, karena sepertinya memang dimaksudkan sebagai film ringan menghibur dan mewakili anak muda jaman now. Bahasa sering tak terduga, licin, lebay memancing tawa. Misalnya, “Aku rindu”, kata Milea dalam telponnya. “Jangan, berat, kamu takkan kuat. Biar aku saja”, jawab Dilan. Hebat Pidi Baiq sebagai novelisnya.
…
Terbayang film akhir 70an, dari novelis roman Ashadi Siregar, Marga T. dengan film Ali Topan, Cintaku Di Kampus Biru, Badai Pasti Berlalu, Karmila, dll. yang menghasilkan bintang-bintang stereotype laki-laki selengekan dan jagoan bermotor trail dengan pasangan perempuan ayu setia, seperti Roy Marten, Widyawati, Yetty Octavia, Yeny Rachman dll. Demikian juga dengan era selanjutnya yang didominasi Rano Karno dan Yessy Gusman.
…
Setting 1990 ini menjadi penting karena saat itu belum beredar handphone sehingga komunikasi jarak jauh hanya bisa dilakukan via surat atau telepon kabel. Pola komunikasi menjadi sentral kekuatan cerita ini. Tawa penonton sering muncul saat komunikasi telepon atau pesan surat pendek terjadi.
…
Bagi kaum milenial, film Dilan 1990 ini bisa mewakili mereka dijaman now, bahkan eBook Dilan 1991 sudah mulai laris terjual katanya, dan bagi kami di era Ali Topan bisa sedikit mengingatkan film jaman old. Selamat menonton, mumpung masih beredar.
Tinggalkan Balasan