Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Februari, 2020

Fear

imagesSaat ini media cetak dan elektronik AS seperti CNN, NBC News, FOXNews dll. sedang gencar memberitakan mundurnya para jaksa kasus Roger Stone karena intervensi Depatemen Kehakiman AS yang meminta Hakim Pengadilan Federal untuk mengurangi tuntutan hukuman Stone dalam kasus penghinaan pengadilan dan kebohongan kesaksian kasus interferensi Russia saat Pilpres AS 2016. Sebelumnya, Presiden Trump sempat posting di twitternya: “This is a horrible and very unfair situation,” dilanjutkan dengan: “The real crimes were on the other side, as nothing happens to them. Cannot allow this miscarriage of justice!” Trump juga menjawab pertanyaan wartawan di Oval Office, seperti dilansir oleh thehill.com: “I’d be able to do it if I wanted. I have the absolute right to do it. I stay out of things to a degree that people wouldn’t believe,”. Setelah membaca buku ini, pembaca bisa memahami karakter Trump yang “disrespecting the rule of law”, menurut istilah CNN. Begitulah dia adanya…

Buku tentang Presiden Trump sering kali terlihat dalam rak-rak buku di toko buku besar. Berbeda dengan buku-buku presiden AS lainnya, yang bila dibaca pada sampul belakangnya, bercerita tentang kebaikan dan kelebihan tokoh utamanya, sedangkan buku-buku tentang Presiden Trump, khususnya yang berbahasa Inggris, lebih variatif isinya, mulai dari yang memuja hingga yang mencerca, semua tersedia di toko buku besar seperti Periplus, Kinokuniya, dll.

Baru saja selesai membaca buku terbitan Simon & Schuster, “Fear, Trump in the White House“, yang mulai diterbitkan September 2018, dalam versi Kindlenya (sudah ada versi bahasa Indonesia, terbitan Noura Books). Buku ini ditulis oleh penulis handal Bob Woodward, jurnalis kondang pengusung kasus Nixon, ‘Watergate’. Buku berwarna dasar merah tua, yg mungkin dimaksudkan desainernya untuk menggambarkan karakter Trump yg arogan, temperamental, kasar dan semaunya, dengan disertai gambar mimik wajahanya yang sinis ini memang terasa bisa mewakili isi cerita di dalamnya.

20200216_180145

Penulisan kisah nyata ini menurut Bob Woodward didasarkan pada metode wawancara jurnalistik secara “deep background“, yaitu bahwa semua informasi dapat dipergunakan tanpa menyebutkan sumberita. Bahan penulisan diperoleh dari ratusan jam wawancara dengan saksi, tangan pertama atau bahkan pelaku kejadian itu sendiri, risalah rapat, catatan harian personal, dokumen resmi atau informasi dari kolega para pelaku. Namun sayangnya justru Donald Trump membatalkan wawancara untuk keperluan penerbitan buku ini. Lokasi peristiwa yang utamanya ditampilkan dalam kurun waktu 2017 ini, meskipun ada juga cerita di tahun 2010 ketika pertama kali Trump menyatakan minatnya untuk mencalonkan diri sebagai Presiden AS kepada David Bossie, aktifis politik yang kemudian menjadi Campaign Manager Deputy untuk Trump di tahun 2016, sebagian besar berada di White House, Trump Tower, lapangan golf, pesawat terbang atau dalam mobil Presiden Trump.

Penyajian cerita tidak disusun berurutan waktu atau thema, namun selalu disebutkan tempat dan waktu kejadian di setiap awal Chapter, sehingga cukup menolong untuk bisa membayangkan urutan peristiwanya. Banyak diskusi dan dialog menarik dari para pengambil keputusan masalah-masalah strategis keamanan dan ekonomi AS, oleh para tokoh Ring 1 White House bersama Presiden, disampaikan dalam buku ini. Menarik juga adalah proses-proses penggantian para Pejabat penting negara oleh Presiden Trump yang sepertinya tidak tertib prosedural dan usaha para Pejabat Negara untuk mengamankan kepentingan Nasional dari tindakan Trump yang seringkali bisa dianggap membahayakan negara karena keputusan-keputusannya yang tidak cukup holistik pertimbangannya.

Membaca dari awal hingga akhir buku ini, rasanya seperti membaca novel yang penuh drama bertensi tinggi, apalagi kalau sudah melibatkan Trump di dalam komunikasinya, suasana serasa tegang dengan bumbu pedas ucapan kasar sarkastik. Dialog-dialaog para tokohnya disajikan dalam format kalimat langsung (dialog) seperti apa adanya, sehingga menarik, tidak membosankan serta cukup bisa menggambarkan situasi dan karakter masing-masing.

Setelah Prolog dari Bob Woodward tentang penjelasan metoda penggalian fakta dan sistematisasi penyajiannya, buku ini dibuka dengan cerita awal mula pertemuan Bannon dengan Donald Trump, untuk menjajagi kelayakan Trump untuk mengajukan diri sebagai Presiden AS. Bahkan di Chapter 1 pun pembaca sudah bisa mendapatkan sedikit gambaran tentang sikap pragmatis Trump. Disebutkan disana bahwa ada 3 kelemahan Donald Trump saat memastikan dirinya akan ikut pencalonan Presiden AS dari partai Republik. Pertama, sebagai pengusaha, Trump dengan ringannya mengakui telah menyumbang Demokrat 80% dari total sumbangan yang dikeluarkan, untuk memperlancar usahanya. Kedua, Trump juga pernah mendukung kandidat capres Partai Republik (Primary Election) yang “pro-Choice” (menghalalkan aborsi), sedangkan the Tea Party jelas bersikap “pro-life”. Ketiga, Trump tidak cukup rajin untuk selalu mengikuti pemilihan pencalonan kandidat Presiden. Steve Bannon meragukan kelayakan Trump sebagai kandidat Presiden AS. Berikut dialog keraguan Bannon dengan David Bossie, aktifis politik: “Not a chance. Zero chance,” Bannon repeated. “Less than zero. “Look at the fucking life he’s got, dude. Come on. He’s not going to do this. Get his face ripped off.”

Masukan Bannon saat bertemu Trump di tahun 2016, setelah dinyatakan sebagai Capres AS dari Partai Republik pada 21 Juli 2016 adalah: “Hillary Clinton adalah simbol korupsi dan status quo yang tidak kompeten, sedangkan kamu adalah yang akan menjadikan America “great again“. Untuk itu, ada 3 hal yang perlu menjadi thema strategis kampanye:

  1. To stop mass illegal immigration and start to limit legal immigration to get our sovereignty back.
  2. To bring manufacturing jobs back to the country.
  3. To get out of these pointless foreign wars.

Sesuai permintaan Steve Bannon, Paul Manafort ditunjuk sebagai Campaign Chairman, tanpa punya otoritas dan Kellyanne Conway sebagai Campaign Manager, yang tugasnya lebih sebagai ‘pemanis’ karena mempunyai likability tinggi di mata media. Dan otak Pemenangan ada di Steve Bannon, yang terus berlanjut hingga Trump telah sukses menduduki White House.

Peran Manajer dalam membuatkan dan menjalabkan program pemenangan serta tim yang tangguh dan persistent, sangat penting sekali. Donald Trump yang begitu disepelekan potensi kemenangannya sejak 2010 dan bahkan disarankan Priebus untuk mengundurkan diri dari pencalonan atau bakalan dilindas oleh Hillary Clinton dalam masa pilpres, ternyata menang pada akhirnya, setelah Steve Bannon dipilih Trump untuk ambil-alih tim pemenangannya.

Selanjutnya, selain isu keterlibatan Russia dalam kampanye Pilpres yang berakibat dipecatnya James Comey, Direktur FBI, dan beberapa pejabat istana yang masih juga belum selesai hingga kini, buku ini lebih banyak bercerita tentang bagaimana aksi Trump dalam upayanya untuk mejalankan ambisinya terkait berbagai kebijakan luar-negeri AS, dan respon-responnya terhadap berbagai pihak yang tidak sependapat dengannya. Beberapa kebijakan luar-negeri yang dibahas dalam buku ini dan mengalami perdebatan sengit dalam istana sehingga perlu penundaan adalah:

* Mundur dari kesepakatan AFTA
* Mundur dari NATO
* Mengenakan tarif impor baja dari China, Korea, Jepang
* Menarik pasukan dari Afganistan, Irak dan Korea Selatan
* Menutup imigran masuk AS
* Tidak-lanjut kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim

Dengan membaca buku ini, pembaca akan bisa lebih memahami mengapa beberapa media AS menganggap terjadinya kematian demokrasi dan rendahnya aspek pengelolaan ketata-negaraan dalam masa pemerintahan Trump ini. Bagaimana Trump memperlakukan para pembantunya (advisor, menteri, dll.), bagaimana Trump menggunakan Twitter sebagai bagian media resmi istana, belum lagi pengangkatan staf istana yang tidak jelas hak dan kewajibannya, seperti Ivanka (anak perempuan Trump) dan Jared Kushner (menantu, suami Ivanka) yang dianggap miskin pengalaman namun selalu terlibat dalam rapat-rapat istana, juga posisi Steve Bannon yang begitu powerful (yang akhirnya dipecat Trump), sehingga menjadi ‘ganjalan’ bagi staf senior lainnya, semuanya menjadi bagian drama pemerintahan Trump yang menarik untuk diketahui pembaca sekalian.

Read Full Post »