Setelah membaca Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer, Suluk Tambangraras adalah novel sejarah kedua yang saya baca. Menarik dan dapat menjadi penyemangat awal untuk mempelajari lebih dalam tentang sejarah kerajaan Islam di Jawa. Penyegaran ulang atas pengetahuan Sejarah yang pernah kita nikmati di masa SMP dulu.
Damar Shashangka adalah penulis yang kondang dengan karya-karyanya ttg sejarah kerajaan di Jawa dan spiritual Jawa. Masih cukup muda namun pengetahuannya tentang budaya Jawa sangatlah mumpuni. Saat ini beliau berdomisili di Bogor dan melakukan praktek spritual Jawa bersama komunitasnya.
Suluk Tambangraras karya Damar Shashangka ini adalah bentuk ‘novelisasi’ sejarah, sehingga tak dapat dihindari akan adanya ‘kembangan’ cerita supaya lebih menarik, runtut ceritanya dan nyaman dibacanya. Namun mestinya tidak jauh menyimpang dari sumbernya, yaitu Serat Centhini, yang aslinya dalam bentuk tembang Jawa. Setidaknya dari informasi di internet, penanggalan peristiwa-peristiwa besar dan tokoh-tokoh ternama, memang benar adanya.
Awal tahun 80an terkenal cerita silat berlatar belakang kerajaan Islam Jawa, Demak hingga Mataram, seperti Api Di Bukit Menoreh dan Naga Sasra dan Sabuk Inten karya SH. Mintardja serta Bende Mataram karya, Herman Pratikto. Para tokoh utama dalam novel berseri tersebut adalah masyarakat ‘kebanyakan’ atau bukan para pejabat pemerintah. Meskipun ada juga sedikit keterlibatan Ki Ageng Pemanahan (ayah Sutawijaya, raja Mataram pertama) dalam cerita Api Di Bukit Menoreh. Ini berbeda dengan Suluk Tambang Raras, yang memang bercerita tentang sejarah kerajaan Islam di Jawa, sehingga para tokoh utama di dalamnya adalah para petinggi kerajaan itu sendiri.
Novel Suluk Tambangraras ini berisi sejarah kekuasaan atau sejarah penaklukan di tanah Jawa yang di beberapa kesempatan terkesan kejam, bahkan brutal. Betulkah memang demikian adanya? Mulai dari kisah bayi Raden Paku (Sunan Giri) yang dibuang, bahkan dari sumber yang berbeda, diceritakan bayi ini telah dilarung atau dihanyutkan. Kemudian kisah Sultan Pasai, Sultan Ahmad Malik Az-Zahir, yang melakukan pelecehan seksual terhadap kedua puterinya sendiri hingga berakibat tewasnya kedua puteri tsb karena bunuhdiri. Pajang dibawah Mas Karebet, ditaklukkan Danang Sutawijaya, putera angkatnya sendiri. Perebutan kekuasaan Sultan Hamengkubuwana II oleh Sultan Hamengkubuwana III yang dibantu Belanda. Adipati Pragola, dari Pathi, tewas dalam pemberontakan Mataram dibawah Panembahan Senapati. Panembahan Senapati adalah suami dari kakak perempuan Adipati Pragola. Kyai Adipati Upasanta wafat karena dipancung oleh menantunya sendiri, Raja Mataram, Sultan Agung Adiprabhu Anyakrakusuma karena kalah dalam penyerbuan Batavia. Lebih dari seribu pasukan Sumedang dan Ukur, yang menyertainya juga mendapat hukuman mati di alun-alun Mataram karena alasan yang sama.
Secara umum, sebagai pembuka diceritakan latarbelakang kekuasaan di tanah Jawa, khususnya wilayah Surakarta dan Yogyakarta, dimana polah-tingkah Belanda telah menyebabkan terpecahnya Kasunanan Surakarta melalui Perjanjian Palihan Nagari menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan dengan Perjanjian Salatiga yang memecah Kasunanan Surakarta menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegara.
Bab selanjutnya, dibuka dengan dialog RM Gusti Sugandi, yang bergelar Adipati Anom Amengkunegoro III, putra mahkota Sunan Pakubuwono IV, dengan RN. Sastradipura, RN. Ranggasutrasna, RT. Sastranagara (Ki Ranggawarsata atau RN. Yasadipura II) di keraton Kasunanan Surakarta. Adipati Anom bermaksud untuk menyusun sebuah naskah yang mencatat lengkap tentang sejarah dan budaya Jawa, sejak runtuhnya Majapahit. Naskah tersebut akan berbentuk kumpulan tembang Jawa yang dinamai Suluk Tambangraras. Dan nantinya akan dikenal sebagai Serat Centhini.
Maksud Adipati Anom ini dipicu oleh banyaknya benda berharga, termasuk kitab-kitab yang berisi sejarah dan budaya warisan leluhur Mataram/Kasunanan Surakarta yang hilang, diangkut oleh Inggris (Raffles) ke negerinya ketika menaklukkan keraton Yogya dimasa Sultan Hamengkubuwana II. Inggris menaklukkan Belanda di tahun 1811.
Selanjutnya novel bercerita tentang sejarah tokoh utama, mulai dari kisah pengembaraan Syekh Maulana Ishaq atau Syekh Wali Lanang, kemudian berlanjut kisah puteranya, yaitu Raden Paku sejak lahirnya di tahun 1442 M dan berdirinya Giri Kedhaton, kemudian berakhir dengan kisah Ki Ageng Pekik, hingga kesuksesannya sebagai panglima perang Mataram di masa Susuhunan Adi Prabhu Anyakrakusuma, dalam menaklukkan Giri Kedhaton. Diakhir cerita inilah para putera-puteri Sunan Giri, yaitu Raden Jayengresmi, Raden Jayengsari dan Niken Rancangkaoti melarikan diri dan berkelana.
Sebagai penutup novel ini, cerita kembali pada suasana dialog ketiga sastrawan Kasunanan Surakarta, yang sedang mengumpulkan cerita diatas dan kemudian bersepakat bahwa cerita sejarah panjang kerajaan Islam Jawa tersebut adalah bagian awal dari keseluruhan naskah Serat Centhini, hasil pengembaraan ketiga putra-putri Sunan Giri tersebut diatas.
Novel terbitan Prameswari cetakan I tahun 2016 ini setebal 831 halaman. Layout dan cover buku, menarik dan nyaman dibaca. Banyak pebendaharaan kata asing di dalamnya, bahasa Jawa kuno. Akan sangat membantu bila semua kata yang tercetak miring, ditambahkan penjelasannya di bagian bawah halaman atau dibuatkan khusus semacam kamus di bagian belakang buku. Tebalnya buku menyebabkan berat dan tidak nyaman untuk dapat dibaca di sembarang tempat. Akan menjadi pilihan yang bagus bila diperjual-belikan juga dalam format digital, sehingga mudah dibawa dan dibaca menggunakan gadget.
Buku bagus yang sangat direkomendasikan untuk penggemar novel sejarah, khususnya kerajaan di tanah Jawa. Akhirnya, tetap berkarya untuk mas Damar Shashangka.
Berikut ini adalah urutan waktu yang ada dalam buku ini:
1267 Kesultanan Pasai (Kerajaan Islam) didirikan oleh Meurah Silu, bergelar Sultan Malik Al-Salih
1295 Pasai mulai dibawah Sultan Muhammad Malik Az-Zahir1325-1351 Kesultanan Delhi dibawah Sultan Muhammad Taghlug. Syekh Ahmad Syah Jalal, dari Samarkand, keturunan Nabi Muhammad. (Silsilah hal. 116)
1326 Sultan Muhammad Malik Az-Zahir wafat (Mendahului ayahnya, Sultan Malik As-Shaleh). Mempunyai 2 putra: Malik Al-Mahmud dan Malik Al-Mansur.
1345 Gan Eng Cu atau Arya Teja (gelar dari Majapahit) sbg perwakilan Bong Tak Keng di Tuban
1346-1383 Kesultanan Pasai dibawah Sultan Ahmad Malik Az-Zahir. Berperilaku buruk, membunuh putranya yg melindungi dua adik perempuannya, yg akhirnya juga bunuh diri.
1350 Kesultanan Pasai ditaklukkan Majapahit
1383-1405 Kesultanan Pasai dibawah Sultan Zainal Abidin Malik Az-Zair1385 Syekh Jamaluddin Syah Jalal (Syekh Jumadil Kubra) bangsawan Kesultanan Delhi, putra Syekh Ahmad Syah Jalal, sampai di Pasai bersama 4 saudara:
- Sayyid Qamaruddin Syah Jalal
- Sayyid Majduddin Syah Jalal
- Sayyid Tsanauddin Syah Jalal
- Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Tandhês/Sunan Gresik)
Adik Sultan Zainal Abidin Malik Az-Zair, Putri Ramawati, dinikahkan dengan Syekh Jamaluddin Syah Jalal, melahirkan Syekh Ibrahim Al-Akbar (di Champa, dikenal sbg Syekh Ibrahim As-Samarqand).
1393 Di Pasai, Syekh Ibrahim Al-Akbar dan istrinya, melahirkan Syekh Maulana Ishaq
Di Champa, Syekh Ibrahim Al-Akbar dan Chandravati, melahirkan:
- Sayyid Ali Murtadlo
- Sayyid Ali Rahmad (dari Makkah, singgah di Palembang, bertemu Adipati Aria Damar atau Swan Liong)
- Siti Zaenab
1405-1428 Sultan Zainal Abidin Malik Az-Zair wafat, digantikan Sultanah Nahrasiyyah utk memimpin Pasai
1428-1438 Pasai dibawah Sultan Zainal Abidin II
1429 Lahir Sayyid Abdul Qadir. Putra Syekh Maulana Ishaq (kakak tiri Raden Paku) dgn istri pertama di Pasai, sblm menikah dgn Dewi Sekardhadhu.
1438-1462 Pasai dibawah Sultan Shalahuddin. Syekh Maulana Ishaq ke Jawa mencari kakeknya Syekh Jamaluddin Syah Jalal
1441 Syekh Maulana Ishaq menyembuhkan Ratna Dewi Sekardhadhu (mjd istrinya), putri Adipati Blambangan. Syekh Maulana Ishaq diusir dari Blambangan krn memaksakan Adipati Blambangan utk memeluk agama Islam. Mengubah nama mjd Syekh Wali Lanang
1442 DewiSekardhadhu melahirkan. Bayi dibuang. Dipungut oleh Nyi Gede Pinatih di Tandhes dan diberi nama Jaka Samodra (Raden Paku).
1445 Di Tuban, Sayyid Ali Rahmad bertemu ayahnya, Syekh Ibrahim Al-Akbar (wafat di Tuban, dikenal sbg Syekh Ibrahim Asmarakondi)
1445 Syekh Wali Lanang gagal membawa Raden Paku (3 thn) dari Nyi Gedhe Pinatih
1447 Penguasa Majapahit Sthri Dyah Rani Suhita lengser, digantikan putra tirinya, Kertawijaya, yg bergelar Bathara Prabhu Wijayaparakramawardhana
1451 lahir Siti Sarah di Pasai, putri Syekh Maulana Ishaq. Setelah pulang dari Jawa
1451 Sayyid Ali Rahmad pindah ke Ujung Galuh, mendirikan pesantren dan dikenal sbg Sunan Ngampeldênta atau Sunan Ngampel.
1451-1453 Raden Kertawijaya wafat. Digantikan Raden Kertarajasa Bhre Pamotan Sang Sinagara sbg penguasa Majapahit (Wafat 1453), nenek moyang Pangeran Purbaya (putra Panembahan Senopati dgn Rara Lembayung)
1453 Nyi Gedhe Pinatih membawa Raden Paku ke pesantren Sunan Ngampeldênta atau Sunan Ngampelgadhing atau Raden Rahmad atau Sayyid Ali Rahmad atau Bong Swi Hoo, putra Syekh Ibrahim Al Akbar. Di Ujung Galuh, yg telah diubah namanya mjd Surabhaya oleh Rakryan Kanuruhan Kahuripan Arya Lembu Sora. Raden Paku bersahabat dgn Makdum Ibrahim, putra Sunan Ngampel. Selanjutnya Makdum Ibrahim menetap di Lasem sbg pengajar agama, dikenal sbg Sunan Benang.
1453-1456 Majapahit tanpa raja
1456-1466 Raden Suryawikrama, putra Raden Kertawijaya sbg penguasa Majapahit
1462-1464 Pasai dibawah Sultan Ahmad II
1464-1466 Pasai dibawah Sultan Abu Zaid Ahmad III
1466 Pasai dibawah Sultan Ahmad IV (<1 thn)
1466-1468 Pasai dibawah Sultan Mahmud
1468-? Pasai dibawah Sultan Zainal Abidin III
1468 Bhre Kertabhumi menguasai Majapahit stlh mengalahkan Raden Suprabhawa atau Bhre Pandhan Salas III, putra Raden Suryawikrama. Tak lama, kembali dikuasai kembali Raden Suprabhawa dan diserahkan kpd Raden Girindrawardhana Dyah Wijayakusuma, bergelar Bathara Prabhu Singawardhana.
1468 Perkawinan Raden Paku dgn:
- Siti Murtasyi’ah, putri Sunan Ngampel, keturunan, Pasai-Tiongkok-Champa-Tagalog
- Siti Wardah, Bungkul, Jawa (putri pemilik buah delima)
1469 Raden Paku, bersama Makdum Ibrahim, bertemu ayah dan kedua putra-putrinya di Pasai. Sayyid Abdul Qadir (40 thn) dan Siti Sarah (18 thn).
1473 Syekh Maulana Ishaq wafat. Sayyid Abdul Qadir bersama adiknya, Siti Sarah, datang ke Sunan Ngampeldenta di Jawa. Siti Sarah kemudian dinikahkan oleh Sunan Ngampeldenta dengan Raden Sahid (putra Adipati Tuban), yg dkemudian dikenal sbg Sunan Kalijaga
1474 Raden Wijayakusuma mangkat, digantikan Bhre Kertabhumi
1478 Sultan Ngampeldenta wafat
1478 Majapahit yg diruntuhkan oleh Demak, diserahkan pada Tionghoa, Nyo Lay Wa. Sayyid Abdul Qadir diserahi daerah Pergota oleh Panembahan Jin Bun, dan mendpt gelar Susuhunan Ing Pandhanarang.
1486 Majapahit bawahan Demak (Nyo Lay Wa) ditaklukkan oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya dan memindahkan Majapahit dari Trawulan ke Daha. Kecil namun bebas dari Demak. Bergelar Syri Wilwatikta Kanggala Kadhiri Prabhu Nata.
1487 Berdirinya Giri Kedhaton
1489 Lahir Sayyid Maulana Muhammad yg nantinya sbg Sunan Giri IV atau Susuhunan Adi Giri Parapen
1506 Jaka Samodra atau Raden Paku atau Sunan Giri Kedhaton atau Sunan Ing Giri Gajah atau Sultan Abdul Faqih ‘Ainul Yaqin Prabhu Setmata wafat (64 thn). Digantikan oleh putranya, Pangeran Zainal Abidin, bergelar Sunan Giri Dalem
1515 Lahir Mas Karebet atau Jaka Tingkir Tujuh hari stlh kelahirannya, ayahnya (Ki Ageng Kebo Kanigara atau Ki Ageng Pengging) dihukum mati oleh Demak melalui Sunan Kudus (ayah dari Arya Penangsang, Jipang).
1517 Majapahit tetap dibawah Girindrawardhana namun mjd daerah taklukkan Demak, yg dipimpin Panembahan Jin Bun.
1518 Panembahan Jin Bun mangkat, digantikan Adipati Unus
1521 Adipati Unus mangkat dlm perang di Malaka melawan Peranggi (Portugis). Digantikan Raden Trenggana.
1524 Susuhunan Giri Kawis Guwa lahir
1527 RadenGirindrawardhana mangkat
1530 Lahir Bagus Brubut putra Ki Pemanahan yg diangkat anak oleh Jaka Tingkir atau Ki Mas Karebet dan dikenal sbg Danang Sutawijaya
1531 Surabhaya ditaklukkan Demak
1532 Giri Kedhaton dibebaskan Demak. Pasukan Sengguruh keluar dari Tandhes.
1535 Pasuruhan yg masih Syiwa Budha tunduk thd Demak
1546 Sultan Trenggana tewas di Panarukan
1546Susuhunan Giri Dalemwafat, digantikan Pangeran Sayyid Ali Kusumawira atau Susuhunan Giri III
1548 Susuhunan Giri III wafat krn perang dgn pasukan pedalaman, digantikan oleh adiknya, Sayyid Maulana Muhammad atau Sunan Giri IV atau Susuhunan Adi Giri Parapen, utk memimpin Giri Kadhaton
1549 Demak Bintara dikuasai Mas Karebet dan pusat pemerintahan pindah dari Demak Bintara ke Pajang.
1550Sunan Kalijaga wafat
1556 Ki Pemanahan menerima Alas Mentaok dari Sultan Pajang. Berubah nama menjadi Mataram dan Ki Pemanahan bergelar Ki Ageng Mataram
1564 Pajang membunuh pembawa surat dari Kesultanan Aceh yg berharap Pajang menyerang Kasultanan Malaka krn terhina bhb Pajang tidak punya kekuatan laut spt Demak
1581 Pajang dibawah mas Karebet (Sultan Hadiwijaya) menguasai sebagian besar Jawa, kecuali Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon, Kerajaan Blambangan dan Kesultanan Giri Kedhaton.
1584Ki Ageng Mataram wafat
1587Danang Sutawijaya menguasai Pajang yg belum lama dikuasai Pangeran Benawa (Jipang), dan bergelar Panembahan Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama
1600 Pemberontakan Adipati Pragola (Pati) ditumpas Panembahan Senopati, yg telah menikahi Dyah Retno Dumilah (adik Adipati Pragola)
1601Panembahan Senapati mangkat (71 thn). Digantikan putranya, Raden Mas Jolang, bergelar Susuhunan Prabhu Anyakrawati Senopati Ing Ngalaga
1605Susuhunan Giri Parapen wafat (116 thn). Digantikan Susuhunan Giri Kawis Guwa atau Sultan Giri V
1613 Prabhu Anyakrawati wafat. Digantikan putranya Raden Mas Rangsang bergelar Adi Prabhu Anyakrakusuma
1613-1645Sultan Agung Adiprabhu Anyakrakusuma, Raja Mataram terbesar yang memerintah
1616 Penguasa Surabhaya Pangeran Panji Jayalengkara berinisiatif mengumpulkan para pemimpin brang wetan untuk menyerang Mataram. Perlu mendapat restu Giri Kadhaton lebih dahulu. Pangeran Pekik (putra Jayalengkara) sbg utusan. Pd kesempatan tsb, Sunan Giri bersabda bhw anak keturunan Pangeran Pekik akan menguasai Jawa (hal. 356)
1618 Giri Kadhaton dibawah Susuhunan Ageng Giri
1619 Lahir Raden Mas Sayidin atau Adipati Anom Arya Mataram, putra Sultan Agung Adiprabhu Anyakrakusuma (dgn Ratu Wetan, putra Kyai Adipati Upasanta yg dipancung Anyakrakusuma krn kalah melawan Batavia di penyerangan pertama), yg nantinya akan dinikahkan dengan putri Pangeran Pekik (dgn istri pertama)
1620 Mataram dibawah Anyakrakusuma mengirimkan pasukan utk menaklukan Surabhaya
1624 Mataram menaklukkan Madura
1625 Mataram menaklukkan Surabhaya. Sungai Kali Mas dibendung, mjd sumber penyakit
1628 Pangeran Panji Jayalengkara mangkat
1628 Serangan Mataram pertama ke Batavia dipimpin Tumenggung Bahureksa, Kendhal membawa 48.000 prajurit. Kalah dan Tumenggung Bahureksa wafat dlm peperangan.
1629 Serangan Mataram kedua ke Batavia dipimpin Tumenggung Singaranu. GubJen. Yan Peters Zoon Coen tewas di masa peperangan.
1633 Pemberontakan ke Mataram oleh Syekh Bungas, keturunan Susuhunan Ing Tembayat, dipicu krn kekecewaan penyerbuan ke Batavia yg tidak maksimal berhasil digagalkan. 1.260 org dari Ukur dan Sumedang (tanah Pasundan) dihukum penggal di alun-alun Mataram krnnya.
1633 (1555 Tahun Syaka) Sultan Agung Adiprabhu Anyakrakusuma mulai menggunakan almanak berdasar perhitungan perputaran bulan (tahun Islam)
1635 Pengembaraan putra-putri Sunan Giri stlh runtuhnya Giri Kedhaton oleh Mataram (Ki Ageng Pekik)
1645-1677 Sri Susuhunan Amangkurat Agung, penguasa terakhir yang memerintah Kasultanan Mataram
1680-1703 Jawa, Sri Susuhunan Amangkurat Amral pendiri dan penguasa pertama Keraton Kartasura
1703-1705 Susuhunan Amangkurat Mas, penguasa Keraton Kartasura
Raden Mas Garendi adalah cucu Sri Susuhunan Amangkurat Mas, putra dari Pangeran Tépasana.
1704 1719Sri Susuhunan Raden Pakubuwana I, memerintah Keraton Kartasura
1719-1726 Sri Susuhunan Amangkurat Jawa yang memerintah Keraton Kartasura
Sri Susuhunan Raden Pakubuwana II adalah putra dari Sri Susuhunan Amangkurat Jawa.
1755 runtuhnya Mataram, peristiwa Palihan Nagari
1788 Sri Susuhunan Raden Pakubuwana IV naik tahtaRM Gusti Sugandi bergelar Adipati Anom Amengkunegoro III
1799 runtuhnya VOC
1810 pengangkatan RM. Suroyo (putra mahkota HB II) sbg Sultan HB III oleh Gubjen. Herman Willem Daendels.
1811 Belanda digantikan Inggris.
1812 Yogya diserang. Banyak benda berharga warisan leluhur Mataram/Kasunanan Surakarta diangkut oleh Inggris (Raffles) ke negerinya. Sultan HB II berkuasa kembali
1812 ide penulisan semua hal terkait sejarah Jawa oleh Adipati Anom Amengkunegoro III
1815 Adipati Anom Amengkunegoro III, putra mahkota Sunan Pakubuwono IV, memprakarsai penyusunan lengkap budaya Jawa, Suluk Tambangraras. Yg nantinya lebih dikenal sebagai Serat Centhini. Penyusunnya adalah:
- RN. Sastradipura
- RN. Ranggasutrasna
- RT. Sastranagara (Ki Ranggawarsata atau RN. Yasadipura II)
Tinggalkan Balasan