Baca juga “Dari Beirut Ke Jerusalem”
Tiga kelompok agama besar yang menguasai Libanon, adalah:
1. Sunni: kelas pedagang borjuis dan birokrat
2. Kristen: penguasa karena warisan kolonial masa lalu
3. Shia: kelas buruh tani kentang dan tembakau di Lembah Beka, wilayah selatan Libanon
Di kota Balbeek, Libanon Selatan, Shia adalah komunitas mayoritas diantara tiga kelompok yang ada. Komunitas Shiah sudah berada di wilayah ini sejak abad 15 ketika Libanon masih berada dalam kekuasaan Persia dibawah Shah Ismail I. Saat itu pengikut Sunni dipaksa untuk mengikuti keyakinan Shiah. Di masa Ottoman, pengikut Shiah menjadi minoritas di bawah kekuasaan Sunni.
Di awal masa Libanon modern, perbedaan antara kelompok Shiah – Sunni cukup cair dari perspektif agama maupun identitas budaya. Mereka hidup damai berdampingan.
Tiga orang berpangaruh dari komunitas Shia di kota Khalde, Beirut Selatan, 1974:
- Musa al-Sadr (Imam Sadr), the magnetic, turbaned Iranian cleric with green eyes; alumni Universitas Tehran jurusan politik. Merupakan ancaman bagi Khomeini, karena kharismanya di Qom, Iran. Sangat dekat dengan ulama-ulama elit yang ditakuti Ruhollah Khomeini, termasuk Mahmoud Taleghani dan Mohammad Kazem Shariatmadari.
- Hussein al-Husseini, the witty, mustachioed Lebanese politician, in a suit;
- Mostafa Chamran (1932-1981), the Iranian physicist turned leftist revolutionary in fatigues. Alumni univ California, Berkeley dan Texas, Austin. Masuk Libanon 1971, dari Iran. Anggota Nehzat-e Azadi-e Iran, the Liberation Movement of Iran (LMI), partai oposisi di Iran penentang Shah Iran 1963. Mengorganisir LMI di camp-camp Palestina. Menjadi Menteri Pertahanan Iran dimasa pemerintahan Perdana Menteri pertama setelah revolusi, Mehdi Bazergan. Wafat dalam perang Iran-Iraq (1981). Dianggap rival Ruhollah Khomeini.
Musa al-Sadr (Imam Sadr) dgn turban dan jubah hitamnya, sebagai sayyed, pindah dari Iran ke Libanon 1959 utk membesarkan Shia. 1974 Imam Sadr yang sudah termasyur, masuk Balbeek untuk membangun kesadaran politik. Kaum Shiah yang sebelumnya tanpa suara di parlemen, selalu kalah dengan kaum Kristen, menjadi terdengar suaranya karena Musa al-Sadr (Imam Sadr).
Musa al-Sadr (Imam Sadr) tidak menganjurkan perlawanan bersenjata, namun kepemilikan senjata untuk kelompok Shiah dirasanya perlu untuk menaikkan daya tawar politik. Dia adalah ulama modernist yang berpandangan luas, berpendidikan politik, tidak hanya agama, menghormati masyarakat sunni dan kristen, bahkan mengajar di sekolah Sunni dan Universitas St. Yoseph, Beirut, tentang filosofi Islam.
Libanon juga jadi tempat penampungan pengungsi Palestina sejak perang 1948. Pengungsi 1960an bahkan masuk gerilyawan Palestina bersenjata yang melawan Israel dari wilayah Libanon Selatan. Penduduk Libanon di selatan kesal dengan tindakan kelompok Palestina yang dianggapnya telah mengundang serbuan Israel dan menghancurkan kehidupan mereka. Musa al-Sadr (Imam Sadr) melakukan agitasi dan protes ke pemerintah Libanon yang dianggapnya tidak melindung rakyatnya. Namun, dia tidak bersuara terhadap tindakan kelompok Palestina bersenjata.
Mostafa Chamran dan LMI bukan satu-satunya kelompok yang menggunakan Libanon sebagai panggung untuk kegiatan anti-Syah mereka. Kaum kiri dan Marxis Iran juga ada di sana, berlatih dengan PLO sebelum membantu menjatuhkan monarki.
1960an
Banyak pelarian politik dari Iran karena pencanangan White Revolution oleh Shah Iran Mohammad Reza Pahlavi.
Setelah 1963
Mostafa Chamran juga sibuk mengatur pelatihan LMI di berbagai camp Palestina. Ratusan pemuda Iran, Marxist dan ulama, banyak datang ke camp-camp tersebut. Mereka nantinya menjadi Pengawal Revolusi Iran.
1970
Kelompok Kristen berlindung ke Perancis. Sunni berlindung ke Arab dan Suria. Shiah tidak ada perlindungan, karena Shah Iran masih bersekutu dengan Israel.
1974
Mostafa Chamran, Sadegh Ghotbzadeh, dan Ebrahim Yazdi adalah tulang punggung LMI, yang anggotanya adalah bangsa Iran kelas menengah.
1977
Perang saudara di Lebanon sudah berlangsung 3 tahun.
Musa al-Sadr (Imam Sadr) dan Hussein al-Husseini mulai membuat rekaman pidato agitasi melawan Shah Iran Mohammad Reza Pahlavi dan menggandakannya sebanyak mungkin untuk diselundupkan di Iran.
17 Februari 1979
Yasser Arafat bersama Hani Fahs, ulama Shia Lebanon yg menghubungkannya dengan Khomeini 1977, menggunakan jalan darat dari Lebanon melalui pegunungan Lebanon, Lembah Beqaa dan gerbang Mesnaa menuju Damascus, Syria. Turut menemani adalah Mahmoud Abbas, yang kemudian hari menjadi Presiden Palestina, dan Elias Khoury, 37 tahun, aktifis intelektual kiri. Khoury, kristen Lebanon, domisili di Jordan setelah perang 1967. Penulis. Novelis dan editor majalah Palestinian Affairs.
PLO dibawah pimpinan Yasser Arafat, banyak memberi pelatihan perang di Lebanon, untuk revolusi Iran.
8 Juni 1982 7.00 am
Tank-tank Israel memasuki Lebanon. Operasi Peace for Galilea dimulai. Beirut digempur selama berminggu-minggu sampai Yasser Arafat dan anak buahnya setuju untuk meninggalkan negara tempat mereka memprovokasi perang saudara, memecah kaum nasionalis melawan kaum revolusioner, kiri melawan kanan, Muslim melawan Kristen. Mereka dievakuasi melalui Lebanon utara dan akhirnya mendarat di Tunisia, dan PLO mendirikan markas besarnya. Penduduk Shia senang karena PLO keluar dari Lebanon.
Israel ‘mendekati’ penduduk Shia Lebanon Selatan. Mereka tidak menyukai Israel, namun LEBIH tidak menyukai PLO karena sikap jumawanya yang seolah menguasai Lebanon.
Mahmoud Ahmadinejad, kelak menjadi Presiden Iran, bersama 1.500 Pengawal Revolusi Iran dari Kantor Gerakan Pembebasan tetap tinggal dan mendirikan basis operasi di Suriah, untuk keluar/masuk Lebanon.
April 1983
Pemboman Kedubes AS di Beirut, menewaskan 63 orang
Oktober 1983
Bom mobil meledakkan barak marinir AS dan paratroop Perancis di Beirut. 300 orang tewas, termasuk 241 warga AS.
Imad Fayez Mughniyeh (1962-2008) bekas elit militer PLO, dicurigai sebagai dalang Hezbollah dibalik para pemboman bunuhdiri.
9 April 1985
Sana’a Mehaidli (August 14, 1968 – April 9, 1985) sekular nasionalis, anggota the Syrian Social Nationalist Party, meledakkan diri di dalam mobil Peogeot di Jezzine, Lebanon ketika tentara Israel sedang konvoi, setelah menaklukkan Lebanon Selatan. Dua tentara Israel tewas. The Bride of the South
1985
Israel menarik diri dari sebagian besar wilayah yang telah didudukinya sejak tahun 1982, termasuk kota-kota besar Sidon dan Tirus.
Juli 1990
Demonstrasi di Tyre, menuntut keluarnya milisi Iran dari Lebanon. Pengawal Revolusi Iran meninggalkan Lebanon. Hezbollah sebagai afiliasi Iran, masih tetap tinggal.
13 Oktober 1990
Militer Syria memasuki wilayah Kristen, Lebanon. Banyak mendominasi wilayah Islam, Beirut Barat. AS ‘tutup mata’ krn Syria bersedia turut memusuhi Iraq bersama Iran, Arab dan AS dlm program Desert Storm di Kuwait.
14 February 2005 12.55 pm
Rafic Bahaa El Deen Al Hariri, PM, pengusaha sipil dan politisi. Dianggap sebagai anak oleh Raja Fahd bin Abdulaziz Al Saud dan Pangeran Abdallah, terbunuh oleh bom truk bunuh diri di Saint George Hotel, Beirut. Diduga Hezbollah yang didukung Syria/Iran, pelakunya. Secara tidak resmi, Iran ‘mengumumkan’ perang terhadap Saudi Arabia.
6 November 2017
Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri, putra mendiang Rafiq Hariri (keduanya juga pemegang kewarganegaraan Saudi), dipanggil ke Arab Saudi, ditahan secara paksa, dan dipaksa mengundurkan diri dalam acara televisi. Di mata Arab Saudi, perlindungan keluarga Hariri selama bertahun-tahun, tidak mendapatkan balasan setimpal, karena Hezbollah dan Iran masih berkuasa di Libanon.
Tinggalkan Balasan