Setiap kali melihat saluran tv berita dan media sosial, selalu saja muncul disana informasi tentang perang Rusia-Ukraina. Sayangnya, berita televisi pada umumnya seragam dan mengacu pada media Barat. Lihat saja CNN, Fox, Bloomberg, BBC. Bahkan Aljazeera dan TRT (channel Turki) pun sama saja sumbernya. Hanya ada dua channel tv yang berbeda, yaitu tv China CCTV-4 di IndiHome (info teman) dan channel RT (Russian Today) di First Media, yang sempat hilang saat awal perang Ukraina terjadi.
Media sosial pun tak jauh beda, isu perang Rusia-Ukraina yang diwarnai pro-kontra masing-masing pendukungnya, juga seringkali muncul. Hanya saja, banyak terlihat posting di medsos twitter, facebook atau group whatsapp, sering disertai narasi dukungan yang berlebihan. Emosional. Seolah acuan info yang dipunyainya sudah paling valid.
Menurutku, konflik bersenjata Rusia-Ukraina tak ada yang layak dibenarkan. Begitu juga dengan negara-negara pendukungnya. Ini Perang yang didasari kekuasaan politik regional. Semua negara kuat yang terlibat di dalamnya punya sejarah buruk tentang Penguasaan terhadap yang lemah. Maka, akan lebih mencerahkan bila para pendukung Rusia ataupun Ukraina coba melihat atau membaca media elektronik/cetak dari kedua blok negara tersebut.
Seperti halnya narasi iklan, semua terlihat benar dan indah adanya, dari sisi pengiklannya, tentunya. Memang tidak bohong, namun tidak lengkap informasinya. Coba saja nikmati channel tv CNN dan media Barat lainnya. Beritanya selalu kekejaman pihak Rusia yang mengakibatkan penderitaan rakyat Ukraina di daerah Mariupol, Donetsk dan Luhansk. Memilukan. Tapi, apa iya tidak ada korban di sisi tentara Rusia dan masyarakat Ukraina pro-Rusia?
Di sisi lain channel RT, selalu menayangkan acara Dokumentasi tentang serbuan aparat Ukraina di wilayah masyarakat pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk 2014. Korban jiwa dan kemarahan pro-Rusia, bangunan luluh lantak dan kelaparan yang memilukan, menjadi sajian yang terus berulang dari channel RT. Kejahatan kemanusiaan Nazi Jerman di tahun 1940an, peminggiran suku Indian di Amerika, penaklukan Irak dan sejarah imperialisme Eropa di masa lalu, menjadi materi iklan berulang di channel RT. Seakan mengatakan bahwa Ukraina dan Barat pun juga punya sejarah invasi yang brutal di masa lalu.
Sedihnya, sumber berita media kita sudah banyak mengacu pada media Barat sejak G30S 1965, sehingga cukup susah mendapatkan informasi yang seimbang. Apalagi media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram ada dalam genggaman Barat, maka bisa dipahami bila kita akan kesulitan mendapatkan informasi positif tentang Rusia dalam kasus ini. Bahkan, buku yang menulis tentang sisi positif pemerintahan Putin pun sulit diperoleh. Atau memang tidak ada sisi positifnya? Penulis ada membuat resensi buku tentang Putin, yaitu Red Notice karya Bill Browder, The Man Without a Face karya Masha Gessen dan A Russian Diary karya Anna Politkovskaya. Semuanya hal buruk tentang Presiden Vladimir Putin. Namun tak sepenuhnya buku-buku tersebut adalah fakta hasil reportase, karena opini penulis banyak ditemukan di dalamnya. Ingin rasanya membaca tentang hal positif beliau. Ada yang tahu bukunya?
Kesimpulan
Tak perlu kiranya terlalu emosional mendukung ke salah satu peserta perang. Apalagi kalau hanya didasarkan pada informasi media yang diragukan netralitasnya, yang seperti iklan saja layaknya.
Terkait kehati-hatian dalam mengkonsumsi berita, Tom Nichols dalam bukunya The Death of Expertese, memberi saran bagus supaya melakukan beberapa hal dibawah ini:
Rendah hati. Mulai dengan asumsi bahwa penulis lebih memahami persoalan daripada konsumen berita
Variatif. Tidak mengkonsumsi berita dari sumber yang sama secara terus-menerus
Tidak sinis. Wartawan bisa salah karena tidak teliti dalam menyajikan informasi. Namun tidak bermaksud berbohong
Kritis. Siapa penulisnya? Apakah ada editornya? Apakah ini media berita atau politik? Apakah informasi bisa diverifikasi?Apakah ada media lain yang tidak sependapat dengan beritanya?
Sepakat rasanya dengan sikap RI yang ditunjukkan Menlu Retno Marsudi dalam podcast Deddy Corbuzier di channel Youtube, bahwa negara-negara di dunia perlu bergandeng-tangan untuk mengupayakan berhentinya perang Rusia-Ukraina. Tanpa perlu menilai salah-benar terhadap mereka yang berperang. Karena perang ini akan merugikan semua pihak, juga terhadap negara-negara yang tak terlibat perang. Efek ekonomi sudah kita rasakan. Inflasi, harga komoditi sumberdaya alam, energi semakin tinggi.
Ketika menulis blog tentang konflik Timur Tengah dari buku Black Wave, yang bersamaan waktunya dengan menikmati film seri di Netflix “Homeland” yang bercerita tentang konflik Pakistan dan Afghanistan, tiba-tiba menyeruak berita tentang dikuasainya sebagian besar Afghanistan oleh Taliban dan kaburnya Presiden Ashraf Ghani dari Kabul pada 15 Agustus 2021. Membangkitkan keingintahuan lebih banyak tentang Afghanistan. Tak sampai satu bulan, muncul serial film dokumenter di Netflix “Turning Point“, tentang 9/11, dan liputan dokumenter National Geographic tentang hal yang sama. Afghanistan, atau Taliban khususnya, memang subyek menarik untuk dipelajari.
Buku berjudul Taliban karya Ahmed Rashidini tentang Afghanistan dimasa Taliban, dalam kurun waktu antara setelah mundurnya Uni Soviet, 1989, hingga sebelum terjadinya peristiwa 9/11, 2001. Menjadi pilihan rujukan, karena dari penulusuran Google, menyebutkan bahwa penulisnya seorang jurnalis media internasional, yang sudah dikenal banyak bergumul dengan konflik Afghanistan. Buku ini menjadi Best Seller di New York Times selama 5 minggu dan telah diterjemahkan kedalam 22 bahasa. Dan sudah terjual lebih dari 1,5 juta buku, serta menjadi buku rujukan bagi siswa akademi-akademi militer di Amerika Serikat. Layak baca.
Buku ini dibuka dengan Bab Pendahuluan yang bercerita tentang praktek hukum syariah menurut penafsiran Taliban, di depan publik ketika telah menguasai Kandahar 1994, terhadap tersangka kriminal dan perselingkuhan. Tembak mati, potong tangan dan rajam hingga mati. Mengerikan.
September 1996, setelah Kabul runtuh, mantan Presiden Afghanistan Mohammad Najibullahbeserta saudaranya, tewas dianiaya dan jenazahnya digantung oleh Taliban.
Peta politik regional Afghanistan saat itu adalah Russia, Iran, Turki dan Central Asia (Turkmenistan, Uzbekhistan, Tajikistan, Kyrgyzstan) di satu sisi pendukung anti-Taliban, atau biasa disebut NA (Northern Alliance), dan Pakistan, Arab Saudi di sisi lain sebagai pendukung Taliban.
Musim panas 1998, setelah Taliban sukses menaklukkan wilayah Afghanistan Utara, ketegangan regional semakin memanas dengan ancaman Iran untuk invasi ke Afghanistan karena Pakistan mendukung Taliban. Sementara Amerika Serikat yang terkesan maju-mundur dalam konflik Afghanistan, ternyata sibuk mengurus bisnis pemipaan gas di Turkmenistan (Turkmenistan – Afghanistan – Pakistan – India).
…
Sejarah Etnik Afghanistan
Mulai dari bangsa Yunani Macedonian 329 BC, dibawah Alexander Agung, menaklukkan Afghanistan dan Central Asia. Kemudian kekuatan Arab pada 654 AD menyapu bersih hingga Afghanistan dan sampai sungai Oxus di perbatasan Central Asia sekarang. Mereka membawa agama Islam, yang mengajarkan kesetaraan dan keadilan. Dengan cepat merambah seluruh wilayah.
Tahun 1219, Genghis Khan meluluh-lantakkan Afghanistan dengan menghancurkan kota-kota, seperti Balkh dan Herat. Bangsa Mongol meninggalkan warisan budaya modern, juga perkawinan campur dengan suku lokal. Dilanjutkan dengan keturunannya, Taimur, 1318, menaklukkan Herat, Afghanistan. Sebelumnya, Taimur memerintah dari ibukota kekaisaran baru Samarkand, yang membentang dari Russia hingga Persia.
Tahun 1405, Shah Rukh, putra Taimur, memindahkan ibukota kekaisaran Timurid ke Herat. Bangsa Timurid, adalah orang-orang Turki pembawa budaya nomaden Turki Asia Tengah dalam orbit peradaban Persia, membangun di Herat salah satu kota yang paling berbudaya di dunia. Perpaduan budaya Asia Tengah dan Persia ini merupakan warisan besar bagi masa depan kebudayaan Afghanistan. Satu abad kemudian kaisar Babur, keturunan Taimur, mengunjungi Herat dan menulis, ‘seluruh dunia yang layak huni, tidak memiliki kota seperti Herat’
Tahun 1500, Keturunan Taimur, Babur, meninggalkan lembah Ferghana, Uzbekistan, untuk menaklukkan Kabul pertama pada tahun 1504 dan kemudian Delhi. Dia mendirikan dinasti Mogul yang memerintah India sampai kedatangan Inggris.
Pada saat yang sama kekuatan Persia menurun di barat dan Herat ditaklukkan oleh Uzbek Shaybani Khan.
Abad 16 Afghanistan barat kembali dikembalikan ke pemerintahan Persia di bawah dinasti Safawi.
Berbagai perseteruan ini menghasilkan campuran etnis, budaya dan agama yang kompleks, yang membuat pembangunan bangsa Afghanistan menjadi semakin sulit.
Afganistan Barat didominasi oleh suku berbahasa Persia atau dikenal sebagai dialek Dari, Afganistan Persia. Dari, juga diucapkan oleh Hazara di Afghanistan tengah, suku yang dikonversi ke Syiah oleh bangsa Persia, sehingga menjadi kelompok Syiah terbesar di wilayah Sunni. Di barat, bangsa Tajik, penyimpan budaya kuno Persia juga berbicara bahasa Dari. Di Afghanistan utara, bangsa Uzbek, Turcomans, Kirgistan, dan lainnya berbicara bahasa Turki di Asia Tengah. Dan di selatan dan timur bangsa Pashtun berbicara dengan bahasa mereka sendiri, Pashto. Campuran bahasa-bahasa Indo-Persi.
Pashtun selatan berperan besar dalam membentuk negara modern Afghanistan, ketika dinasti Safawi Persia di barat, Mogul di India dan dinasti Janid Uzbek, semuanya berada dalam periode kemunduran pada abad ke-18.
Suku Pashtun terbagi menjadi dua bagian besar, Ghilzai dan Abdali, yang kemudian menyebut diri mereka Durrani, yang sering bersaing satu sama lain.
Pashtun melacak silsilah mereka ke Qais, sahabat Nabi Muhammad. Kaum Durrani mengklaim keturunan dari putra sulung Qais, Sarbanar, sedangkan kaum Ghilzai mengklaim keturunan dari putra keduanya.
Abad ke-6, sumber-sumber Cina dan India mengatakan bahwa bangsa Afghanistan/Pashtun tinggal di timur, Ghazni. Suku-suku ini memulai migrasi ke barat ke Kandahar, Kabul dan Herat sejak abad ke-15. Pada abad berikutnya, Ghilzai dan Durrani sudah saling bertarung memperebutkan sengketa tanah di sekitar Kandahar.
1709
Mir Wais, kepala suku Hotaki dari Ghilzai Pashtun di Kandahar memberontak melawan Safawi Shah, karena berupaya mengubah Pashtun Sunni menjadi Syiah – permusuhan historis yang muncul kembali dengan permusuhan Taliban terhadap Iran dan Syiah Afghanistan tiga abad kemudian.
1747
Ketika Ghilzai mulai lemah, rival mereka di Kandahar, Abdalis, membentuk konfederasi dan mengangkat Ahmad Shah Abdali sebagai raja. Mengubah nama Abdali menjadi Durani. Menyatukan semua suku-suku Pashtun dan penaklukan mulai dilakukan. Diantaranya adalah wilayah Pakistan sekarang ini.
1761
Ahmad Shah Durrani menaklukkan Hindu Mahrattas dan menangkapnraja Delhi dan Kashmir. Membentuk kekaisaran Afghan pertama kalinya. Dinasti Durani memerintah Afghanistan hingga 300 tahun. Ribuan bangsa Afghanistan masih mengunjungi meusoleumnya di Kandahar hingga kini, untuk menghormatinya sebagai Bapak Bangsa.
1772
Putra Ahmad Shah Durrani, Taimur Shah, memindahkan ibukota dari Kandahar ke Kabul.
1780
Kaum Durrani bersepakat dengan Amir Bukhar penguasa Central Asia bahwa Sunga Amu Darya adalah garis batas antara Central Asia dan wilayah baru Pashtun Afghanistan.
1973
Keturunan Durrani menguasai Afghanistan hingga 200 tahun, hingga 1973, ketika ketika Raja Zahir Shah digulingkan oleh sepupunya, Mohammed Daud Khan dan Afghanistan dinyatakan sebagai Republik.
Permusuhan Pashtun antara Ghilzai dengan Durrani semakin intensif setelah invasi Soviet ke Afghanistan dan munculnya Taliban.
Raja Durrani perlu menahan kekuasaan Inggris di timur, dan Russia tetap di utara, Central Asia. The Great Game menjadi program politik Inggris dan Russia dengan Afghanistan sebagai pengaman diantara keduanya melalui sumbangan finansial yang menyebabkan ketergantungan dari Afghanistan. Dengan tujuan, Russia di Central Asia tidak menyerang British India melalui Afghanistan, dan Inggris tidak menembus Central Asia.
1893
Inggris membuat batas Duran Line, yang memisahkan Pashtun India dengan Pashtun Afghanistan.
1880-1901
Amir Abdul Rehman atau Iron Amir, didukung Inggris untuk menyatukan dan memperkuat Afghanistan. Menaklukkan para pemberontak Pashtun dan dengan kejam menaklukkan otonomi Hazaras dan Uzbekh di utara. Pembersihan etnis dilakukan dengan membantai non-Pashtun dan menempatkan Pashtun Selatan di utara untuk menguasai perkebunan. Kebijakan kejam ini juga dilakukan oleh Taliban setelah 1997.
19 Agustus 1919
Afghanistan merdeka dari Inggris.
1933
Raja Zahir Shah, dinasti Durrani, mulai memerintah. Kemudian digulingkan oleh iparnya Mohammad Daoud Khan yang pro-Soviet. Zahir Shah diasingkan ke Roma.
17 Juli 1973
Afghanistan dinyatakan sebagai Republik dan Mohammad Daoud Khan memerintah sebagai Presiden pertama Afghanistan.
Daud dibantu angkatan darat dan partai kecil Parcham yang dipimpin oleh Babrak Karmal, untuk menghancurkan gerakan fundamentalis Islam yang baru lahir.
1975
Para pemimpin gerakan fundamentalis melarikan diri ke Peshawar dan didukung oleh Perdana Menteri Pakistan Zulfiqar Ali Bhutto untuk melawan Daud. Para pemimpin tsb adalah, Gulbuddin Hikmetyar, Burhanuddin Rabbani dan Ahmad Shah Masud, yangkemudian memimpin Mujahidin.
27 April 1978
Mohammad Daoud Khan terbunuh bersama keluarga dan pengawalnya, dalam kudeta berdarah yang dipimpin oleh Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, penganut Marxisme. Khan berrencana, memperjuangkan hak wanita dan modernisasi. Digantikan oleh Nur Mohammad Taraki, sebagai Presiden (27 April 1978).
Komunis terpecah menjadi dua faksi, Khalq dan Parcham.
14 September 1979
Presiden Nur Mohammad Taraki, dari faksi Khalq, terbunuh dalam kudeta oleh lawan politiknya di Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Digantikan oleh Hafizullah Amin sebagai Presiden.
27 Desember 1979
Hafizullah Amin terbunuh dalam kudeta oleh lawan politiknya, ketika Soviet invasi ke Afghanistan. Digantikan oleh Babrak Karmal sebagai Presiden, dari faksi Parcham.
30 September 1987 – 16 April 1992
Mohammad Najibullah sebagai Presiden, menggantikan Babrak Kamal. Selanjutnya terjadi perang sipil dan Taliban mulai berperan.
…
Sejarah Taliban
Perang Uni Soviet – Afghanistan, awal perlawanan Taliban
Uni Soviet menggelontorkan sekitar US$5 miliar per tahun ke Afghanistan untuk menaklukkan Mujahidin atau total US$45 miliar – dan tetap kalah. AS memberikan bantuan sekitar $4-5 miliar antara 1980 – 1992 kepada Mujahidin. Dana AS diimbangi oleh Arab Saudi dan bersama-sama dengan dukungan dari negara-negara Eropa dan Islam lainnya, Mujahiddin menerima total lebih dari US$10 miliar.
Tahun 1979 tentara Soviet memasuki Afghanistan melalui Turkmenistan, Herat di barat hingga Kandahar di selatan. Bantuan obat2an dan pengobatan dari AS dan Eropa melalui Pakistan, hanya sedikit mencapai Kandahar dan Durani Pashtun di selatan, dibanding yang ditujukan ke wilayah Pashtun Ghilzai di timur dan Kabul. Perlawanan di Kandahar terhadap tentara Soviet, pada awalnya dipimpin oleh para tetua suku Pashtun Durrani dan ulama, bukan kelompok islamis.
Di Peshawar ada 7 partai Mujahidin yang diakui oleh Pakistan dan mendapat bantuan dari CIA. Tak satupun dari Pashtun Durrani. Di Kandahar, ada 2 partai terkuat berdasar kesukuan, yaitu Harakat-e-Inquilab Islami (Movement of the Islamic Revolution) dipimpin oleh Maulvi Mohammed Nabi Mohammedi dan Hizb-e-Islami (Party of Islam) yang dipimpin oleh Maulvi Younis Khalis. Keduanya mempunyai banyak madrassa di perbatasan Pakistan. Kelompok perlawanan lain yang juga terkenal namun dimusuhi oleh Pakistan dan AS adalah National Islamic Front, yang dipimpin oleh Pir Sayed Ahmad Gailani. Kelompok ini masih berharao kembalinya Raja Zahir Shah, yang telah diasingkan ke Roma oleh Mohammad Daoud Khan, presiden pertama.
Mullah Omar (kelak menjadi pimpinan Taliban) bergabung di Hizb-e-Islami dan Mullah Hassan (kelak menjadi Gubernur di Kandahar) dengan Harakat-e-Inquilab Islami.
27 December 1979, tentara Soviet memasuki Kabul. Presiden President Hafizullah Amin terbunuh di istana. Menguasai Kabul dan mengangkat Babrak Kamal sebagai Presiden.
Perselisihan internal Pashtun mulai terjadi ketika kelompok Islamis mulai meminggirkan struktur kepemimpinan masyarakat lokal Pashtun, demi ideologi Revolusi Islam Afghanistan. Hal ini melemahkan para mujahid Pashtun di masa perang. Para ulama sangat menghormati sejarah awal islami dan sangat jarang menentang struktur kepemimpinan lokal, yang dikenal sebagai Jirga. Dan mereka juga menghormati kaum minoritas. Tahun 1994, kaum tradisionalis dan kaum Islamis saling berperang, hingga kepemimpinan tradisional di Kandahar tersingkir dan gelombang baru kaum Islamis yang ekstrem, berkuasa. Taliban. Mohammed Omar atau lebih dikenal sebagai Mullah Omar, didaulat sebagai Pemimpin.
Asal kata Taliban:
A talib is an Islamic student, one who seeks knowledge compared to the mullah who is one who gives knowledge. By choosing such a name the Taliban (plural of Talib) distanced themselves from the party politics of the Mujaheddin and signalled that they were a movement for cleansing society rather than a party trying to grab power.
Kandahar adalah kota di padang pasir yang temperaturnya di musim panas sangat menyengat, tetapi di sekitar kota itu subur, ladang hijau dan kebun rindang yang menghasilkan anggur, melon, murbei, buah ara, persik, dan delima yang terkenal di seluruh India dan Iran.
Ketika 1990an para pengungsi kembali dari pengungsian di Peshawar, tak ada lagi pepohonan dan saluran irigasi karena sudah diluluh-lantakkan pasukan Uni Soviet. Opium menjadi pilihan usaha perkebunan yang menarik, cepat dan sangat menguntungkan secara finansial bagi banyak pihak dimasa krisis, terutama Taliban.
Uni Soviet mundur. 1989
Dengan mundurnya Soviet 1989, perlawanan tetap dilanjutkan terhadap rejim Najibullah hingga terguling dan tewas 1992. Dan Mujaheďin menguasai Kabul. Namun, kekuasaan tidak jatuh ke Pashtun yang berpusat di pengungsian Peshawar, Pakistan, melainkan ke angkatan perang yang lebih terorganisir, Tajik dibawah Burhanuddin Rabbani, dengan komandan tempurnya Ahmad Shah Masud dan tentara Uzbhek di utara dibawah kepemimpinan Jendral Rashid Dostum. Sangat menyakitkan bahwa Pashtun untuk pertama kalinya setelah selama 300 tahun, kehilangan kekuasaan di ibukota.
Afghanistan tercabik-cabik sebelum Taliban muncul di akhir 1994. Wilayah terbagi menurut penguasa-penguasa lokal. Dan saling bertempur untuk mengamankan wilayah dan finansial.
Kabul dan lingkungannya serta wilayah timur laut, dikuasai pemerintahan Tajik, dibawah Burhanuddin Rabbani, sedangkan 3 propinsi di wikayah barat yang berpusat di Herat dibawah kekuasaan Ismael Khan. Dan 3 propinsi Pashtun di wilayah perbatasan timur Pakistan dalam kekuasaan konsul independen (Shura) Mujaheddin yang berpusat di Jalalabad. Sementara wilayah kecil di selatan dan timur Kabul dikuasai oleh Gulbuddin Hikmetyar.
Di utara, panglima perang Uzbhek, General Rashid Dostum, menguasai 6 propinsi. Januari 1994, Dostum meninggalkan pemerintahan Rabbani dan bergabung dengan Hikmetyar untuk menyerang Kabul.
Di Afghanistan Tengah, kaum Hazaras menguasai Bamiyan. Sedangkan Afghanistan Selatan dan Kandahar, dikuasai para mantan panglima perang kecil eks-Mujahidin yang menjarah penduduk.
Pakistan memberi bantuan militer untuk Hikmetyar. Tapi tidak kepada Durrani (Pashtun di selatan), karena Pashtun di selatan berperang satu sama lain. Tentang kekejaman Pashtun di selatan, Rashid menulis:
The warlords seized homes and farms, threw out their occupants and handed them over to their supporters. The commanders abused the population at will, kidnapping young girls and boys for their sexual pleasure, robbing merchants in the bazaars and fighting and brawling in the streets.
Bahkan para pengungsi yang baru pulang dari Pakistan, kembali lagi meninggalkan Kandahar, menyeberang ke Quetta, Pakistan.
Taliban bermitra dengan Pakistan. Banyak anggota Taliban adalah siswa madrassa yang dipimpin Maulana Fazlur Rehman, dari partai fundamentalis Pakistan, Jamiat-e-Ulema Islam (JUI), yang sudah lama mendukung Pashtun di Baluchistan dan di wilayah North West Frontier Province (NWFP).
Sejak runtuhnya Uni Soviet, 1991, Pakistan mulai berharap dapat dibukanya jalan darat menuju Central Asia Republics (CARs), sebagai jalur perdagangan. Namun perang sipil membuat harapan tersebut terganggu dan menyebabkan Pakistan dalam dilema:
mendukung Hikmetyar supaya dapat membawa kelompok Pashtun berkuasa di Kabul dan bersahabat dengan Pakistan, atau
mendesak semua faksi Pashtun di Afghanistan supaya membuat kesepakatan pembagian kekuasaan, demi perdamaian dan kestabilan Afghanistan
Pilihan kebijakan Pakistan, dengan tujuan segera dapat dibukanya jalan ke Asia Tengah. Jalur tengah: Peshawar (Pakistan) – Kabul – Mazar-e-Sharif – Tirmez – Tashkent (Uzbekistan). Atau jalur barat: Quetta (Pakistan) – Kandahar – Herat – Ashkhabad (Turkmenistan).
TALIBAN 1994
November 1994, Taliban menguasai Kandahar, kota terbesar ke-2 setelah Kabul, dan wilayah Selatan di perbatasan Spin Baldak – Chaman (Pakistan). Dan setelahnya, sekitar 20.000 warga Afghanistan dan ratusan siswa madrasah Pakistan, yang dikelola oleh mullah Afghan atau partai-partai fundamentalis Pakistan, melintas perbatasan dari kamp-kamp pengungsi di Baluchistan dan NWFP Pakistan, untuk bergabung dengan Mullah Omar. Mayoritas sangat muda – antara 14 dan 24 tahun – untuk ikut berperang. Rashid menggambarkan para pemuda ini berada dalam kehidupan yang muram dan getir, yang sejak lahirnya sudah berada dalam kondisi perang :
They had no memories of the past, no plans for the future while the present was everything. They were literally the orphans of the war, the rootless and the restless, the jobless and the economically deprived with little self-knowledge. They admired war because it was the only occupation they could possibly adapt to.
Januari 1995, Hikmetyar bergabung dengan panglima perang Uzbhek jendral Rashid Dostum, di utara dan di Hazaras, Afghanistan tengah, sebagian Kabul.
5 September 1995, Ismail Kahn dan ratusan tentaranya melarikan diri dari Herat, melintas perbatasan barat memasuki Iran, karena serbuan Taliban. Pemerintah pusat di Kabul, President Rabbani, menyerang kedubes Pakistan karena marah, berhubung Pakistan telah membantu Taliban menaklukkan Herat.
Jatuhnya Herat adalah awal runtuhnya Kabul oleh Taliban. Walaupun pertahanan Masud telah mengakibatkan ratusan Taliban tewas.
Januari 1996, para opposan di utara, seperti Gulbuddin Hikmetyar di Sarobi, Jendral Rashid Dostum di Mazar-e-Sharif dan kelompok Hizb-e-Wahadat di Bamiyan, berkolaborasi dengan rejim Rabani untuk negosiasi perdamaian. Pashtun Taliban di selatan dan barat tetap melawan.
Pakistan khawatir dengan keberhasilan Rabbani dan berusaha merayu panglima perang tersebut diatas untuk bergabung dengan Taliban dan membentuk aliansi anti-Kabul. ISI memanggil Hikmetyar, Dostum, para pemimpin Pashtun dari Syura Jalalabad dan beberapa pemimpin Hizbut Tahrir ke Islamabad untuk mengajaknya bersekutu dengan Taliban. Pakistan mengusulkan aliansi politik dengan serangan bersama ke Kabul. Taliban menyerang dari selatan, Hikmetyar dari timur dan Dostum dari utara. Namun Taliban menolak untuk berhubungan dengan mereka yang dianggapnya sebagai kafir komunis.
Maret 1996, Rabbani mulai mendekati negara-negara di utara (Turkmenistan, Uzbekhistan, Tajikistan) untuk mengajaknya beraliansi memerangi Taliban. Russia, Iran dan India sudah lama mendukung Kabul karena kekhawatiran menyebarnya fundamentalisme Islam. Iran mendirikan 5 kamp pelatihan di dekat Meshad untuk 5.000 pejuang yang dipimpin oleh mantan Gubernur Herat, Ismail Kahn. Sementara India membantu pembaruan penerbangan nasional Afghanistan, Ariana, yang berpusat di New Delhi, India, untuk kepentingan angkutan pertahanan. India juga membantu kelengkapan peralatan penerbangan, radar dan finansial.
Pakistan dan Arab Saudi banyak membantu Taliban untuk keperluan persenjataan. Juga, penyediaan telepon dan jaringan nirkabel, pembaruan bandara Kandahar, perlengkapan pesawat tempur dan persenjataan. Sementara, bantuan bahan bakar, amunisi dan roket, serta makanan tetap berlanjut. Arab Saudi juga banyak membantu Taluban dalam hal bahan bakar, mobil pick-up dan finansial. Bantuan Arab Saudi banyak dikirim melalui bandara Dubai.
Setelah menguasai Kandahar dan Herat, Taliban memilih Mulah Omar sebagai ‘Amir-ul Momineen’ atau Pemimpin Umat, dan selanjutnya bentuk pemerintahan berubah menjadi Emirate of Afghanistan. Dan pada 4 April 1996, Mullah Omar muncul di atap gedung di Kandahar dengan mengenakan Jubah Nabi Muhammad, yang tetap tersimpan lebih dari 250 tahun dalam museoleum Kirka Sharif, dan hanya diperlihatkan saat pergantian kepemimpinan.
26 Juni, 1996, Hikmetyar memasuki Kabul untuk pertama kalinya setelah 15 tahun. Posisi Perdana Menteri yang ditawarkan Rabbani, diambilnya. Juga partainya menerima 9 posisi menteri dalam kabinet yang sedang berjalan. Jenderal Dostum juga menyetujui gencatan senjata dan bersedia membuka kembali Jalan Raya Salang yang menghubungkan Kabul dengan bagian utara Afghanistan itu setelah lebih dari setahun ditutup,
Taliban terus menyerang Kabul dengan roketnya. Selama 1996, Taliban telah meluncurkan 866 roket, yang membunuh 180 penduduk sipil.
26 September 1996, Taliban memasuki Kabul, yang sudah ditinggalkan Menteri Pertahanan Ahmad Shah Massoud dan aparatnya. Ex-Presiden 1986-1992 Najibbullah yang tinggal di kompleks PBB, ditangkap di tempat, dianiaya, dibunuh dan digantung di tiang lampu lalulintas. Brutal.. Dostum, Rabbani dan Masud, selanjutnya menjadi target pembunuhan oleh Taliban. Masud sangat terkenal sejak perang melawan Soviet dan perlawanannya terhadap Taliban, hingga mendapat jukukan ‘Lion of Panjshir’.
Taliban memilih 6 wakil Shura, mayoritas Pashtun Durrani, dan tak satupun dari Kabuli, untuk menyusun pemerintahan di Kabul. Dipimpin oleh Mullah Mohammed Rabbani.
…
Kesimpulan
Buku yang sangat detail dalam menjelaskan sejarah awal Afghanistan dan Taliban. Dan juga didasarkan pada situasi antara saat mundurnya Uni Soviet 1989 hingga sebelum masuknya angkatan perang AS 2001 ini, bisa disimpulkan bahwa Afghanistan memang telah banyak persoalan, diantaranya:
Perbedaan suku, yang saling berebut dominasi wilayah (war lord)
Pendidikan tertinggal
Perselisihan Sunni – Shiah
Penyebaran Wahabi melalui kekerasan
Campur-tangan negara lain, seperti Pakistan, Arab, AS, Uni Soviet, Iran dalam konflik internal
Kepentingan bisnis AS terkait pemipaan gas dari Central Asia ke Pakistan melalui Afghanistan
Kesulitan ekonomi hingga merebaknya perdagangan ophium
Masih banyak hal yang bisa diperoleh dari buku ini. Peringatan yang bagus disampaikan Ahmed Rashid di akhir bukunya, adalah sbb.:
The Taliban will remain a danger to the world until local Muslim governments and the West commit to the effort needed to combat extremism as well as to deal with the outstanding problems of poverty, economic malaise, lack of education and joblessness amongst the populations of the region. A vast new social and economic development programme is needed not just in Afghanistan but also in Pakistan and Central Asia if there is to be a long-term answer to the threat posed by the Taliban and Al Qaeda that emanates from the region.
Tak jelas lagi update berita tentang Afghanistan di tahun 2022, setelah AS hengkang dari Afghanistan. Semoga tak ada lagi bom meledak dan penembakan seperti kasus Malala, dan rakyat Afghanistan menjadi lebih aman makmur.
Ini buku lama yang sudah dibaca, namun baru sekarang didokumentasikan dalam blog ini. Ingatan yang semakin buruk perlu dilatih dengan membaca ulang dan menulisnya :).
Momen perang Rusia-Ukraina menjadi kesempatan bagus untuk menyegarkan ingatan tentang Rusia. Setelah membaca buku A Russian Diary karya Anna Politkovskaya, menikmati film serial Netflix, The Last Czars tentang revolusi Russia, lalu film Stalin dan kemudian Trotsky, cukup membantu ingatan betapa getir kondisi sosial masyarakat Rusia saat itu. Film berdasar novel karya Boris Pasternak, Doctor Zhivago dan Anna Karenina karya Leo Tolstoy, juga sempat beberapa kali dinikmati, termasuk juga beberapa cerita pendek karya Anton Chekov, Nikola Gogol dan Fyodor Dostoevsky. Sebagai pencerah untuk memahami budaya di masanya. Sepertinya benar kata Sergei Magnitsky, korban pembunuhan aparat hukum Rusia, 2009, dalam buku Red Notice karya Bill Browder, “Russian stories never have happy endings”. Muram.
Kesewenang-wenangan kekuasaan, kegagalan penanganan penyanderaan di Sekolah Beslan danTheater Moscow, yang memakan banyak korban jiwa, kegagalan penyelamatan Kapal Selam Nuklir Kursk, pengkhianatan, penyingkiran siapapun yang dicurigai sebagai rival, perampasan asset, hingga berbagai pembunuhan lawan politik, menjadi tumpukan daftar hitam yang dikenakan terhadap Putin dalam buku ini. Brutal. Benarkah? Baca bukunya… Baca buku Death of a Dissident tentang pembunuhan Alexander Litvinenko. Atau, baca juga dalam blog ini tentang pembunuhan Anna Politkovskaya, jurnalis perang.
…
Pembuka
Buku karya Masha Gessen yang diterbitkan pada 2012, berjudul “The Man Without a Face” ini menambah daftar cerita getir di masa perubahan Soviet – Rusia. Buku ini mencakup kisah di awal tahun 90an hingga 2011. Dimulai ketika Gessen masih berusia 24 tahun dan Rusia masih dalam kekacauan runtuhnya pemerintahan komunis Uni Soviet. Vladimir Putin menjadi tokoh utama buku ini, di dalam carut-marut panggung kekuasaan politik Rusia.
Pembunuhan politis aktivis demokrasi dan anggota Duma, Galina Starovoitova, pada 20 November 1998, di luar gedung apartemennya, menjadi kasus pembuka dalam deretan daftar hitam Rusia, pasca runtuhnya Uni Soviet, yang diceritakan dalam buku ini. Galina adalah akademisi politik, yang mulai bersinar sebagai politisi sejak terjadinya konflik etnik Armenia di Azerbaijan. Punya kedekatan politis dengan Andrei Sakharov dan menjadi penasihat presiden Boris Yeltsin untuk urusan etnis.
…
Kemunculan Putin
Boris Yeltsin adalah Presiden pertama Rusia yang dipilih pertama kalinya pada tahun 1991. Memenangkan kembali pada pilpres 1996. Kekuasaan otoritarian, nepotisme dan inflasi tinggi di tahun 1998 serta hilangnya harapan perbaikan kesejahteraan, menyebabkan merosotnya kepercayaan publik terhadap Yeltsin. Bahkan hanya menyisakan 2% kepercayaan publik.
Muncul partai Otechestvo—Vsya Rossiya (Fatherland—All Russia) pada 28 August 1999, yang disponsori oleh para presiden negara federal, gubernur dan walikota. Dipimpin oleh Yevgeny Primakov, Yury Luzhkov dan Vladimir Yakovlev. Sebagai Oposisi dari kekuasaan Yeltsin. Fatherland mendukung Vladimir Putin (Leningrad 1952) dalam pemilihan Presiden tahun 2000.
Boris Berezovsky, PhD. pengusaha kaya Rusia, yang bergerak dalam bidang perbankan, perminyakan, perdagangan mobil dan pemilik Channel One, televisi yang sangat populer di Rusia; turut berinvestasi untuk kesuksesan Yeltsin sebagai Presiden dalam pilpres 1996. Dia juga berperan sangat penting terkait munculnya Vladimir Putin sebagai kandidat Presiden. Berezovsky mengenal Putin pada tahun 1990, ketika berencana mengembangkan bisnisnya di Leningrad. Putin yang saat itu sebagai deputi dewan kota, membantunya. Kedekatan itu berlanjut di tahun 1996 ketika Putin mendapat jabatan administratif di Kremlin, Moscow.
Putin, yang saat itu sebagai Kepala FSB—the Federal Security Service, berpangkat Kolonel, direkomendasikan oleh Berezovsky kepada kepala staf Presiden, Valentin Yumashev, untuk menggantikan Yeltsin sebagai Presiden. Sedangkan Yeltsin yang sedang khawatir akan tuntutan hukum karena kebangkrutan ekonomi, inflasi tinggi dan nepotisme, berharap Putin, yang loyal dan tidak berasal dari Partai Komunis, menjadi penggantinya. Dan mempercayainya bahwa tidak akan memperkusinya bila saatnya nanti mengundurkan diri sebagai Presiden Rusia. Pada 9 Agustus 1999, Yeltsin mengangkat Putin sebagai Perdana Menteri. Disetujui oleh Duma.
Mulai 31 Agustus 1999, banyak terjadi bom meledak di Rusia. Total tewas karenanya lebih dari 350 orang. Gerilyawan Chechnya menjadi tertuduh. Dengan anggapan sikap Yeltsin yang lunak terhadap Chechnya, pada 23 September 1999, banyak Gubernur Federal Rusia menyurati Presiden Yeltsin untuk segera menyerahkan kekuasaan kepada Putin. Putin memerintahkan tentara Rusia mempersiapkan diri untuk menyerang Chechnya. Sikap tangan besi dan pidatonya yang tegas, menjadikannya popular.
“We will hunt them down. Wherever we find them, we will destroy them. Even if we find them in the toilet. We will rub them out in the outhouse.”
Yeltsin pada 31 Desember 1999 mengundurkan diri dengan alasan kesehatan. Selanjutnya Putin sebagai Perdana Menteri, secara hukum menjadi Pelaksana Tugas Presiden.
…
Masa MudaPutin
Runtuhnya Berlin Wall
Putin lahir di Leningrad, 7 Oktober 1952. Lingkungan sosial Putin di masa mudanya, penuh dengan kekerasan. Lingkungan preman. Lulus SMA dengan nilai bagus. Melanjutkan di Universitas Leningrad. Tahun 1984 belajar intelijen di KGB Moscow. Menikah di usia 31 tahun dengan Ludmila. Tahun 1985, Putin (35 thn) bersama istri dan kedua putrinya, ditugaskan di Direktorat S, Illegal Intelligence-Gathering Unit, Dresden, Jerman Timur.
Agustus 1989, ribuan penduduk Jerman Timur menuju Eropa Timur (Prague, Budapest, Warsawa) menggunakan kereta-api, mencoba menyeberang ke Barat via kedubes Jerman Barat di kota-kota tsb. Saat Putin berulang tahun yang ke-37, pada 7 Oktober 1989, kerusuhan besar terjadi di Berlin Timur. Lebih dari 1.000 orang ditahan.
Pada 9 November 1989, Berlin Wall runtuh. Moscow diam. Tahun 1990, Putin kembali ke Leningrad, Rusia. Merasa dikhianati pemerintahnya.
…
Runtuhnya Komunis
Mikhail Gorbachev, Boris Yeltsin dan Vladimir Putin
Mikhail Gorbachev memimpin Uni Soviet 1985. Mencanangkan Perestroika (restrukturisasi) dua tahun kemudian. Desember 1986, penerima Nobel Perdamaian Andrei Shakarov dibebaskan kembali ke Moscow, setelah dalam pengasingan selama hampir 7 tahun di Gorky. Januari 1987, Gorbachev kembali mencanangkan jargon baru Glasnost (keterbukaan). Satu bulan kemudian, Gorbachev membebaskan 140 tahanan politik.
Perlu dipahami bahwa Gorbachev tidak bermaksud membubarkan Uni Soviet atau mengakhiri Partai Komunis, melainkan memodernisasikan ekonomi dan memperbaiki kondisi sosial masyarakat, tanpa secara radikal mengubah dasar negara. Namun tanpa disadarinya justru berakibat runtuhnya Uni Soviet.
Ibarat bendungan besar yang menampung penuh air, Gorbachev telah membuat celah kecil Glasnost dan Perestroika yang menyebabkan air deras bertekanan besar menembusnya. Jebol.
“We could no longer breathe among the lies, the hypocrisy, and the stupidity. There was no fear. And as soon as the first rays of light seemed to break through—as soon as people whose hands had been tied were allowed to move at least a few fingers—people started to move…”
Unjukrasa pada 10 Desember 1987 adalah aksi damai pertama kalinya yang tidak dibubarkan oleh polisi Leningrad (St. Petersburg). Selanjutnya, aksi Kebebasan Berekspresi berlangsung regular setiap Sabtu dengan sebutan Hyde Park di Mikhailov Gardens, Leningrad. Dengan aturan, setiap pembicara diberi waktu selama 5 menit. Topik bebas, namun tidak propaganda perang atau kekerasan. Karena belum ada kebebasan media massa, journalis dipersilahkan hadir namun tidak diijinkan menyebar-luaskan beritanya.
Tahun 1988 menjadi penting karena terbentuknya People’s Front, tersebar di lebih dari 30 kota di Uni Soviet. Organisasi yang dibentuk secara demokratis untuk misi demokratisasi, yang cukup longgar keanggotaannya. Disini muncul geologist perempuan demokratis yang dianggap tidak seperti lazimnya politisi Uni Soviet dan menjadi tenar, Marina Salye, PhD. Bujangan berusia 50 tahunan yang selalu muncul di depan pada setiap unjuk rasa. Impresif. Memimpin Komite Election-89. Sebuah komite yang melakukan pemilihan umum untuk menentukan wakil-wakil daerah.
Pada akhir tahun 1988 ini juga menjadi momen penting terjadinya konflik etnik masyarakat Armenia di daerah Nagorno-Karabakh, Azerbaijan yang ingin memisahkan diri dan bergabung dengan Armenia. Kaukasus Uni Soviet. Dalam kasus ini, People’s Front mulai berperan. Banyak aktivis demokrasi ditangkap aparat pemerintah Leningrad, Uni Soviet. Dalam momen ini aktifis Galina Starovoitova, ditembak di luar apartemennya. Tewas.
Transformasi Soviet lambat bergerak namun terus terjadi tak terbendung. Unjuk rasa masih terjadi, walaupun penangkapan juga terus berlangsung. Acak. Sensor media mulai kendor. Novel Dr. Zhivago karya Boris Pasternak mulai boleh diterbitkan. Namun sastrawan penerima Nobel 1970, Alexander Solzhenitsyn yang karyanya banyak mengkritisi Partai Komunis, masih tetap ditahan.
Partai Komunis di Leningrad kalah dalam Pemilu Maret 1989. Antropolog Galina Sarovoitova berada dalam satu kubu dengan Andrei Sakharov (wafat 14 Desember 1989) di fraksi pro-demokrasi, yang bertujuan mengakhiri Partai Komunis. Pro-demokrasi memenangkan 120 kursi, dari 400 kursi yang dipilih (30%). Fraksi lain adalah yang dipimpin Boris Yeltsin dan profesor hukum Anatoly Sobchak.
…
Kudeta militer
Pada 19 Agustus 1991, penguasa distrik militer Leningrad, Jendral Viktor Samsonov sebagai representatif the State Committee for the State of Emergency in the USSR (GKChP SSSR) regional, menyatakan secara resmi di televisi bahwa negara dalam keadaan Darurat. Namun pimpinan Dewan Kota membantahnya karena tidak ada dokumen resmi.
Gorbachev dinyatakan sakit, yang sejatinya berada dalam tahanan rumah peristirahatan di Laut Hitam, Foros. Kudeta militer. Sementara Yeltsin tetap berada di rumahnya, pinggir Moscow. Walaupun surat penangkapan telah disiapkan oleh Komite Darurat, namun tak pernah diterimanya. Aparat terpecah.
Kudeta militer 1991
Sobchak, walikota Leningrad yang dilantik Juni 1991, mentor Putin dan Medvedev, sangat berperan dalam kekisruhan politik. Bermain dua kaki. Bersama Putin dia bekerjasama dengan aparat militer untuk meredam aksi demokrasi massa. Berbeda dengan Leningrad dibawah Sobchak, Dewan Kota Moscow justru sangat mendukung sikap Walikota untuk mematikan listrik, telepon dan air di gedung GKChP SSSR. Mendukung massa demokrasi. Kudeta militer gagal.
Tanggal 22 Agustus 1991, resmi bendera Russia adalah putih, biru, merah. Menggantikan bendera Uni Soviet, merah bergambar palu-arit.
Banyak menyisakan pertanyaan dari gagalnya kudeta tersebut.
So what was it? Why did the coup, so many months in the making, fall apart so easily? Indeed, why did it never really take off? Why were the democratic politicians, with the exception of Gorbachev, allowed to move around the country freely and have telephone contact? Why were none of them arrested? Why, in the three days that they ostensibly held power in the Soviet Union, did the hard-liners fail to capture the main communication or transportation hubs? And why did they fold without a fight? Was the coup simply a mediocre attempt by a group of disorganized failures? Or was there something more complicated and more sinister going on? Was there, as Salye ultimately came to believe, a carefully engineered arrangement that allowed Yeltsin to remove Gorbachev and broker the peaceful demise of the Soviet Union but also placed him forever in debt to the KGB?
…
Putin di Leningrad (St. Petersburg)
Sebagai deputi Walikota Leningrad, Putin berada pada Komite Hubungan Luar Negeri, yang bertanggungjawab untuk pengadaan makanan dari luar negeri. Mengingat ekonomi warisan Uni Soviet sedang terpuruk, inflasi tinggi dan nilai mata uang Rubble sangat rendah terhadap $, Leningrad tidak punya cukup uang untuk menghidupi dirinya. Namun, Rusia mempunyai banyak sumberdaya alam untuk dapat diperdagangkan ke luar negeri.
Laporan Salye (Salye banyak menjadi rujukan dalam penulisan buku ini) yang ditujukan kepada Dewan Kota dan Presiden Yeltsin, menyatakan bahwa departemen Putin banyak mendapat kontrak ekspor yang nilainya bisa mencapai $92 miliar. Salye juga menemukan bukti-bukti bahwa beberapa ekspor komoditi sumberdayaalam seperti aluminium, minyak dan kapas, bernilai ratusan juta dollar, dilakukan tanpa mendapatkan hasil barter berupa makanan seperti yang telah direncanakan. Laporan tidak ditindaklanjuti.
Vladimir Putin membawakan kopor Walikota St. Petersburg Anatoly Sobchak (depan), 1992.
Gessen juga menceritakan bahwa para pejabat di masa kekacauan tersebut begitu bebasnya berbagi asset negara dikalangan mereka. Sebagaimanan Putin sebagai Deputi Walikota dan Sobchak, sang Walikota Leningrad melakukannya.
Sobchak kalah dalam pemilu Walikota 1996. Putin sebagai manager kampanyenya. Di masa kepemimpinan Sobchak, tiga perempat penduduk Leningrad berada dibawah garis kemiskinan. Namun Putin sebagai Deputi yang juga berdarah KGB, berusaha untuk tetap mengelola Leningrad secara sentralisasi pada sistem finansial, perdagangan luar negeri/domestik dan arus informasi media, pada kota terbesar kedua di Rusia tersebut. Tetap dalam model Uni Soviet.
Sementara Sobchak, sang Mentor, lengser dari kursi Walikota dan menghadapi ancaman tuntutan pidana korupsi, Putin pindah posisi untuk mengelola istana Presiden di Moscow. Bidang yang rendah publisitas, namun akses ke kekuasaan semakin tinggi. Sobchak selamat dari tuntutan hukum. Dengan alasan kesehatan, Sobchak diselamatkan Putin untuk dirawat di Paris, Perancis.
Musim panas 1999, Sobchak kembali ke Russia. Menjadi manajer kampanye Putin sebagai kandidat Presiden. Meninggal di hotel, Kaliningrad, pada 20 Februari 2000 saat kampanye, karena serangan jantung.
Tahun 2007 Arkady Vaksberg, dokter yang merawat Sobchak saat di Perancis, menerbitkan buku tentang kasus-kasus kematian politikus yang disebabkan karena keracunan di Uni Soviet dan Rusia. melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab kematiannya. Disebutkan dalam buku tersebut bahwa kematian Sobchak akibat menghisap uap racun yang berasal dari bola lampu panas di sebelah tempat tidurnya. Beberapa bulan setelah terbitnya buku tersebut, mobil Vaksberg yang sedang berada dalam garasinya di Moscow, meledak. Selamat, karena dia tidak berada di dalamnya.
…
Pemerintahan Presiden Putin
Pelantikan Putin, 7 Mei 2000
Pelantikan Putin sebagai Presiden Rusia ke-2 dilakukan pada tanggal 7 Mei 2000, setelah memenangkan Pilpres Rusia yang pertama (Yeltsin, presiden Rusia ke-1 memenangkan Pilpres saat masih berada pada pemerintahan Uni Soviet) dengan jumlah suara pemilih 52% pada putaran pertama. Gossen yang saat pemilihan sedang berada di Grozny, menulis tentang adanya banyak suara untuk Putin yang tidak sah, dalam bab 7 buku ini yang berjudul THE DAY THE MEDIA DIED. Mikhail Kasyanov, birokrat karir di era Yeltsin yang kemudian menduduki posisi tertinggi sebagai Menteri Keuangan, dipilih Putin sebagai Perdana Menteri.
Tanpa butuh waktu lama, setelah pelantikannya sebagai Presiden, Putin segera mengeluarkan beberapa Dekrit Presiden baru untuk menegaskan otoritasnya, yaitu:
Memberi impunitas terhadap Presiden Yeltsin terhadap tuntutan hukum
Menegaskan doktrin militer Rusia bahwa berhak menggunakan senjata nuklir untuk melawan agresor
Pelatihan sebagai tentara cadangan untuk mereka yang sehat
Pendidikan militer bagi anak sekolah
Peningkatan anggaran Pertahanan sebesar 50%
Dua hari setelah pelantikannya, penggerebekan dilakukan aparat polisi terhadap kantor pusat media cetak dan elektronik Media-Most, milik Vladimir Gusinsky. Tempat Masha Gessen bekerja sebagai jurnalis. Banyak dokumen diambil aparat. Vladimir Gusinsky ditangkap pada 13 Juni 2000 dengan tuduhan masalah privatisasi perusahaan Russkoye Video, yang sebelumnya dimiliki oleh Dmitry Rozhdestvensky. Tuduhan yang mengada-ada.
Pada tanggal 29 Februari 2000, Masha Gessen menelepon kantor kejaksaan untuk mencari informasi tentang kasus Russkoye Video. Dijawab dengan ancaman,
“Leave it alone. Believe me, Masha, you don’t want to get any deeper into this. Or you’ll be sorry.” Rozhdestvensky’s case did not meet the formal criteria for being a “very important case,” but it was clearly very important to a very important person.
Sepertinya ada kasus antara Dmitry Rozhdestvensky dengan Putin. Silahkan dibaca bukunya, mulai hal. 156.
Vladimir Gusinsky dipenjara selama 3 hari, untuk kasus tersebut diatas. Bebas dan melarikan diri ke luar negeri. Pengungsi pertama di pemerintahan Putin. Lima minggu setelah pelantikannya sebagai Presiden.
Penggerebekan yang dilakukan oleh banyak aparat bersenjata untuk mengambil paksa banyak dokumen resmi dari suatu kantor bisnis, Tujuan akhir adalah pengambil-alihan private bisnis oleh pemerintah. Sering terjadi di tahun 1990an. Dengan tuduhan yang sumir.
Kegagalan Rusia dalam menyelamatkan sandera di sekolah Beslan. Tewas 333 orang.
Kasus tragis yang juga terjadi pada periode pertama pemerintahan Putin adalah penyanderaan anak sekolah di Beslan pada 1 Seprember 2004. Korban tewas sebanyak 333 orang, termasuk 186 anak-anak, seperti ditulis dalam Wikipedia, Beslan school siege.
Kebijakan baru yang dicanangkan Putin setelah terjadinya penyanderaan anak sekolah di Beslan tersebut, adalah Gubernur dan Walikota Moscow, tidak lagi dipilih langsung oleh rakyat, namun dipilih oleh Presiden. Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dipilih oleh Partai melalui Pemilu Partai. Persis seperti Indonesia dimasa yang lalu.
Channel One sebagai media televisi nomer satu di Rusia, milik Boris Berezovsky (mantan chief of staff Yeltsin) juga menjadi korban rampasan pemerintah. Pemberitaan tragedi kapal selam Kursk, yang cukup rinci diceritakan dalam buku ini, dianggap telah mempermalukan Putin, menjadi penyebabnya. Tiga bulan setelah pelantikan Presiden, dua pengusaha kaya Rusia telah disingkirkan dari bisnisnya. Tak sampai satu tahun pemerintahan Putin, tiga jaringan televisi swasta telah diambil pemerintah. Kesewenangan kekuasaan.
Kasus perampasan juga terjadi pada perusahaan minyak bercadangan sangat besar, Yukos. Milik Mikhail Khodorkovsky. Dengan alasan penyelewengan pajak, Platon Lebedev, CEO perusahaan induk Yukos, ditangkap pada tanggal 2 Juli 2003. Melarikan diri ke Israel. Khodorkovsky ditangkap di Moscow, 25 Oktober 2003 dan dikenai ancaman pidana 9 tahun penjara. Banyak pihak menganggap bahwa kesalahan Khodorkovsky bukan tentang pajak, melainkan karena dia mengungkap data korupsi pemerintahan Putin pada Februari 2003 dan menyumbang Partai Komunis. Rosneft, perusahaan minyak negara akhirnya menguasai Yukos melalui lelang dari pihak ketiga dengan harga sangat murah. Hal. 242-254.
Kasus bisnis yang menjadi sorotan media di Eropa dan Amerika Serikat pada periode kedua pemerintahan Putin, adalah kasus besar perampasan perusahaan manajemen aset di Moscow milik Bill Browder, Hermitage, yang berkantor pusat di London. Ini adalah tindak kriminal aparat pemerintah yang melibatkan instansi pajak, merampas uang setoran pajak Hermitage sebesar $230 juta, milik rakyat Rusia. Berujung pada tewasnya Sergei Magnitsky, konsultan pajak Hermitage di penjara. Setelah mengalami penyiksaan dan tanpa mendapat perawatan kesehatan. Sebagian cerita bisa dibaca dalam bab 10, berjudul INSATIABLE GREED. Sedangkan cerita lengkapnya bisa dibaca dalam buku Red Notice, karya Bill Browder, yang ringkasannya ada dalam blog ini juga, dengan judul yang sama, Red Notice.
Kasus yang cukup viral juga di media Barat saat periode kedua pemerintahan Putin adalah, tewasnya whistleblower, mantan letkol KGB (41 thn), Alexander Litvinenko di London pada tanggal 23 November 2006. Racun adalah penyebab kematian politis yang lazim terjadi dimasa itu. Kisah yang cukup rinci diceritakan dalam bab RULE OF TERROR.
The simple and evident truth is that Putin’s Russia is a country where political rivals and vocal critics are often killed, and at least sometimes the order comes directly from the president’s office.
Istana Putin bernilai miliaran dollar
Dalam buku ini juga diceritakan bagaimana Putin begitu rakusnya memperkaya diri menggunakan kekuasaannya. Korupsi. Skema bisnis diaturnya dengan melibatkan para pengusaha kaya seperti Roman Abramovich hingga berdirinya Istana Putin di Laut Hitam. Sergei Kolesnikov yang pada awal 1990an sebagai operator bisnis Putin, pada akhirnya membongkar kasus korupsi tersebut dan viral dengan judul Putin’s Palace. Tayang di youtube dengan judul A palace for putin. The story of the biggest bribe.
Kekecewaan para pro-demokrasi pada masa periode kedua Putin terus berlanjut hingga Medvedev menjadi Presiden dan Putin sebagai Perdana Menteri. Dan Masha Gessen pun berganti gaya perjuangan demokrasi di tahun 2012 dengan tulisan berikut ini,
Friends comforted me with assurances that telling the West about Russia was a better use of my time than placing my body in a Moscow street protest. Hal. 290.
Ternyata, kekuatan Putin bersama aparatnya memang tak tertandingi hingga saat ini, 2022.
…
Rekomendasi
Masha Gessen
Dalam bab 2 buku ini yang berjudul THE AUTOBIOGRAPHY OF A THUG, banyak ditemukan Logical Fallacy dari Gessen yang mengganggu, karena memberi kesan subjektivitas tinggi dalam menjelaskan suatu fakta. Misalnya:
Hal. 41:
I could now believe the FSB had most likely been behind the deadly bombings that shook Russia and helped make Putin its leader.
Hal. 45:
The younger Vladimir Putin’s birth was another miracle, so unlikely that it has given life to the persistent rumor that the Putins adopted him.
Hal. 145
Putin had not made any political pronouncements—and this, he and his spin people seemed to think, was a virtue: he felt that dancing for his votes was beneath him.
Masih ada beberapa kalimat atau penjelasan dengan nada sejenis ditemukan dalam bab ini. Pengalaman buruk terhadap kehidupan sosial masa muda Putin melalui cerita ataupun fakta yang dituliskan dalam buku ini, sepertinya menyebabkan munculnya prasangka buruk penulis diatas. Mestinya fakta yang perlu disampaikan, bukan believe, rumor atau feel (Appeal to Emotion dan Appeal to Authority). Gessen juga bukan berlatar pendidikan psikologi yang punya pengetahuan tentang analisis karakter seseorang. Oleh karenanya, pembaca perlu berhati-hati bila menemukan hal yang sama di bagian lain.
Terlepas adanya banyak fakta sejarah kelam tentang sepak-terjang Putin yang ditunjukkan dalam buku ini, narasi kebencian yang menggiring persepsi pembaca ke ranah abu-abu, juga terasa dalam beberapa kalimat yang dipergunakan penulisnya.
Pada akhirnya, ‘kebencian’ Gessen terhadap Putin memang sangat mewarnai buku ini sehingga bisa disimpulkan bahwa buku ini bukan sepenuhnya Reportase, tapi lebih tepatnya adalah Opini atau bahkan propaganda buruk Gessen tentang Putin. Namun demikian, buku ini masih layak baca untuk mendapatkan fakta sejarah tentang Rusia pasca Uni Soviet dan gaya pemerintahan Putin, namun kehati-hatian pembaca masih sangat diperlukan untuk tidak terperangkap dalam opini penulisnya.