Berita Perang

Setiap kali melihat saluran tv berita dan media sosial, selalu saja muncul disana informasi tentang perang Rusia-Ukraina. Sayangnya, berita televisi pada umumnya seragam dan mengacu pada media Barat. Lihat saja CNN, Fox, Bloomberg, BBC. Bahkan Aljazeera dan TRT (channel Turki) pun sama saja sumbernya. Hanya ada dua channel tv yang berbeda, yaitu tv China CCTV-4 di IndiHome (info teman) dan channel RT (Russian Today) di First Media, yang sempat hilang saat awal perang Ukraina terjadi.
Media sosial pun tak jauh beda, isu perang Rusia-Ukraina yang diwarnai pro-kontra masing-masing pendukungnya, juga seringkali muncul. Hanya saja, banyak terlihat posting di medsos twitter, facebook atau group whatsapp, sering disertai narasi dukungan yang berlebihan. Emosional. Seolah acuan info yang dipunyainya sudah paling valid.
Menurutku, konflik bersenjata Rusia-Ukraina tak ada yang layak dibenarkan. Begitu juga dengan negara-negara pendukungnya. Ini Perang yang didasari kekuasaan politik regional. Semua negara kuat yang terlibat di dalamnya punya sejarah buruk tentang Penguasaan terhadap yang lemah. Maka, akan lebih mencerahkan bila para pendukung Rusia ataupun Ukraina coba melihat atau membaca media elektronik/cetak dari kedua blok negara tersebut.
Seperti halnya narasi iklan, semua terlihat benar dan indah adanya, dari sisi pengiklannya, tentunya. Memang tidak bohong, namun tidak lengkap informasinya. Coba saja nikmati channel tv CNN dan media Barat lainnya. Beritanya selalu kekejaman pihak Rusia yang mengakibatkan penderitaan rakyat Ukraina di daerah Mariupol, Donetsk dan Luhansk. Memilukan. Tapi, apa iya tidak ada korban di sisi tentara Rusia dan masyarakat Ukraina pro-Rusia?

Di sisi lain channel RT, selalu menayangkan acara Dokumentasi tentang serbuan aparat Ukraina di wilayah masyarakat pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk 2014. Korban jiwa dan kemarahan pro-Rusia, bangunan luluh lantak dan kelaparan yang memilukan, menjadi sajian yang terus berulang dari channel RT. Kejahatan kemanusiaan Nazi Jerman di tahun 1940an, peminggiran suku Indian di Amerika, penaklukan Irak dan sejarah imperialisme Eropa di masa lalu, menjadi materi iklan berulang di channel RT. Seakan mengatakan bahwa Ukraina dan Barat pun juga punya sejarah invasi yang brutal di masa lalu.
Sedihnya, sumber berita media kita sudah banyak mengacu pada media Barat sejak G30S 1965, sehingga cukup susah mendapatkan informasi yang seimbang. Apalagi media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram ada dalam genggaman Barat, maka bisa dipahami bila kita akan kesulitan mendapatkan informasi positif tentang Rusia dalam kasus ini. Bahkan, buku yang menulis tentang sisi positif pemerintahan Putin pun sulit diperoleh. Atau memang tidak ada sisi positifnya? Penulis ada membuat resensi buku tentang Putin, yaitu Red Notice karya Bill Browder, The Man Without a Face karya Masha Gessen dan A Russian Diary karya Anna Politkovskaya. Semuanya hal buruk tentang Presiden Vladimir Putin. Namun tak sepenuhnya buku-buku tersebut adalah fakta hasil reportase, karena opini penulis banyak ditemukan di dalamnya. Ingin rasanya membaca tentang hal positif beliau. Ada yang tahu bukunya?
Kesimpulan
Tak perlu kiranya terlalu emosional mendukung ke salah satu peserta perang. Apalagi kalau hanya didasarkan pada informasi media yang diragukan netralitasnya, yang seperti iklan saja layaknya.
Terkait kehati-hatian dalam mengkonsumsi berita, Tom Nichols dalam bukunya The Death of Expertese, memberi saran bagus supaya melakukan beberapa hal dibawah ini:
- Rendah hati. Mulai dengan asumsi bahwa penulis lebih memahami persoalan daripada konsumen berita
- Variatif. Tidak mengkonsumsi berita dari sumber yang sama secara terus-menerus
- Tidak sinis. Wartawan bisa salah karena tidak teliti dalam menyajikan informasi. Namun tidak bermaksud berbohong
- Kritis. Siapa penulisnya? Apakah ada editornya? Apakah ini media berita atau politik? Apakah informasi bisa diverifikasi?Apakah ada media lain yang tidak sependapat dengan beritanya?
Sepakat rasanya dengan sikap RI yang ditunjukkan Menlu Retno Marsudi dalam podcast Deddy Corbuzier di channel Youtube, bahwa negara-negara di dunia perlu bergandeng-tangan untuk mengupayakan berhentinya perang Rusia-Ukraina. Tanpa perlu menilai salah-benar terhadap mereka yang berperang. Karena perang ini akan merugikan semua pihak, juga terhadap negara-negara yang tak terlibat perang. Efek ekonomi sudah kita rasakan. Inflasi, harga komoditi sumberdaya alam, energi semakin tinggi.
Tautan
Guru Besar UI Kritik Kemlu RI soal Rusia Vs Ukraina
Refugees speak out about Ukrainian hypocrisy
Tinggalkan Balasan