Berikut ini adalah catatan perjalanan akhir tahun 2022. Barangkali bisa menjadi info yang bermanfaat bagi sahabat semua bila akan melakukan kunjungan ke tempat yang sama.
Perlu diketahui bahwa Visa inggris dijadwalkan oleh Kedubes Inggris akan selesai dalam 7 minggu untuk berlaku selama 6 bulan. Ternyata, 5 minggu sudah jadi itu visa.
Dua hal penting yang ingin kami kunjungi adalah tentang sepakbola dan situs budaya. Lebih penting dari keduanya adalah mengunjungi anak yang sedang libur kuliah. Kota-kota yang kami kunjungi berturut-turut adalah London – Reading – Manchester – Edinburgh (Scotland), melalui wilayah barat. Dan melalui wilayah timur, kembali dari Edinburgh – York – London. Transportasi antar kota yang dipergunakan adalah keretaapi. Kecuali London – Reading, menggunakan bus.
Hari ke-1, Jakarta – Istanbul
Minggu di bulan Desember 2022 penerbangan menuju Heathrow, London dimulai. Paket telkomsel roaming untuk London selama 40 hari mulai aktif jam 02.00 keesokan harinya
Pukul 21.40wib, bandara Soetta Terminal 3, Boeing 777-300 Turkish Airlines TK57. Takeoff. Seat 2J dan 2K.
Makanan dihidangkan dua kali. Dinner dihidangkan setelah kursi dan bantal dipasangkan sarungnya oleh mas pramugara. Dipersiapkan untuk tidur malam. Enak makanannya.
Waktu Turkiye 4 jam lebih lambat.
Hari ke-2, Istanbul – London – Reading
Pukul 5.20 (9.20WIB) pesawat mendarat di bandara Istanbul. Penerbangan Turkish Airlines TK57 mendarat lebih cepat dari rencana 5.55. Hampir 12 jam penerbangan.
Lounge Turkish Airlines di bandara Istanbul luas dan lega. Ramai namun tetap cukup kursi untuk semua penampangnya. Makanan banyak dan bermacam-macam menu. Teh Turki panas dan pekat, dengan gelas kecilnya menjadi target utama. Kenangan saat berkunjung ke Turki, 2018. (?).
8.55 Istanbul Airport. Turkish Airlines TK1979 takeoff menuju Heathrow, London. Pesawat Airbus A330-300. Seat 2A dan 2B. Kabin kecil. Satu baris berisi 6 kursi, 2-2-2. Sementara Boeing 777-300 Jakarta-Istanbul di flight sebelumnya TK57, satu baris berisi 7 kursi, 2-3-2.
9.55 TK1979 mendarat di Heathrow, London. Terminal 2. Istanbul – London membutuhkan 4 jam penerbangan. Cukup jauh jalan dari pesawat ke layanan imigrasi. Mungkin sejauh jarak Gate 25 di Terminal 3, Soetta ke tempat ambil bagasi.
Proses imigrasi lancar. Petugasnya ramah. Kebetulan bandara Terminal 2 tidak ramai. Hanya 1 belt conveyor yang aktif, membawa bagasi kami. Anak semata wayang sudah menunggu di depan pintu kedatangan internasional di Terminal 2, Heathrow, London. Pertemuan sangat membahagiakan.
Tak lama jalan bertiga, sampailah kami di stasiun bus Heathrow. Bus bagus tertata rapi dengan informasi jurusan masing-masing. Tiket bus bisa dipesan online. Tidak ada antrian untuk jurusan Reading. Sampai di Reading satu jam kemudian. Hanya ada 5 penumpang di dalamnya, tapi bus tetap jalan selalu sesuai skedul. Bus route Reading – Heathrow ini tersedia setiap 30 menit. Entah bagaimana proses bisnisnya. Mungkin masuk kategori layanan publik.
Bus berhenti di Stasiun Kereta Reading. Sejuk terasa saat berjalan kaki menuju hotel. Temperatur 1°C. Jalan kaki 10 menit bertiga, sampailah kami di hotel Roseate. Tempat kami menginap selama di Reading. Hotel kecil, rapi, bagus dan ramah layanannya. Lokasi berada di seberang Reading Abbey Ruins. Situs purbakala peninggalan jaman Raja Henry I.
Jam 4 sore matahari mulai tenggelam. Serasa magrib. Dan jam 8 pagi, langit baru mulai terang. Desember memang matahari berada di ujung perputarannya pada 23,5° Lintang Selatan. Jarak terjauh dari Inggris, sehingga sinarnya pun tak sampai 12 jam setiap harinya.
Makan siang di resto Yunani, The Real Greek. Lokasi berada di seberang Oracle River Side. Banyak resto waralaba global di area ini.
Hari ke-3, Reading
Sarapan di hotel Roseate, pesan Royal Benedict, yang isinya dua roti panggang, masing-masing ditumpuk dengan salmon, telur rebus setengah matang dan saos rasa asin asam. Dan teh kental panas penghangat badan.
Dengan bus kota, menuju apartemen anak di lingkungan kampus Reading University. Lanjut jalan-jalan sekitar kampus Henley Business School, tempat kuliah S2 anak. Sempat ngopi di Starbucks. Luas, tenang, hijau berarsitektur modern. Kereenn .. Alhamdulillah
Makan siang di resto waralaba Nandos, pinggir sungai Kennet, dekat gedung Oracle. Ayam panggang berasa asam, asin, pedas. Disajikan dengan jagung bakar manis. Menu masakan Portugal. Enak
Buku “Being You”, karya Anil Seth menjadi buku pertama yang kubeli dari toko buku Waterstone di Broad st., Reading. Sebagai kenangan, namun juga bagus isinya.
Hari ke-4, Reading
Suhu udara -1°C. Sarapan di resto hotel Roseate. Ambil salmon, semangka dan nanas. Minum jus jeruk dan teh panas tawar.
Keluar hotel mampir di Reading Abbey Ruins, depan hotel. Situs puing-puing sisa bangunan 900 tahun yang lalu, jaman raja Henry I. Lanjut dengan bus kota double decker menuju stadion Reading Football Club untuk mencari pernak-perniknya. Beberapa jersey Reading FC masuk dalam daftar belanja.
Hari ke-5, Reading – Manchester
Suhu udara Reading terbaca -7°C. Errgghhh … Sarapan, tetap dengan menu Royal Benedict. Lanjut jalan ber 3 menuju stasiun kereta Reading. Kereta “Cross Country Trains” berada di platform 8A. Sedikit ditunda pemberangkatan kereta menuju Manchester karena gangguan teknis. Kereta nyaman, bersih dan tanpa goncangan. Tiga kursi di setiap barisnya, dan total ada 20 kursi. Kami bertiga di Coach A, kursi 4A, 5A dan 8A. Sedikit kritik, ruang bagasi di atas kursi tidak muat untuk koper kabin. Dan ruang untuk bagasi koper besar di sebelah pintu gerbong, hanya muat 5 kopor besar. Terpaksa, simpan kopor besar di bawah kursi .. kaki terganggu.
Dari Reading, route kereta melewati beberapa kota ini: Leamington – Coventry – Birmingham – Wolverhamton – Stafford – Stoke on Trent – Macclesfield – Stockport. Dan sampai di stasiun Manchester pukul 15.00.
Jalan 10 menit dari stasiun kereta, sampailah di Staycity aparthotel. Desain minimalis, bersih. Satu flat tersedia 2 kamar tidur di dalamnya, masing2 tersedia satu tempat tidur king size. Ruang makan/sofa berada satu ruangan dengan mesin cuci dan dapur kering. Sempurna.
Simpan barang di kamar 410, lalu keluar untuk cari makan. Sekitar hotel banyak cafe dan resto. Kami menemukan resto Asia berlabel halal, “RICE resto”. Menyajikan masakan indonesia (nasi goreng), Jepang, Thai, China. Lanjut belanja cemilan. Kembali ke hotel.
Hari ke-6, Manchester
Tujuan hari ini adalah kunjungan ke Manchester United FC. Ini adalah bagian dari misi prioritas ke Inggris. Selain mengunjungi anak dan melawat ke Edinberg.r
Tram tujuan Pomona menjadi pilihan transportasi untuk membawa kami ke Old Trafford. Markas Manu FC. Kebetulan stasiun tram hanya 5 menit jalan kaki dari hotel tempat kami tinggal. Dari shelter Pomona, masih perlu jalan kaki kira-kira 15 menit untuk sampai di stadion Manu FC.
Gedung tinggi besar bertingkat 12, berwarna hijau bertuliskan “Manchester United” terpampang merah jelas di atasnya. Terlihat mencolok di lingkungannya, gagah megah. Membanggakan, bagi mereka yang terlibat di dalamnya, maupun para pendukungnya yang tersebar di berbagai belahan dunia.
Di depan gedung, berdiri patung 3 pemain besar Manu FC, yaitu George Best, Denis Law dan Sir Bobby Charlton. Mereka bersama berhasil membawa piala Liga Champion 1968 untuk pertama kalinya bagi MANU FC. Mereka bertiga tersohor dengan sebutan The United Trinity.
Tiket £35 per orang membawa kami dalam tour ke dalam museum dan berbagai lokasi kegiatan persepakbolaan MANU. Dan yang utama tentunya merasakan duduk di kursi penonton stadion Old Trafford. Guide senior menemani kami melihat museum, yang di dalamnya terpajang piala-piala kemenangan MANU, foto/poster para pemainnya sejak tahun baheula hingga era Fernandez. Kamar ganti kostum, kamar mandi, kamar cek doping, ruang konferensi pers dan terakhir para wisatawan sempat dipimpin oleh Guide untuk memperagakan berbaris memasuki stadion pertandingan. Seolah siap bertanding. Industri olahraga sepakbola yang mengagumkan. Luarbiasa.
Acara terakhir di stadion adalah makan siang di cafe MANU, lantai 3. Lanjut belanja pesanan kerabat di toko cenderamata MANU.
Hari ke-7, Manchester
Masih tentang bola, kunjungan kami kali ini adalah National Football Museum. Museum ini banyak menyimpan dan memajang foto, video dan barang-barang persepakbolaan Inggris, seperti piala, kostum, sepatu dan bola yang dipergunakan para pemain sepakbola Inggris, sejak akhir abad 19. Menarik untuk bisa merasakan suasana gegap-gempita fanatisme para pendukung sepakbola, melalui video layar besar. Meskipun belum berwarna, alias hitam-putih.
Manchester City FC sebagai rekan sekaligus kompetitor satu kota dari Manchester United FC, menjadi target selanjutnya kunjungan utama hari ini. Stadion MC sangat mudah dijangkau menggunakan tram. Stasiun tram berada dalam lingkungan stadion. Beberapa cenderamata pesanan kerabat, masuk dalam kantong plastik kami, berlogo Manchester City.
Hari ke-8, Manchester – Edinburgh

Kereta Traspennine Express siap membawa kami bertiga ke Edinburgh. Berangkat direncanakan pukul 10.26 GMT dari stasiun kereta Mancester Piccadilly. Tiket menunjukkan tempat duduk kami di Ciach E, kursi 9, 10 dan 11.
Route kereta melewati kota-kota berikut ini: Preston – Lancaster – Ocenholme – Penrith – Carlisle – Lockerbie – Edinburgh.
Kincir angin sebagai pembangkit listrik, banyak terlihat beroperasi di perbukitan, sebelum masuk kota Edinburgh.
Sepanjang perjalanan terlihat daratan, mobil dan atap rumah memutih oleh salju. Serta pepohonan yang meranggas. Suhu udara 1°C.
Sampai di stasiun Edinburgh sekitar pukul 13.40. Jarak dari stasiun ke hotel sebetulnya dekat, namun karena sedang ada pembangunan infrastruktur maka akses menuju hotel ditutup. Sehingga harus jalan sedikit lebih jauh untuk sampai di hotel.
Jam 19.00, setelah menonton final FIFA World Cup Argentina vs Perancis, yang dimenangkan Argentina melalui adu penalti, menyempatkan diri keluar hotel Scott Monument.
Monumen ini dibangun oleh arsitek Kemp tahun 1844 sebagai penghargaan untuk Sir Walter Scott, sastrawan puisi, novelis, sejarawan, biographer, yang meninggal tahun 1832 (61 tahun). Ketinggian menara ini adalah 61 meter. Sayang sekali menara gothic bersejarah yang indah ini berada dalam lingkungan yang ‘rusuh’, tak tertata apik. Arena bermain atau pasar malam. Sulit untuk dapat fokus mengambil gambarnya. Akan jauh berbeda bila monumen ini berada dalam lingkungan taman, sehingga fokus hanya padanya.
Di waktu malam, bila kita menghadap selatan ke atas bukit, dari Scott Monument, akan terlihat bangunan kubah dengan terang lampu warna-warni, yaitu Museum on the Mound. Indah.
Hari ke-9, Edinburgh
Acara hari ini ke Grass Market via Royal Mile. Grass Market sebetulnya adalah “pasar kaget” yang hanya buka dihari Sabtu dan Minggu. Selain itu, area Grass Market ini juga banyak toko cinderamata dan cafe, dengan harga relatif murah. Yang juga menarik, disini ada spot foto bagus ke Edinburgh Castle di puncak bukit.
Jalan Royal Mile masuk dalam area Old Town. Berbahan dasar batu hitam, mengkilat halus, bersih. Menakjubkan. Ini area wisata yang wajib dikunjungi, selain Edinburgh Castle dan Scott Monument.
Di area ini banyak bangunan lawas berdinding batu tebal berwarna abu-abu gelap atau coklat, berarsitektur era raja-raja Scotland, dari masa berabad-abad yang lalu. Juga banyak patung tembaga (?) berwarna hijau. Kecuali patung Sir Walter Scott berwarna putih, di dalam monumen Scott di jalan Prince st.

Cafe dan toko cinderamata juga banyak di Royal Mile. Yang paling ramai dikunjungi wisatawan adalah Museum Harry Potter. Disini dijual banyak barang yang berhubungan dengan buku/film Harry Potter. Perlu dikunjungi.
Edinburgh adalah kota kecil, dan semua obyek wisata yang menarik, bisa dikunjungi dengan jalan kaki. Dari hotel Hilton, rata-rata hanya membutuhkan 10-15 menit saja. Atau, visa dicapai dengan menggunakan bus wisata keliling kota., “hop on, hop off“.
Edinburgh ini mungkin bisa disamakan dengan Yogya. Wisata budaya menjadi andalan. Bedanya, bangunan di Edinburgh terasa sekali nuansa zaman kerajaan. Gedung-gedung tua masih terawat dan berfungsi dengan baik. Gereja, gedung parlemen, museum dan gedung-gedung lainnya terlihat dalam desain sejenis. Berdinding batu keras warna coklat gelap, berpintu besar dan beratap tinggi. Lega rasanya. Bahkan hotel-hotel baru pun banyak yang berarsitektur sebelum abad 20.
Hari ke-10, Edinburgh
Tujuan pertama pagi ini ke National Museums Scotland, di Chamber st. Museum besar, 5 lantai. Memajang artefak fosil binatang purba, hingga teknologi robotik. Budaya Eskimo dengan kereta salju dan kostum kesehariannya, hingga keahlian masyarakat Aborigin, Australia membuat patung. Menarik.
Lanjut ke Camera Obscura, tapi sold out. Batal. Jalan naik sedikit sampailah kami di pelataran Edinburgh Castle. Sama, gak bisa masuk. Sold Out. Ramai sekali wisatawan. Setidaknya bisa sampai di tujuan utama wisata budaya Edinburgh, yaitu Edinburgh Castle.
Perjalanan dilanjutkan menuju Palace of Holyroodhouse. Istana yang luas, di pinggir kota dan terlihat megah kokoh berdiri ini, dikelilingi oleh pagar jeruji besi tinggi. Sayang sekali, banyak hal bersejarah ingin dilihat di dalamnya, namun istana hari itu ditutup dan hanya bisa melihatnya dari luar pagar. Lingkungan taman hijau sangat terawat. Yang tersohor menghuni istana ini adalah Ratu Mary, yang hidup pada tahun 1561-1567.
Sudah jam 3 sore, lanjut angkat kaki menuju National Monument of Scotland. Dibutuhkan 30 menit jalan kaki, mendaki. Berada di puncak dataran tinggi Calton Hill, dan sudah tersedia tangga permanen untuk mendakinya. Desain monumen terinspirasi puing Parthenon di Athena, Yunani. Didesain tahun 1823-6 oleh Charles Robert Cockerell and William Henry Playfair.

Alhamdulillah, setidaknya beberapa obyek utama dari obyek-obyek wisata budaya yang ada di Edinburgh sempat dikunjungi, yaitu:
National Monument of Scotland.
Semua obyek wisata tersebut telah dikunjungi dengan jalan-kaki, karena lokasinya memang tidak cukup jauh. Dari hotel Hilton, masing-masing objek tersebut bisa dicapai kurang dari 20 menit. Dengan suhu udara tidak lebih dari 8°C, cukup untuk menghangatkan tubuh. Masih banyak objek wisata yang masih bisa dinikmati di Edinburgh. Sampai jumpa lagi Edinburgh. Semoga diberi kesempatan lagi olehNya. Amin.
Hari ke-11, Edinburgh – York
Kereta London North Eastern, Coach K, seat 28, siap membawa kami ke kota York pada pukul 11.00 dari stasiun kereta Edinburgh. Kereta bagus dan bersih. Ruang bagasi, kecil. Namun rak bagasi diatas kursi penumpang, cukup lega untuk menyimpan kopor kabin. Untungnya, ini kereta memang awal berangkatnya dari Edinburgh, sehingga ruang bagasi masih cukup lega untuk menyimpan barang.
Setelah 40 menit kereta jalan, sebelah kanan rangkaian kereta adalah lautan North Sea. Masih musim dingin, tapi salju sudah meleleh. Suhu 5°C.
Mendekati kota Morpeth, di sebelah kiri terlihat ladang rumput luas dengan beberapa kincir angin pembangkit listrik berwarna putih. Kontras. Indah
Pukul 13.30 kereta memasuki stasiun York. Jalan tak sampai 10 menit, sampailah kami di hotel Grand York. Eksterior hotel seperti lazimnya gedung lama berdinding batu bata merah tebal dengan satu pintu masuk kecil. Kokoh bersih. Interior hotel berkesan antik, dengan meja receptionist kecil, menghadap pintu masuk. Ada lagi ruang receptionist yang lebih lapang di bagian dalam. Interior kamar terkesan mewah dan luas dengan plafon kamar tinggi (6 m?) Dan jendela lengkung besar, layaknya gedung era kolonial. Kerennn ..
Sore itu kami sempat makan di resto China, di sekitar hotel. Menu nasi goreng ikan asin dan bihun seafood menjadi pilihan kami. Enak mengenyangkan.
Lanjut kami jalan ke jalan Shambles, area pertokoan berjalan sempit. Ramai sekali pengunjung. Salah satu toko yang ramai dikunjungi wisatawan adalah “The Shop That Must Not Be Named”. Itu adalah toko yang menjual atribut-atribut Harry Potter. Laris sekali.
Di area tersebut juga ada toko pembuat sekaligus penjual Coklat, “Chocolate Story”. Banyak kreasi Coklat nikmat dijual disini. Bungkus beberapa.
Hari ke-12, York
Setelah sarapan pagi yang menyimpan banyak kalori, kami berangkat jalan-jalan menuju York Castle Museum, melewati York Minster. Gereja katedral Katolik Roma. Merupakan salah satu katedral Gothik terbesar di Eropa Utara, setelah Katedral Köln. Pembangunan gedung yang ada saat ini dimulai sekitar tahun 1230 dan diselesaikan pada tahun 1472.
Sambil terus jalan kaki dibawah hujan gerimis, sampailah kami di York Castle Museum. Berbayar. Selain berisi sejarah Inggris, ada juga area bermain anak-anak. Tidak besar museum ini dan rasanya tidak cukup “serius” barang-barang bersejarah di dalamnya, bila dibandingkan dengan National Museum di Edinburgh. Barang peninggalan Perang Dunia I banyak disajikan dalam museum ini.
Hari ke-13, York – London
Kereta London North Eastern, Coach L bertempat duduk di no. 41, 42 dan 43 membawa kami menuju London King Cross. Berangkat 10.58 dan sampai di tujuan 12.49. Dua jam perjalanan. Taksi membawa kami ke London Marriott Hotel, County Hall. Hanya beberapa meter dari Westminster Bridge. Kamar Suit 320 cukup lega untuk kami bertiga. Tersedia dua tempat tidur berukuran Queen dan satu bed sofa. Kamar menghadap sungai Thame dan London Eye tepat berada di depan jendela kamar.
Ditemani keponakan yang sudah seperti anak sendiri dan sedang kuliah art entrepreneurship di London, Dira, kami berempat jalan ke The Westminster Shop. Toko yang berada persis di di sebelah gereja gothic Westminster Abbey ini, menjual banyak cindera-mata.
Sebelum waktu makan malam di resto The Grill, yang lokasinya berada di dalam mall Harrods, kami berjalan-jalan keliling dalam mall. Saat makan malam, bergabung juga pacar dari keponakan kami, Arik. Yang sedang kuliah hukum S2 di London. Makan malam menyenangkan bersama anak-anak muda.
Hari ke-14, London
Sarapan pagi di hotel dengan cara memilih paket menu yang ditawarkan oleh restonya. Tidak ada pilihan buffet style seperti lazimnya sarapan di hotel. Roti bakar, smoked salmon dan fresh fruits yoghurt, jadi pilihan pesanan. Kenyang.
Lanjut gunakan taksi bertiga ke Emirates Stadium, milik Arsenal. Berfotoria di depan stadion dan sedikit belanja cinderamata untuk oleh-oleh.
Menggunakan taksi, lanjut kunjungan ke Notting Hill, untuk melihat lokasi pembuatan film “Notting Hill”, yang dibintangi oleh Hugh Grant dan Julia Roberts, di tahun 1999. Film romans ringan yang enak ditonton. Ada dua lokasi shooting, yaitu toko buku milik William Thacker (Hugh Grant) di jalan Blenheim Cres dan apartemen kecil, tempat tinggal Thacker, the Blue Door di jalan B412.
Dengan menggunakan tram, kami menuju Buckingham Palace. Turun di Piccadilly. Jalan kaki sambil window shopping. Berfotoria di Buckingham Palace. Lanjut jalan kaki menuju Trafalgar. Ramai sekali. Banyak kedai kue donut berjajar di pinggir plaza Trafalgar. Cukup nikmat di udara dingin. Jam 16.00 matahari mulai tenggelam. Lebih dari 10.000 langkah kami berjalan kaki hari itu. Sehat pegal. Puas

Hari ke-15, London
Tepat di hari Natal ini, acara kami adalah mencari resto Indonesia. Tidak ada target kunjungan wisata. Selain hanya ingin mengulang foto di depan jalan Downing Street. Ada tiga resto Indonesia ditemukan di Google, yaitu Rasa Sayang (Malaysia), Nusa Dua dan Bali Bali. Nusa Dua menjadi pilihan. Sepanjang jalan menuju area Pecinan, semua pertokoan dan resto tutup. Untung, jam 11.00 resto Nusa Dua sudah buka, dan masih sepi. Pesan Soto Lamongan, Mie Bakso, Nasi Goreng, Tempe Goreng dan Laksa. Lumayan, mengenyangkan porsinya.
Hari ke-16, Stonehenge, Windsor Castle dan Bath
Melalui online booking beberapa hari sebelumnya, kami bertiga berangkat ke Victoria Coach Station, stasiun bus, untuk one day trip ke Stonehenge, Windsor Castle dan Bath. Hari masih gelap, jam 7 pagi.
Windsor Castle termasuk castle terbesar di dunia. Lebih sering menjadi tempat tinggal Ratu Elisabeth 2, daripada Buckingham Palace. Dibangun mulai abad ke-11 den kemudian direnovasi dari masa ke masa. Dipergunakan sebagai istana kerajaan sejak raja Henry I (1100–1135). Sejarah Raja Henry VIII dengan drama 4 istrinya dan keluarnya Inggris dari Katolik Roma, ada di castle ini. Juga, Raja Henry VIII (1491-1547) dimakamkan disini. Istri keduanya, Anne Boleyn, tewas dipenggal kepalanya. Film The Tudors, menceritakan kisah tragis Inggris awal abad ke-16 ini.
Sempat mampir di Krispy Kreme, untuk sarapan donat dan coklat panas.

Stonehenge. Para pengguna Windows operating system di akhir tahun 90an, tentu ingat OS Windows98. Nah .. disitu ada screensaver gambar Stonehenge. Entah apa kisah sebenarnya dari tumpukan beberapa batu besar tua melingkar ini, namun faktanya memang masih ada disana. Guide sejarawan Inggris yang menemani kami pun tidak bisa memastikan kisah sebenarnya. Di tengah padang rumput Salisbury, dengan morfologi sedikit bergelombang, tiba-tiba muncul batu-batu besar tersusun dalam format melingkar bertumpuk. Dari info uji umur karbon tulang-tulang manusia yang ditemukan di bawahnya, diduga berasal dari tahun 3000-2000 BC. Informasi terbaru tentang Stonehenge, bisa diperoleh on-line dari aplikasi Gramedia Digital, majalah National Geographic edisi bahasa Indonesia, Agustus 2022.

Bath. Adalah kota kecil yang menjadi world heritage WHO. Karena ini adalah pusat kota lama Inggris. Banyak bangunan masih berarsitektur Roman, bergaya palladianism.
Di Bath ini terdapat bangunan gothic lawas abad ke-7, yang kemudian diperbaiki berturut-turut di abad ke 10, 12 dan 16, yaitu gereja Bath Abbey. Masih berfungsi dengan baik.
Masih ada waktu 1 jam. Cukup bagi kami untuk makan di resto.
One day trip ke Windsor Castle, Stonehenge dan Bath, ini diawali dengan keberangkatan dari Coach Victoria bus station, London pukul 8.00 pagi dan kembali di tempat yang sama pada pukul 19.00. Puass
Pulang dengan bus kota, mampir beli makan malam di Subway.
Hari ke-17 London – Jakarta
Pukul 11.45 turun dari kamar 330 hotel Marriot, Weatminster untuk checkout menuju Terminal 2, bandara Heathrow. Turkish Airlines membawa kami pulang ke Jakarta. Tidak ada pemeriksaan imigrasi. Hanya pemindaian boarding pass saat memasuki bandara, setelah check in penerbangan. Berpisah dengan anak di bandara, untuk melanjutkan studinya disana. Semoga sukses lancar dan menyenangkan kuliahnya ya nak. Amin
Tautan video
- Windsor Castle – The Queen’s Royal Residence
- Mysterious history of Stonehenge
- Visit Bath
- Windsor, Stonehenge and Bath

