Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Opini’ Category

Xivilisation
China’s latest attempt to rally the world against Western values
The Economist, 27 April 2023

Berikut ini adalah ringkasan artikel harian elektronik The Economist, 27 April 2023. Sebagai catatan pribadi, yang mungkin juga bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Presiden Xi Jinping mempunyai tiga inisiatif besar tentang bagaimana seharusnya dunia ini dikelola.

Konsep pertama adalah Global Development Initiative (GDI) yang dicanangkan 2021, beriringan dengan Belt Road Initiative (BRI). Dalam inisiatif tersebut, China mengalokasikan $4 milyar untuk kerjasama pembangunan di berbagai bidang, mulai dari sektor kesehatan hingga Perubahan Iklim, di berbagai negara sahabat.

Global Security Initiative (GSI) adalah inisiatif ke-2, yang bersemangat perdamaian. Upaya kongkrit dengan GSI ini adalah keterlibatan China dalam perdamaian Arab – Iran. Dilanjutkan dengan upaya China menghubungi presiden Volodymyr Zelensky, Ukraina untuk proses perdamaian dengan Rusia.

Yang ke-3 adalah Global Civilisation Initiative (GCI). Dicanangkan Xi Jinping 15 Maret 2023 dalam format dialog virtual dengan 500 organisasi politik dari 150 negara. Dalam pidatonya yang berjudul Join Hands on the Path Towards Modernization, Xi Jinping menyatakan bahwa,

“The practice of stoking division and confrontation in the name of democracy is in itself a violation of the spirit of democracy …. It will not receive any support.”

Dan,

“Countries need to keep an open mind in appreciating the perceptions of values by different civilisations, …. and refrain from imposing their own values or models on others and from stoking ideological confrontation.”

Intinya adalah semangat perdamaian tidak mengenal pemaksaan nilai-nilai peradaban suatu negara ke negara lainnya. Dan upaya memecahbelah serta konfrontasi atas nama demokrasi tidak dapat dibenarkan. Contradictio in terminis.

Sejak dicanangkannya GCI, media pemerintah China mulai menjuluki inisiatif tersebut sebagai “Xivilisation”. Penuh dengan spirit kebijaksanaan China, unggahnya.

Setelah runtuhnya Uni Soviet, pakar politik Samuel Huntington mencanangkan pendapatnya bahwa “clash civilisations” akan menggantikan “perang dingin” antara Barat dan Timur. Namun Xi Jinping merasa bahwa berbagai peradaban tersebut bisa berjalan bersama dalam damai. Dan, Harian Hongkong, South China Morning Post, menanggapi thesis lama Huntington tersebut dengan mempertegas bahwa China merasa perlu lebih memberikan perhatian terhadap kesetaraan peradaban demi dunia yang damai. Oleh sebab itu, AS perlu menahan diri untuk tidak memaksakan nilai-nilainya bagi negara lain. Atau sebaliknya, thesis Huntington akan terbukti karenanya.

Para petinggi Barat mulai khawatir tentang GCI, karena bisa menjadi garis pemisah antara pendukung pemerintah dan oposan.

Menurut artikel ini, Xi meyakini 4 spirit yang perlu menjadi acuan dalam berbangsa, “four self-confidences”. Tiga aspek terkait penguatan faham komunisme China, dan satu aspek adalah perlunya menjaga keberlangsungan budaya China.

“Four self-confidences” tersebut merujuk pada kepercayaan diri terkait empat aspek penting, yaitu:

  1. Keyakinan pada jalan sosialisme dengan karakteristik China: Ini mengacu pada keyakinan bahwa model pembangunan sosialis dengan karakteristik China adalah jalan yang tepat bagi negara tersebut. Hal ini berarti China memiliki kepercayaan diri dalam mempertahankan dan mengembangkan sistem politik, ekonomi, dan sosialnya sendiri.
  2. Keyakinan pada teori dasar Marxis: China memiliki keyakinan pada prinsip-prinsip dasar Marxis, yang menjadi landasan ideologi bagi Partai Komunis China. Hal ini mencakup keyakinan pada nilai-nilai sosialis dan perspektif historis Marxis.
  3. Keyakinan pada sistem sosialisme dengan karakteristik China: Ini merujuk pada keyakinan bahwa sistem sosialis dengan karakteristik China mampu memenuhi kebutuhan rakyat China dan mencapai kemajuan terus-menerus. China memiliki keyakinan dalam mempertahankan dan memperbaiki sistem ini.
  4. Keyakinan pada kekuatan budaya China: Ini mengacu pada keyakinan bahwa budaya China memiliki kekuatan dan daya tarik yang unik serta dapat berkontribusi pada perkembangan dan kemajuan negara. China memiliki keyakinan dalam mempromosikan dan melindungi kekayaan budaya dan nilai-nilai tradisional China.

Keempat elemen ini merupakan pilar-pilar utama dalam konsep kebangsaan China yang digagas oleh Xi Jinping, yang bertujuan untuk membangun kepercayaan diri dan identitas nasional yang kuat di tengah perubahan global.

Mao Zedong menekan kemunculan budaya Kongfucianisme, sementara Xi Jinping berupaya melestarikannya.

Beberapa tahun terakhir ini, banyak pusat studi Konfucius di universitas-universitas AS banyak ditutup. Dikhawatirkan bahwa studi tentang bahasa dan kebudayaan China yang ada di dalamnya akan berdampak politik. Karena banyak pusat studi tersebut didanai oleh pemerintah China.

Read Full Post »

Pidato Xi Jinping

Pidato Presiden Xi Jinping


Tahun 2021, China mencanangkan Global Development Initiative (GDI), beriringan dengan Belt Road Initiative (BRI). Dalam inisiatif tersebut, China mengalokasikan $4 milyar untuk kerjasama pembangunan di berbagai bidang, mulai dari sektor kesehatan hingga Perubahan Iklim, di berbagai negara sahabat.

Dua bulan setelah perang Rusia – Ukraina mulai terjadi, 24 Februari 2022, President Xi Jinping mencanangkan Global Security Initiative (GSI), di bulan April 2022, dalam upaya meningkatkan keamanan global dengan lebih mengutamakan dialog daripada konfrontasi, kemitraan daripada aliansi dan win-win daripada zero-sum.

Satu tahun kemudian, tanggal 21 Februari 2023, Presiden Putin berpidato di Majelis Federal Russia, Gostiny Dvor, Moskow. Resensi terkait pidato tersebut ada dalam blog ini, berjudul “Pidato Putin – Ukraina”. Isi dari pidato tersebut adalah penjelasan atas invasi Rusia ke Ukraine, response terhadap propaganda Barat yang menyudutkan Rusia, dan penjelasan tentang ekonomi Rusia yang dalam keadaan aman.

Satu bulan kemudian, 15 Maret 2023, Presiden Xi Jinping berpidato di depan 500 pimpinan partai politik dunia dari 150 negara, secara virtual, tentang perlunya modernisasi peradaban berdasar kemandirian bangsa tanpa tekanan atau hegemoni bangsa lain. Pada kesempatan tersebut, Global Civilisation Initiative (GCI) dicanangkan oleh Xi Jinping. Dinyatakan bahwa,  “The practice of stoking division and confrontation in the name of democracy is in itself a violation of the spirit of democracy,” dan “It will not receive any support.” Selanjutnya Xi menyatakan,  “Countries need to keep an open mind in appreciating the perceptions of values by different civilisations,” dan, “and refrain from imposing their own values or models on others and from stoking ideological confrontation.” Ini adalah inisiatif untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip kesetaraan, saling belajar, dialog dan inklusivitas antar peradaban, pertukaran budaya, saling belajar alih-alih perselisihan, dan koeksistensi alih-alih mengagungkan superioritas. Intinya adalah semangat perdamaian tidak mengenal pemaksaan nilai-nilai peradaban suatu negara ke negara lainnya. Dan upaya memecah-belah serta konfrontasi atas nama demokrasi tidak dapat dibenarkan. Contradictio in terminis.

Satu minggu kemudian, 21 Maret 2023, Presiden Xi Jinping bertemu Presiden Putin di Moscow untuk membicarakan tentang kemungkinan penghentian peperangan atau perdamaian dengan Ukraina. 

Selanjutnya Rabu, 26 April 2023, presiden Xi Jinping telepon presiden Ukraine, Zelensky, dalam upayanya membuat cease fire atau bahkan perdamaian. 

Terlepas dari hidden agenda China, yang sebetulnya lazim dalam aksi politik, namun upaya perdamaian yang dilakukannya itu nyata. Dan Barat pun curiga dengan langkah Xi Jinping. Karena kedekatan China dengan Moscow. Loh …

Membaca rentetan peristiwa aksi politik global dari China dan Rusia diatas, terlihat adanya kepedulian dan sikap yang sama terhadap kesewenangan hegemoni Barat, AS khususnya. Pidato Putin dan Xi Jinping terasa sama isinya, meskipun dengan kehalusan narasi yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa kutipan translasi pidato Xi Jinping, yang lengkapnya berjudul Join Hands on the Path Towards Modernization.

Pidato Xi diawali dengan pernyataan puitis kekhawatiran atas kenyataan situasi sosial budaya, ekonomi, politik dan lingkungan global yang masih tak menentu, 

Polarization or common prosperity? Pure materialistic pursuit or coordinated material and cultural-ethical advancement? Draining the pond to catch the fish or creating harmony between man and nature? Zero-sum game or win-win cooperation?” 

Program modernisasi, semestinya berkelanjutan, dan berpusat pada serta bertujuan untuk Kemanusiaan.

“We must put the people first and ensure modernization is people-centered”. Dan  “Modernization is not only about indicators and statistics on the paper but more about the delivery of a happy and stable life for the people”.

Sudah semestinya bahwa Negara2 Sedang Berkembang berhak menentukan langkah-langkah modernisasinya sendiri, berdasarkan realitas sosial, keunggulan dan kearifan bangsanya. Ini serasa kritik terhadap adanya kecenderungan pemaksaan ideologi oleh beberapa negara besar lainnya.

“Developing countries have the right and ability to independently explore the modernization path with their distinctive features based on their national realities”.

“We stand firmly opposed to the practice of preserving one’s own development privilege by suppressing and containing other countries’ endeavor to achieve modernization”.

Dengan demikian, diharapkan tatanan internasional bisa menjadi lebih adil dan setara, dalam lingkungan global yang memiliki hak yang sama, kesempatan yang sama, dan aturan yang adil untuk semua. Tentu, menurutnya, untuk mencapai modernisasi, perlu solidaritas dan kerjasama sehingga diperoleh keuntungan bersama.

Kritik Xi Jinping terhadap upaya-upaya pecah-belah dan pemaksaan hegemoni oleh Barat, ditemukan  dalam kalimat-kalimat berikut:

  • We firmly oppose hegemony and power politics in all their forms. 
  • The world does not need a new Cold War. 
  • The practice of stoking division and confrontation in the name of democracy is in itself a violation of the spirit of democracy. 
  • A modernized China will strengthen the force for world peace and international justice. No matter what level of development China achieves, it will never seek hegemony or expansion.

Penutup

Membaca pidato Presiden Xi Jinping dan Presiden Putin beberapa waktu sebelumnya, mengisyaratkan adanya semangat yang berbeda daripada keseragaman informasi yang membanjiri media cetak dan elektronik di negeri ini selama ini. Semangat yang lebih memanusia tanpa perlu mengagungkan ke-adikuasa-an. Semoga nyata dalam prakteknya.

Tautan

Global Security Initiative:China’s Solution to Address the Security Dilemma and Safeguard World Peace

Read Full Post »

PIDATO PRESIDEN PUTIN

Pidato Presiden Putin di Majelis Federal Russia, Gostiny Dvor, Moskow, 21 Februari 2023.

Berselancar di dunia maya mencari ebook dari penulis credible, tentang perang Ukraine dari sudut pandang Russia, sungguh sulit. Banyak ebook tentang hal tersebut ditemukan di amazon.com, namun selalu dari sudut pandang Barat. Sudah dua tulisan disajikan dalam blog ini terkait pemberitaan tentang perang Rusia – Ukraina, yaitu: Perang Rusia – Ukraina dan RT alternatif Sumber Berita, belum juga menemukan sumber berita yang meyakinkan dari sisi Rusia. Hanya channel Russia Today yang memberitakan perang Ukraine dari sudut pandang Russia. Coba saja BBC, CNN, Bloomberg, TRTWorld, Al Jazeera, DW dll; sudah seperti representasi NATO. Seragam, sudut pandang Barat. Gagal mendapatkan  keseimbangan informasi. Tidak ada lagi Cover both sides.

Tak disangka, muncul Presiden Putin memberikan sambutan di depan para pejabat di Majelis Federal Russia, Gostiny Dvor, Moskow pada tanggal 21 Februari 2023. Sebagai sebuah informasi penyeimbang terhadap media berita yang substansinya seragam pro-Barat tersebut, Pidato Putin ini cukup memuaskan. Apalagi disampaikan langsung oleh otoritas tertinggi pemerintah Rusia. Presiden Putin. Sumber terpercaya.

Pada transkrip pidato yang sudah dipublikasikan dan diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh Sumber Internet Resmi Kepresidenan Russia  terbaca adanya dua target audiences yang ingin dicapai dari pidato tersebut, yaitu:

  1. Masyarakat Global, untuk menjelaskan maksud invasi Russia ke Ukraina, Bela Negara, serta menolak standar ganda dan hegemoni Barat
  2. Masyarakat Russia, untuk memberikan semangat Bela Negara, persatuan, kemandirian bangsa dan peningkatan kesejahteraan.

Berikut ini adalah, beberapa cuplikan penting dari naskah pidato Putin (translated), dalam menanggapi sikap dan tindakan Barat yang mendukung Zelensky, Ukraina. Naskah lengkapnya ada dalam daftar Tautan di bawah.

Tak butuh berlama-lama, di awal pidatonya, Putin pun langsung menjelaskan alasan Rusia melakukan invasi ke Ukraina di tahun 2022:

  1. to protect the people in our historical lands, 
  2. to ensure the security of our country and 
  3. to eliminate the threat coming from the neo-Nazi regime that had taken hold in Ukraine after the 2014 coup,

Dalam wawancara Helmi Yahya dengan Dubes Rusia, Lyudmila Vorobieva, juga sudah dijelaskan tentang tujuan diatas, beberapa bulan sebelum pidato Presiden Putin. (Tautan terlampir di bawah)

RT channel berulang kali menayangkan film dokumenter penguasaan brutal yang memakan korban jiwa dan harta, oleh pemerintah Kiev, Ukraine terhadap wilayah Donetsk dan Luhansk, yang masyarakatnya pro-Rusia di tahun 2014. Peta distribusi kebangsaan dari Seymour Hers terlampir, menunjukkan bangsa Rusia ada 22% di Ukraina. Munculnya kelompok ultra-kanan Ukraina yang seringkali muncul di publik berkelompok, menggunakan atribut Nazi dan melakukan salam dengan menjulurkan lengan kanan seperti layaknya anggota Nazi saaat WWII, menjadi pembenaran Putin untuk menjulukinya sebagai Neo-Nazi dalam pidatonya diatas.

Since 2014, Donbass has been fighting for the right to live in their land and to speak their native tongue. … we were doing everything in our power to solve this problem by peaceful means, and patiently conducted talks on a peaceful solution to this devastating conflict. This appalling method of deception has been tried and tested many times before. They behaved just as shamelessly and duplicitously when destroying Yugoslavia, Iraq, Libya, and Syria.

Kekesalan Putin terhadap sikap mendua dan hipokrit Barat, diungkapkannya dalam kalimat berikut:

It turned out that they treat people living in their own countries with the same disdain, like a master. After all, they cynically deceived them too, tricked them with tall stories about the search for peace, about adherence to the UN Security Council resolutions on Donbass. Indeed, the Western elites have become a symbol of total, unprincipled lies.

Menurutnya, Perang Ukraina ini bukan memerangi masyarakat Ukraina.

We are not at war with the people of Ukraine. I have made that clear many times.

Responsibility for inciting and escalating the Ukraine conflict as well as the sheer number of casualties lies entirely with the Western elites and, of course, today’s Kiev regime, for which the Ukrainian people are, in fact, not its own people. The current Ukrainian regime is serving not national interests, but the interests of third countries.

… the longer the range of the Western systems that will be supplied to Ukraine, the further we will have to move the threat away from our borders. This is obvious.

Gita Wirjawan dalam podcast youtubenya, yang berdialog dengan Connie Bakrie, berjudul: Tunjukkan taring, pimpin dengan integritas berpendapat bahwa Putin tidak pernah terlihat berniat untuk menguasai Ukraina. Disetujui oleh Connie. Dan juga ditegaskan oleh Dubes Rusia, Vorobieva, dalam wawancaranya dengan media Kumparan.

Putin mengaku bahwa Rusia sudah bersedia untuk dialog, namun tidak mendapat tanggapan berarti:

We were open and sincerely ready for a constructive dialogue with the West; we said and insisted that both Europe and the whole world needed an indivisible security system equal for all countries, and for many years we suggested that our partners discuss this idea together and work on its implementation. But in response, we received either an indistinct or hypocritical reaction, as far as words were concerned. But there were also actions: NATO’s expansion to our borders, the creation of new deployment areas for missile defence in Europe and Asia–they decided to take cover from us under an ‘umbrella’–deployment of military contingents, and not just near Russia’s borders.

Finally, in December 2021, we officially submitted draft agreements on security guarantees to the USA and NATO. In essence, all key, fundamental points were rejected. After that it finally became clear that the go-ahead for the implementation of aggressive plans had been given and they were not going to stop.

Intelejen Rusia mengendus adanya rencana penyerbuan brutal oleh Kiev ke Donbass, seperti pernah terjadi di 2014. Putin pun merasa dikhianati oleh Badan Keamanan PBB.

… there was no doubt that everything would be in place by February 2022 for launching yet another bloody punitive operation in Donbass. Let me remind you that back in 2014, the Kiev regime sent its artillery, tanks and warplanes to fight in Donbass.

In 2015, they tried to mount a frontal assault against Donbass again, while keeping the blockade in place and continuing to shell and terrorise civilians. Let me remind you that all of this was completely at odds with the documents and resolutions adopted by the UN Security Council, but everyone pretended that nothing was happening.

… they were the ones who started this war, while we used force and are using it to stop the war.


Putin pun tak merasa perlu lagi menahan geram atas sikap dan tindakan Barat, maka kekesalan pun diungkapkannya.

.. the Organisation for Economic Cooperation and Development, the G7 countries earmarked about $60 billion in 2020–2021 to help the world’s poorest countries. Is this clear? They spent $150 billion on the war, while giving $60 billion to the poorest countries,

According to US experts, almost 900,000 people were killed during wars unleashed by the United States after 2001, and over 38 million became refugees.


Putin menunda keikutsertaan dalam SART, karena ada kewajiban disana untuk bersedia diperiksa fasilitas pertahanan nuklirnya. Menurutnya, dalam situasi perang, dimana Barat berada di belakang Ukraine, maka tidak mungkin Rusia memberi kesempatan Barat berada di fasilitas pertahanannya. Demikian juga pasti sebaliknya.

Ref.: Seymour Hersh: Bertaruh pada Kemenangan Ukraina adalah Bunuh Diri

In early February, the North Atlantic alliance made a statement with actual demand to Russia, as they put it, to return to the implementation of the Strategic Arms Reduction Treaty, including admission of inspections to our nuclear defence facilities. I don’t even know what to call this. It is a kind of a theatre of the absurd.

The drones used for this purpose were equipped and updated with the assistance of NATO specialists. And now they also want to inspect our defence facilities? In the current conditions of confrontation, it simply sounds insane.

Putin juga menengarai adanya upaya Barat untuk melakukan perang ekonomi dan pembusukan dari dalam negeri Rusia.

… they sent prices soaring in their own countries, destroyed jobs, forced companies to close, and caused an energy crisis, while telling their people that the Russians were to blame for all of this. We hear that.

“Make them suffer”–what a humane attitude. They want to make our people suffer, which is designed to destabilise our society from within.


Namun Putin meyakinkan bangsanya bahwa ekonomi Rusia masih dalam kondisi aman.

The Russian economy, as well as its governance model proved to be much more resilient than the West thought.

I would like to draw your attention to the fact that this has nothing to do with printing money. Not at all. Everything we do is solidly rooted in market principles.


Selain pembelaan diri untuk invasi ke Ukraina dan kecaman terhadap sikap dan tindakan AS dan Sekutunya, sisa pidato Putin adalah pernyataan ketahanan ekonomi Rusia yang masih aman. Bahkan berencana untuk meningkatkan anggaran persenjataan, gaji ASN dll.

PENUTUP
Kutipan dari buku “How the West Brought War to Ukraine”, karya Benjamin Abelow di bawah ini mungkin bisa jadi pengingat:

Gilbert Doctorow—an independent, Brussels-based political analyst whose Ph.D. and post-doctoral training are in Russian history—comments:

Be careful what you wish for. Russia has more nuclear weapons than the United States. Russia has more modern weapons than the United States. Russia can level to the ground the United States in 30 minutes. Is this a country in which you want to create turmoil? Moreover, if [Mr. Putin] were to be overturned, who would take his place? Some little namby-pamby? Some new drunkard like [first Russian president Boris] Yeltsin? Or somebody who is a Rambo and just ready to push the button? … I think it is extremely imprudent for a country like the United States to invoke regime change in a country like Russia. It’s almost suicidal.

Perang, bagaimanapun akan berakibat langsung pada penderitaan rakyat. Semoga cepat berakhir dengan Perdamaian. Dan tidak ada lagi Negara yang merasa sebagai pemegang kuasa penentu Nilai Kebenaran terhadap negara lain.

Mengutip media berita The Economist, pidato Xi Jinping 15 Maret 2023, the “Global Civilisation Initiative”, … that countries should “refrain from imposing their own values or models on others and from stoking ideological confrontation.”


Sebagai Penutup, Tautan berikut ini cukup bagus memberi gambaran tentang persoalan Ukraina dan mereka yang memperkeruhnya.

Pidato Presiden Putin, 21 Februari 2023, Moskow

Wawancara Dubes Rusia, Vorobieva

Wawancara Helmi Yahya dengan Dubes Rusia

Why is Ukraine the west’s faults?

Seymour Hersh: Bertaruh pada Kemenangan Ukraina adalah Bunuh Diri

Salam Damai

Read Full Post »

Russia Today (RT)

Sejak perang terjadi antara Ukraine – Russia, dan berita mulai semarak di berbagai media pada tahun 2022, hanya saluran tv Russia Today (RT) yang menarik kami nikmati sebagai sumber berita asing. Sesekali channel CGTV (China). Saluran TV berita nasional tak pernah lagi muncul. Bukan karena menolaknya, tapi karena semua berita sudah ramai muncul di sosial media.

Sejak lengsernya Presiden Soekarno, informasi publik didominasi oleh media Barat. Yang turunannya hingga media nasional, pun memberikan berita senada dengan Barat. Seragam. Narasi bisa berbeda, tapi inti berita tetap sama.

Channel RT ini memang corong propaganda Russia. Program Dokumenter yang mengarah pada kesimpulan ketidakadilan dan rasisme Barat seringkali diulang. Sejarah tentang Nazi, dan turunannya yang muncul di Ukraina dan AS, menjadi program penting di channel ini. Video pendukung Nazi yang sedang berbaris dan memberi salam hormat dengan menjulurkan lengan ke depan, lengkap dengan atributnya, terus tayang berulang. Tak lain untuk memberikan persepsi betapa rasisnya Barat.

Komunitas rasis di AS

Siang tadi, program dokumenter channel RT menayangkan sejarah kolonialisasi Mali oleh Perancis dan Congo oleh Belgium.  Diikuti dengan wawancara lelaki seniman lukis Mali yang pernah kuliah di Russia. Menurut sang Pelukis, Perancis tidak peduli dengan kebudayaan asli Mali sehingga bahasa Perancis masih tetap menjadi bahasa nasional. Sedangkan Mali mempunyai empat bahasa daerah. Sang Pelukis mengakui bersyukur pernah kuliah di Russia, sehingga menyadari sepenuhnya bahwa Perancis bukanlah penolong, namun Penjajah. “Russia tidak pernah menjajah Afrika”, ujarnya di RT channel.

Kemudian program dokumenter tentang penguasaan atas minyak Nicaragua oleh Shell, Inggris. Wawancara dilakukan terhadap pengusaha minyak Russia yang merasa dirugikan dengan kebijakan bisnis di Nicaragua, yang menurutnya telah dalam kontrol sepenuhnya oleh Inggris. 

Kehancuran Iraq oleh serangan AS dengan alasan keberadaan instalasi pengkayaan uranium, Nuklir, yang terbukti alasan BOHONG, menjadi video berita yang juga terus muncul di Russia Today channel. Kehancuran suatu negara oleh ambisi kekuasaan Barat, yang beritanya hilang begitu saja. Sejarah kelam dunia yang dilupakan, dan seolah kesalahan kecil belaka oleh AS dengan bungkus ‘pembebasan warga atas kediktatoran Sadham Husein’. Seolah heroik. Lengkap channel RT mendokumentasikannya.

Keterlibatan AS di Amerika Latin dalam kerusuhan politik Peru 2022, tak lepas dari pantauan RT channel. Tentu juga kasus-kasus lama AS dan Barat di berbagai negara Amerika Latin lainnya, seperti El Salvador, Nicaragua, Honduras, Grenada, dll.

  1. History of U.S. interventions in Latin America 
  2. United States involvement in regime change in Latin America

Sejarah dan video serbuan Ukraina ke wilayah Donbas dan Luhank yang mencabik-cabik kehidupan warga pendukung Russia di tahun 2014, termasuk program yang sering tayang ulang. Derita kematian, cedera, kehancuran bangunan, kemiskinan dan kelaparan, sangat mewarnai video tersebut. Tak pernah fakta ini muncul di media berita Barat. Tidak juga muncul di media cetak dan elektronik negeri kita. Fakta tersebut menjadi alasan Russia melakukan invasi ke Ukraina 2022, untuk menyelamatkan warga dan wilayahnya.

Ada acuan bagus dari wartawan senior @ndorokakung di dalam akun Instagramnya. Yaitu, suatu media bisa dianggap kredibel, apabila memenuhi unsur-unsur berikut: Obyektif,  Independen, Responsif, Akurat, Transparan, Lengkap, Akuntabel dan Profesional.

Lalu, benarkah berita-berita di channel RT diatas? Tak penting sekali untuk mengetahui kebenarannya. Kecuali anda memang bermaksud melakukan studi tentangnya. Yang penting adalah, ada berita ‘penyeimbang’ terhadap pemberitaan dari sumber Barat. Sehingga muncul pemikiran kritis bahwa ada fakta lain dari sumber yang berbeda. Ada fakta tak Lengkap yang disampaikan oleh Barat. Ada ke-tidak Transparan-an berita Barat. Tidak Independen. Artinya, ‘kebenaran’ suatu peristiwa konflik antar negara yang hanya didasarkan pada berita media adalah absurd. Naif. Dari kedua sisi, Barat atau Timur, nilai berita-berita tersebut adalah sama. Propaganda belaka. 

Kesimpulan dan Saran

Disarankan untuk lebih sering menikmati channel RT atau CGTV (China). BUKAN untuk membenarkan isi beritanya, tapi untuk mengetahui bahwa ada saling ke-tidak lengkap-an berita dari masing-masing sumber tersebut, Barat ataupun Timur. Sehingga, bisa dianggap bahwa berita dari keduanya tidaklah masuk dalam kategori valid atau kredibel. Oleh karenanya, tak perlulah sibuk berargumentasi mendukung atau mengecam suatu konflik antar negara, apabila hanya berdasar berita yang bersumber dari media cetak atau elektronik manapun. Pada akhirnya, Media Berita adalah alat propaganda semata. Dan Berita, tidaklah berada dalam ruang hampa. Peace.

Tautan

Why is Ukraine the west’s faults?

Read Full Post »

Berita Perang

Setiap kali melihat saluran tv berita dan media sosial, selalu saja muncul disana informasi tentang perang Rusia-Ukraina. Sayangnya, berita televisi pada umumnya seragam dan mengacu pada media Barat. Lihat saja CNN, Fox, Bloomberg, BBC. Bahkan Aljazeera dan TRT (channel Turki) pun sama saja sumbernya. Hanya ada dua channel tv yang berbeda, yaitu tv China CCTV-4 di IndiHome (info teman) dan channel RT (Russian Today) di First Media, yang sempat hilang saat awal perang Ukraina terjadi.

Media sosial pun tak jauh beda, isu perang Rusia-Ukraina yang diwarnai pro-kontra masing-masing pendukungnya, juga seringkali muncul. Hanya saja, banyak terlihat posting di medsos twitter, facebook atau group whatsapp, sering disertai narasi dukungan yang berlebihan. Emosional. Seolah acuan info yang dipunyainya sudah paling valid.

Menurutku, konflik bersenjata Rusia-Ukraina tak ada yang layak dibenarkan. Begitu juga dengan negara-negara pendukungnya. Ini Perang yang didasari kekuasaan politik regional. Semua negara kuat yang terlibat di dalamnya punya sejarah buruk tentang Penguasaan terhadap yang lemah. Maka, akan lebih mencerahkan bila para pendukung Rusia ataupun Ukraina coba melihat atau membaca media elektronik/cetak dari kedua blok negara tersebut. 

Seperti halnya narasi iklan, semua terlihat benar dan indah adanya, dari sisi pengiklannya, tentunya. Memang tidak bohong, namun tidak lengkap informasinya. Coba saja nikmati channel tv CNN dan media Barat lainnya. Beritanya selalu kekejaman pihak Rusia yang mengakibatkan penderitaan rakyat Ukraina di daerah Mariupol, Donetsk dan Luhansk. Memilukan. Tapi, apa iya tidak ada korban di sisi tentara Rusia dan masyarakat Ukraina pro-Rusia? 

Di sisi lain channel RT, selalu menayangkan acara Dokumentasi tentang serbuan aparat Ukraina di wilayah masyarakat pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk 2014. Korban jiwa dan kemarahan pro-Rusia, bangunan luluh lantak dan kelaparan yang memilukan, menjadi sajian yang terus berulang dari channel RT. Kejahatan kemanusiaan Nazi Jerman di tahun 1940an, peminggiran suku Indian di Amerika, penaklukan Irak dan sejarah imperialisme Eropa di masa lalu, menjadi materi iklan berulang di channel RT. Seakan mengatakan bahwa Ukraina dan Barat pun juga punya sejarah invasi yang brutal di masa lalu.

Sedihnya, sumber berita media kita sudah banyak mengacu pada media Barat sejak G30S 1965, sehingga cukup susah mendapatkan informasi yang seimbang. Apalagi media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram ada dalam genggaman Barat, maka bisa dipahami bila kita akan kesulitan mendapatkan informasi positif tentang Rusia dalam kasus ini. Bahkan, buku yang menulis tentang sisi positif pemerintahan Putin pun sulit diperoleh. Atau memang tidak ada sisi positifnya? Penulis ada membuat resensi buku tentang Putin, yaitu Red Notice karya Bill Browder, The Man Without a Face karya Masha Gessen dan A Russian Diary karya Anna Politkovskaya. Semuanya hal buruk tentang Presiden Vladimir Putin. Namun tak sepenuhnya buku-buku tersebut adalah fakta hasil reportase, karena opini penulis banyak ditemukan di dalamnya. Ingin rasanya membaca tentang hal positif beliau. Ada yang tahu bukunya?

Kesimpulan

Tak perlu kiranya terlalu emosional mendukung ke salah satu peserta perang. Apalagi kalau hanya didasarkan pada informasi media yang diragukan netralitasnya, yang seperti iklan saja layaknya.

Terkait kehati-hatian dalam mengkonsumsi berita, Tom Nichols dalam bukunya The Death of Expertese, memberi saran bagus supaya melakukan beberapa hal dibawah ini:

  • Rendah hati. Mulai dengan asumsi bahwa penulis lebih memahami persoalan daripada konsumen berita
  • Variatif. Tidak mengkonsumsi berita dari sumber yang sama secara terus-menerus
  • Tidak sinis. Wartawan bisa salah karena tidak teliti dalam menyajikan informasi. Namun tidak bermaksud berbohong
  • Kritis. Siapa penulisnya? Apakah ada editornya? Apakah ini media berita atau politik? Apakah informasi bisa diverifikasi?Apakah ada media lain yang tidak sependapat dengan beritanya?

Sepakat rasanya dengan sikap RI yang ditunjukkan Menlu Retno Marsudi dalam podcast Deddy Corbuzier di channel Youtube, bahwa negara-negara di dunia perlu bergandeng-tangan untuk mengupayakan  berhentinya perang Rusia-Ukraina. Tanpa perlu menilai salah-benar terhadap mereka yang berperang. Karena perang ini akan merugikan semua pihak, juga terhadap negara-negara yang tak terlibat perang. Efek ekonomi sudah kita rasakan. Inflasi, harga komoditi sumberdaya alam, energi semakin tinggi.

Tautan

Dubes Rusia bicara

Bu Menlu Retno bicara

Guru Besar UI Kritik Kemlu RI soal Rusia Vs Ukraina

Connie Bakrie bicara

Connie – Helmy Yahya bicara

Why Russia attacked Ukraine

Refugees speak out about Ukrainian hypocrisy

Read Full Post »

Beberapa minggu yang lalu, dunia maya negeri ini gaduh karena unggahan dan tanggapan yang saling bersilangan.

  1. Video beredar menampilkan 3 anak berseragam SD menyeberang sungai denhan bergelantungan di keranjang yang meluncur dari letinggian pinggir sungai ke seberang sungai.
  2. Sebuah gambar menampilkan soal pilihan berganda yang isinya diharapkan untuk memilih antara Pancasila atau Islam.
  3. Berbagai komen tentang dibatalkannya keberangkatan haji 2021

Yang terjadi kemudian, bisa diduga, pengadilan di dunja maya terhadap pemangku kebijakan (Pemerintah). Hanya berdasar unggahan sepotong gambar dan video fersebut. Bila realita adalah gambar besar, obyek unggahan tersebut hanyalah bagian kecil atau sekeping puzzle dari gambar besar, yang tentunya tidak cukup informasi untuk dapat diberikan penilaian terhadapnya.


Keping-keping kecil lainnya dari masing-masing ketiga puzzle tersebut mulai bermunculan di dunia maya bebrapa hari kemudian. Gambar puzzle mulai jelas.

  1. Video 3 anak SD sedang bermain setelah pulang sekolah. Bukan pulang/berangkat dari/ke sekolah. Meluncur bergantungan mengunakan peralatan perkebunan sawit. Bukan alat penyeberangan sungai ke sekolah. Tidak ada isu kesulitan penyeberangan sungai.
  2. Sampai sekarang tidak ada konfirmasi dari manapun terkait soal pilihan ganda “Pancasila atau Islam”. Keping puzzle itu tetap tidak jelas bagi publik. Pertanyaan muncul utk dapat melengkapinya: apakah ini soal dalam test yang sudah ada jawaban ‘kebenaran’ untuk masing-masing soal? Sehingga Nilai Kelulusan didasarkan kebenaran pilihan jawaban. Atau, apakah ini soal ujian Psikotest/Kepribadian atau semacamnya, yang dipilih bukan untuk menentukan kebenaran jawaban? Seperti diketahhi bahwa psikotest didasarkan pada komposisi pilihan jawaban dari serangkaian soal, yang akan menentukan kategori Kepribadian seseorang. Artinya, tidak ada jawaban Benar/Salah dalam soal ujian semacam ini. Dan, biasanya ada beberapa macam test. Nah, belum ada konfirmasi tentang hal tersebut diatas. Puzzle tidak bisa diselesaikan. Penilaian terhadapnya tidak layak dilakukan.
  3. Penjelasan resmi oleh Menteri Agama dan pihak otoritas Pemerintah Arab Saudi tentang pembatalan haji telah diberikan. Tidak ada isu hutang kepada otoritas haji Arab Saudi. Tidak ada isu penggunaan dana haji untuk pembanghnan infrastruktur, oleh pemerintah. Cleared.

Mengapa publik cepat sekali memberikan respon mnegatjf terhadal pemberitaan yang sebetulnya belum jelas? Mengapa publik mudah menghakimi daripada mencari tahu kebenaran suatu informasi? Rasanya, unggahan-unggahan puzzle diatas bukanlah tanpa maksud oleh pengunggahnya. Dampak dari narasi yang dibangun adalah persepsi buruk terhadap pemerintah. Respon positif (mendukung narasi pengunggah) adalah harapan utama pengunggah terhadap puzzle-puzzle diatas.


Sedikit mengulang tentang Neural Behaviour Approach dalam blog ini. Reptilian Brain adalah fungsi otak yang berhubungan dengan respon terhadap ‘ancaman’. Disebut juga sebagai ‘otak primitif’, yang memicu respon fisiologis untuk hasil yang positif dalam situasi kritis atau dalam tekanan. Reptilian brain ini mempunyai fungsi primitif, yaitu tidak bisa belajar, tidak bisa berevolusi atau adaptasi. Juga tidak mempunyai memori. Ada 3 respon dalam menghadapi ancaman, yaitu Flee (lari), Fight (melawan), Freeze (merunduk). Respon bisa berubah-ubah seiring waktu dalam menghadapi ancaman. 


Sehubungan dengan kasus diatas, sepertinya netizen dengan karakter yang didominasi sifat Fight menjadi target kampanye semacam ini, dengan harapan segera memberi respon. Netizen-netizen yang didominasi reptilian brain berkarakter Fight ini, akan segera merespon unggahan-unggahan yang ‘mengancam’ persepsinya tanpa merasa perlu untuk mencari informasi lain untuk memverifikasi kebenaran informasi. Emosional. “Pemerintah zalim”. Itulah target respon dari unggahan puzzle literasi tersebut diatas. Semakin gaduh ketika Confirmation Bias dan Teori Konspirasi ikut bermain di dalamnya (baca: the death of expertise). Sempat terjadi respon tersebut namun ‘buyar’ setelah fakta sebenarnya terkuak. 


Fenomena Quick Response terhadap provokasi yang diarahkan ke Reptilian Brain yang berkarakter Fight seperti diatas akan terus terjadi, selama para pemiliknya tetap senang bermain medsos. Dan Prefrontal Brain yang menjadikan manusia sebagai mahluk berpikir, tidak mendapat kesempatan mengambil alih pembuatan keputusan rasional. Dan kegaduhan akan terjadi lagi.

Read Full Post »

Berpakaian

Di masa kecilku.

Kemeja dan pantalon warna coklat muda berbahan ‘dril‘ tebal itu terlihat gagah dikenakan bapakku setiap hari ke tempat kerjanya. Ibu bergaun panjang hingga selutut, membonceng sepeda duduk menyamping. Wajar saja.


Pemuda bercelana panjang dan lebar di bagian bawah kakinya, ‘cutbrai‘ katanya. Sibuk menyapu jalan kesannya, dengan sepatu ‘jènggel‘ berhak tinggi dan kemeja lengan panjang terbuka dua kancing atasnya. Serasa sudah paling modis saja sepertinya. Tentu dengan rambut gondrong sepundaknya. Pengin menirunya.


Rok mini mekar di bawah untuk bergaya para perempuannya. Dan kacamata besar menutupi wajahnya. Sepeda mini berkemudi tinggi menjadi kegemaran para murid SD SMP saat itu. Nyaman saja melihatnya


Lima tahun kemudian.

SMAku membebaskan murid memilih pakaian kesehariannya. Bila di SMA lain berpakaian rapi, seragam dan bercelana panjang. Di sekolahku malahan banyak memilih celana pendek, bersandal jepit dan berrambut panjang. Lusuh, tanpa seragam. Tentu sepeda jengki masih jadi andalan. Perilaku bukan ditentukan dari bungkus, kredonya. Puas kami memilih kesenangan diri. Jantan rasanya.


80an

Dua kancing atas kemeja terbuka itu masih bergaya. Bedanya, ada tshirt di dalamnya dan ditarik ke atas lengan panjangnya … haha gaya sekali rasanya … gondrong masih berlanjut, bagian belakang saja. GoBel julukannya.


Akhir 80an.

Entah kapan persisnya.. semangat religius setelah era Orba, mulai tampak dlm pilihan gaya pakaiannya. Baju koko, celana cingkrang, jilbab, semakin terlihat .. ungkapan kata bahasa Arab pun mulai sering terdengar. 


Sepakat sudah, pak menteri pendidikan mengaturnya. Tidak melarang, namun juga tidak mewajibkan, murid berbusana sesuai keyakinannya. Tak perlu kiranya pengguna suatu model pakaian tertentu merasa dirinya lebih suci, atau di lain pihak merasa lebih berbudaya hanya karena berkebaya. Pakaian itu pilihan. Budaya itu bergerak. Dan kesucian itu kuasaNya. Biasa saja.

Read Full Post »

health-security-indexSeperti diketahui bahwa dampak Perubahan Iklim, urbanisasi dan migrasi antar negara sekarang banyak terjadi di berbagai belahan dunia. Dengan demikian, bisa diperkirakan bahwa dampak ikutan seperti penyebaran penyakit akan sangat mungkin terjadi, dan puncaknya adalah saat epidemi Ebola di Afrika Barat 2014. Bencana Ebola ini adalah mimpi buruk negara-negara di dunia. Para petinggi negara dan Badan Dunia seperti WHO terhenyak, menyadari bahwa ternyata masih banyak celah kekurangan pada sistem keamanan kesehatan dunia yang perlu dipahami dan diperbaiki untuk mencegah, mendeteksi dan merespon ancaman penyakit-penyakit menular ini. Untuk itu, GHS Index melakukan survei terhadap kesiapan dan kapasitas sistem keamanan kesehatan dari 195 negara dengan harapan para pejabat negara tergugah untuk meningkatkan political will dan mengalokasikan dananya untuk memperbaiki celah-celah kekurangan tersebut.

Laporan the Global Health Security Index (GHS) Oktober 2019 ini menarik karena menyangkut tingkat kesehatan suatu bangsa dan kapabilitas sebuah negara yang terkait dengannya. Proyek ini diinisiasi oleh Nuclear Threat Initiative (NTI) dan the Johns Hopkins Center for Health Security (JHU) serta dikembangkan bersama The Economist Intelligence Unit (EIU). Organisasi-organisasi tersebut meyakini bahwa, seiring waktu, GHS Index akan mampu mendorong percepatan peningkatan keamanan kesehatan nasional dan kemampuan internasional dalam mengatasi risiko kesehatan yang paling berbahaya, yaitu wabah penyakit menular, yang dapat menyebabkan epidemi dan pandemi internasional.

Nilai Keseluruhan rata-rata GHS Index tahun 2019, dari 195 negara adalah 40.2 dalam skala 100. Berdasarkan masing-masing kategori, kurang dari 7%, dari 195 negara, yang mampu mencegah terjadinya kondisi darurat karena menyebarnya pathogen. Hanya 19% yang mampu secara cepat mendeteksi dan melaporkan terjadinya epidemik, yang potensial menjadi isu internasional, serta hanya 5% yang mampu secara cepat merespon dan memitigasi penyebaran epidemik.

Temuan umum dan kesimpulan oleh GHS Index:

  1. Keamanan kesehatan nasional masing-masing negara tersebut pada dasarnya lemah. Tidak ada negara yang sepenuhnya siap menghadapi epidemi atau pandemi, dan setiap negara memiliki celah penting untuk ditangani.
  2. Negara tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana global biologis
  3. Sebagian besar negara telah menguji kapasitas keamanan kesehatannya yang akan berfungsi dalam keadaan krisis
  4. Sebagian besar negara belum mengalokasikan dana yang cukup untuk menutup celah kekurangan yang telah teridentifikasi
  5. Lebih dari setengah dari semua negara tersebut menghadapi risiko politik dan keamanan yang besar, yang dapat merusak kemampuan nasional dalam menghadapi ancaman bencana biologis
  6. Sebagian besar negara tidak memiliki kapasitas sistem kesehatan dasar utama untuk menghadapi epidemi dan pandemi
  7. Koordinasi dan pelatihan tidak memadai di kalangan dokter hewan, profesional satwa liar, dan profesional kesehatan masyarakat serta pemangku kebijakan
  8. Meningkatkan kepatuhan negara terhadap norma-norma kesehatan dan keamanan internasional adalah sangat penting.

Indonesia
Ada enam kategori untuk menentukan nilai Tingkat Keamanan Kesehatan dari sebuah negara, yaitu: Prevention, Detection and Reporting, Rapid Response, Health System, Compliance with Global Norms dan Risk Environment. Urutan tertinggi diperoleh AS, kemudian Thailand (6), Malaysia (18) Singapura (24) dan Indonesia (30). Italia, New Zealand, Polandia, Turki dll berada dibawahnya. Sedangkan untuk masing-masing kategori, Indonesia berada dalam urutan sbb.:

  1. Prevention of The Emergence or Release of Pathogens: 38
  2. Early Detection & Reporting for Epidemics of Potential International Concern: 37
  3. Rapiď Response To And Mitigation of The Spread of an Epidemic: 30
  4. Sufficient & Robust Health System To Trea The Sick & Protect Health Workers: 42
  5. Commitments To Improving National Capacity, Financing and Adherence To Norms: 7
  6. Overall Risk Environment And Country Vulnerebility To Biological Threats: 106

Pada kategori ke-6, termasuk di dalamnya adalah aspek risiko keamanan dan politik, ketahanan sosial-ekonomi, kecukupan infrastruktur, risiko lingkungan dan kerentanan kesehatan masyarakat. Artinya Negara bila sedang dalam kondisi lemah ekonomi, politik yang tidak kondusif dan ‘miskin’ infrastruktur, maka akan menyebabkan tidak efektifnya pemerintah dalam menyiapkan diri menghadapi epidemi dan pandemi. Dan faktanya, 55% dari 195 negara menunjukkan tingkat risiko keamanan dan politik yang rendah dan hanga 15% yang menunjukkan adanya kepercayaan publik yang tinggi, aman.

Cukup membanggakan bahwa negara kita mampu meraih nilai diatas rata-rata, pada urutan ke-30 dengan nilai 56.6 (rata-rata=40.2) dari 195 negara yang dinilai, dalam hal ini, sedikit dibawah Thailand, Malaysia dan Singapura dalam kawasan Asia Tenggara.

Meskipun dari 6 kategori mampu meraih nilai di atas rata-rata untuk 5 kategori, namun pada kategori Risk Assesment, Indonesia mendapatkan nilai di bawah rata-rata 53.7 (55.0). Kategori ini menilai risiko keamanan dan politik; ketahanan sosial ekonomi; kelayakan infrastruktur; risiko lingkungan; serta kerentanan kesehatan masyarakat; yang semuanya dapat memengaruhi kemampuan suatu negara untuk mencegah, mendeteksi, atau merespons adanya epidemi atau pandemi dan wabah penyakit yang bisa menyebar melintasi batas-batas negara.

Menjadi penting disini bahwa turunnya tensi politik domestik atau naiknya kepercayaan publik kepada Pemerintah (kategori ke-6), akan sangat berperan untuk menghambat dan menghentikan penyebaran virus Covid-19 yang saat ini sedang melanda dunia, termasuk Indonesia. Atau, siapapun yang dengan sengaja mengganggu atau menyebabkan kegaduhan politik, bisa dianggap turut menyebarkan wabah Covid-19. 🙂

COVID – 19
preparedness-vs-covid19-cases-3Dari kesimpulan pertama GHS Index diatas, telah disebutkan bahwa ” … Tidak ada negara yang sepenuhnya siap menghadapi epidemi atau pandemi …”. Kenyataan menunjukkan bahwa hingga saat ini, 5 April 2020, total korban meninggal dunia sudah mencai 64.784 orang, termasuk di Amerika (8.489 orang) yang berada di urutan no. 1 dalam GHS Index. Dengan fakta tersebut, data dan kesimpulan GHS Index bisa dianggap benar adanya. Laporan GHS Index yang diterbitkan Oktober 2019, sebelum pandemi Covid-19, ini menunjukkan bahwa meskipun termasuk dalam negara papan atas, ternyata tetap saja masih ada celah yang harus diperbaiki untuk siap menghadapi pandemi. Sebaliknya, muncul pertanyaan “Nilai berapa sesungguhnya herus diraih oleh suatu negara sehingga bisa menjadi bekal sukses menghadapi pandemi, bila peraih nilai tertinggi pun (AS) terbukti gagal menghadapi Covid-19?”. Atau jangan-jangan 6 kategori tidak cukup sebagai parameter acuan kesiapan menghadapi pandemi.

Sumber:
1. 2019 Global Health Security Index

2. Ranked: Global Pandemic Preparedness by Country

3. Coronavirus disease

 

Read Full Post »

Krisis Identitas

IMG-20191001-WA0040
Mhsw sebagai masyarakat terdidik yang diharapkan akan memimpin bangsa ini pada waktunya nanti, mestinya punya keluhuran moral dan akal-budi sebagai alat kontrol utama dalam setiap aksinya yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas, termasuk dalam melakukan unjuk rasa.
Mengamati aksi-aksi mhsw beberapa hari ini, terlihat jelas bahwa mhsw peserta unjuk-rasa tidak menggunakan kerendahan hati dan keluhuran akal-budi dalam usaha mencapai tujuan aksi, tetapi justru lebih mengutamakan tampilnya eksistensi diri, yang seakan sudah menjadi tujuan aksi. (Lihat gambar di atas). Gestur para pimpinan BEM yang tidak menguasai materi tuntutan aksi, ketika dialog dengan Menhumkam di ILC, dan sikapnya yang JUMAWA dengan memberikan syarat beberapa hal supaya terjadi pertemuan dengan  Presiden, menunjukkan hal tersebut masih di tataran eksistensi diri (arogansi) yang jauh dari kepentingan masyarakat luas. Tinggi hati, rendah akal-budi.
Sejak akhir 80an, demo mhsw selalu perhatian ttg kemurnian tujuan sesuai karakter Gerakan Moral yang disandangnya, sehingga di tataran operasi perlu membatasi peserta dari kemungkinan masuknya para penumpang gelap. Anehnya, demo mhsw seminggu ini terkesan justru mengundang penumpang gelap Tanpa Bentuk alias para perusuh/kriminal, yang sejatinya mereka tidak memahami tujuan aksi atau memang hanya pengacau keamanan semata, dibuktikan dengan banyaknya foto/video beredar yang menunjukkan mereka hanya tenaga bayaran yang masih berusia SMU/STM. Kebetulan atau salah berteman?
Melihat banyaknya korban cedera bahkan hilangnya nyawa serta kerugian negara karena banyaknya kerusakan fasum/fasos yang disengaja dan menyimpang dari tujuan aksi, sudah seharusnya BEM sebagai elemen elit berpendidikan tinggi (yang disubsidi dari pajak) yang menginisiasi unjuk-rasa ini, perlu mengembalikan marwah dirinya sebagai Agent of Changes melalui Gerakan Moral yang berintegritas dan berbasis pengetahuan, dengan cara MEMOHON MAAF secara terbuka kepada bangsa Indonesia atas besarnya akibat buruk yg disebabkannya.
Kesalahan yang tidak disengaja itu biasa, namun bagaimana memperbaikinya, disitulah nilai kehormatan Anda.

Read Full Post »

images (1)
Sudah banyak para ahli bisnis korporasi yang menjelaskan ttg suksesnya akuisisi pt. Freeport Indonesia (PTFI) dari aspek bisnis, finansial maupun legal. Menteri Keuangan dan Dirut. Inalum juga sudah menjelaskannya. Saya cuma sedikit menambahkan dari aspek teknis operasi tambangnya.
Ada dua hal yang sering salah dipersepsikan dalam hal pengambil alihan pt. Freeport Indonesia (PTFI), yaitu:
  1. Cadangan bijih Tembaga/Emas yang ada dalam perut bumi yang tetap dimiliki RI
  2. Perusahaan PTFI sebagai pemegang Kontrak Karya penambangan (sekarang IUP) yang memiliki asset peralatan produksi, infrastruktur dan organisasi
Yang diambil alih 51% adalah Perusahaan PTFI, bukan Cadangan Bijih Tembaga/Emas yang tetap dimiliki RI.
Seperti diketahui bahwa bila tiba saatnya Kontrak Karya habis masa berlakunya, maka tidak serta-merta Operasi Tambang dengan sendirinya bisa dilanjutkan oleh RI, karena aset sarana operasi dan infrastruktur masih dimiliki oleh Freeport McMoran, sebagai pemilik 90% PT Freeport Indonesia. (Belum lagi dengan adanya klausul dalam Kontrak Karya yang memberi kesempatan PTFI dapat memperpanjang kontraknya selama 2 x 10 tahun.) Artinya, bila PT. Freeport Indonesia dinyatakan berhenti pada tanggal yang tertera dalam Kontrak Karya, maka yang terjadi adalah TIDAK ADA aktifitas pertambangan dalam waktu yang tidak jelas, karena RI harus menyediakan infrastruktur operasi yang nilainya bisa lebih besar dari harga 51% saham PTFI (infrastruktur dan hampir semua alat operasi dimiliki oleh Freeport), itupun kalau Freeport bersedia menjualnya. Bila harus menyediakan sendiri, tentu akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi.
Lalu, mengapa tidak berhenti saja dulu, sambil menunggu menyiapkan operasi penambangan kembali? Nah .. ini yang perlu dipertimbangkan bila terjadi jeda waktu tanpa kegiatan tambang:
  1. Perlu adanya Badan Usaha untuk mengoperasikan tambang ex-Freeport dan menyusun ulang infrastruktur fisik dan organisasi. Ketika pt. Freeport Indonesia dinyatakan bubar, maka semua karyawan harus dipulangkan karena tidak ada institusi resmi (PT) yang menaunginya
  2. Semua peralatan operasi, fasos dan fasum berhenti dan sebagian peralatan lainnya dikembalikan ke owner (rental). Listrik mati karena power plant berhenti berhubung tidak ada lagi pasokan batubara.
  3. Tidak ada perawatan infrastruktur tambang, seperti jalan, drainage system, terowongan, stockpile (tumpukan bijih emas/tembaga hasil penambangan)
Bisa disimpulkan bahwa Kota Hantu (ghost town) akan terbentuk, begitu ptfi dinyatakan bubar. Mungkin hanya kegiatan reklamasi yang masih berjalan.

images (2)

Proses Pengolahan

Yang menjadi masalah adalah:
  1. Tidak adanya perawatan jalan untuk akses penambangan dan pengangkutan barang dan manusia, akan menyebabkan rusaknya jalan. Jalan tambang selalu dibutuhkan perawatan/pengerasan setiap hari karena bukan jalan permanent/aspal
  2. Dinding tambang Grasberg yang berbentuk corong dengan diameter 2 km dan kedalaman 1 km bisa longsor karena tekanan air yang tinggi dari belakang dinding, banjir karena drainage yang tersumbat batuan
  3. Tidak adanya pompa air di dasar tambang menyebabkan banjir besar
  4. Terowongan yang tidak diawasi dan dirawat, akan ambruk. Akses menuju ke area penambangan bawah tanah semakin sulit. Memperbaiki tunner yang runtuh, bisa lebih mahal daripada membuat tunnel baru
  5. Proses eksplorasi untuk menambah cadangan dan memodelkan swcara rinci cadangan bijih sehingga memudahkan dan mengefektifkan/efisienkan proses penambangan, tidak dapat dilakukan
  6. Peralatan pabrik yang canggih bisa rusak karena tidak ada perawatan dan butuh waktu untuk memulai ulang
  7. Masih banyak lagi
Akibat lanjut dari banyak hal diatas adalah mahalnya biaya untuk memulai lagi penambangan, bahkan bisa menjadi tidak ekonomis untuk melanjutkan operasi tambang. Alasan menghindari kerugian besar karena jeda waktu operasi ini, juga menjadi pertimbangan penting untuk segera dilakukan pengambil-alihan ptfi sehingga bisa dijamin kemenerusan operasi tambang.

Read Full Post »

Older Posts »

%d blogger menyukai ini: