Judul Buku: Communication Power
Tebal buku: 571 halaman
Penulis: Manuel Castells
Tahun: 2009
Penerbit: Oxford United Press
Di bagian Pendahuluan, Castells bercerita tentang aktifitas ‘bawah-tanah’nya, saat masih berusia 18 tahun, dalam memperjuangkan demokrasi menentang rejim otoriter Francisco Franco di Spanyol, dengan cara menyebarkan selebaran gelap. Berselang lama kemudian, barulah disadarinya bahwa sumbangannya terhadap demokrasi Spanyol mungkin jauh dari harapan, karena menurutnya suatu pesan hanya akan efektif bila si penerima pesan memang sudah mengerti persoalan dan jelas sumbernya. Namun ada satu hal yang kemudian diyakininya bahwa Kekuasaan harus didukung oleh kemampuan mengkontrol komunikasi dan informasi. Oleh sebab itu, menjadi jelas alasan pemerintahan fasis Spanyol untuk segera menutup semua akses komunikasi yang menghubungkan semua buah pikir para penentangnya dengan pola pikir publik. Dengan alasan yang sama, perlawanan terhadap kekuasaan (counterpower) semestinya diarahkan pada penghilangan kontrol pemerintah terhadap komunikasi dan informasi publik.
Persoalan utama yang disajikan dalam buku ini, adalah Mengapa, Bagaimana dan Oleh Siapa relasi kekuasaan dibangun dan diuji melalui pengaturan proses komunikasi, dan bagaimana relasi tersebut dapat diubah oleh para aktor sosial untuk tujuan perubahan sosial dengan cara mempengaruhi pola pikir masyarakat. Hipotesa Castells mengatakan bahwa bentuk kekuatan paling fundamental, berada pada kemampuan untuk membentuk pola pikir manusia. Bagaimana kita berpikir, akan menentukan bagaimana kita bertindak, baik secara individual maupun kolektif.
Analisis dalam buku ini hanya mengacu pada struktur sosial tertentu, yaitu Masyarakat Jaringan, suatu struktur sosial masyarakat, pada awal abad 21, yang terbentuk oleh komunikasi berbagai jaringan digital. Dengan demikian, analisis keterkaitan kekuasaan membutuhkan pemahaman atas kekhususan berbagai bentuk dan proses komunikasi sosial, yang mana dalam masyarakat jaringan berarti termasuk didalamnya adalah media massa dan komunikasi jaringan horisontal yang dibangun oleh komunikasi internet dan nirkabel.
Menurut Castells, dengan berkembangnya teknologi jaringan, menyebabkan munculnya model komunikasi baru yang radikal, dimana memungkinkan tumbuhnya ‘mass self-communication’, yang juga berarti menumbuhkan otonomi subyek komunikasi, ‘vis-a-vis’ korporasi komunikasi, dimana pengguna bisa menjadi pengirim sekaligus penerima pesan.
Sistematika penyajian
Bab 1 Castells menjelaskan arti Kekuasaan dengan menyajikan berbagai elemen dalam teori Kekuasaan, yaitu elemen-elemen kunci dalam konseptualisasi masyarakat jaringan yang berkaitan dengan relasi kekuasaan masa kini.
Kekuasaan, menurutnya adalah kapasitas relasional yang memungkinkan seorang aktor sosial mempengaruhi keputusan aktor sosial lainnya secara asimetris untuk mengikuti kemauan, minat dan nilai-nilai yang dimilikinya. Aktor sosial dalam hal ini bisa berbentuk individual, kolektif, organisasi, institusi atau jaringan. Kapasitas Relasional dimaksudkan bahwa kekuasaan bukanlah suatu atribut dari seorang aktor sosial, melainkan berada dalam relasi/keterkaitan antar aktor. Asimetris berarti bahwa bila pengaruh dalam suatu relasi sosial selalu bersifat resiprokal (saling mempengaruhi), maka dalam relasi kekuasaan selalu ada derajat pengaruh yang lebih besar dari seorang aktor terhadap aktor lainnya.
Mengutip Geoff Mulgan, ada tiga sumber kekuasaan yaitu kekerasan, uang dan kepercayaan; dan yang paling hebat adalah kekuasaan atas pikiran yang bisa merubah kepercayaan.
Tentang masyarakat jaringan global, Castells berpendapat bahwa masyarakat jaringan adalah masyarakat global, namun tidak berarti bahwa setiap orang termasuk di dalamnya, tetapi setiap orang akan terpengaruh oleh proses yang terjadi dalam jaringan global yang membentuk struktur sosial. Dengan demikian, sikap eksklusif terhadap jaringan ini akan berpotensi terpinggirkan dari masyarakat jaringan global.
Dalam dunia jaringan, kemampuan untuk menguasai pihak lain begantung pada dua mekanisme dasar berikut:
- kemampuan untuk membangun jaringan, dan menentukan sasaran-sasaran dalam program jaringan
- kemampuan untuk menghubungkan dan bekerjasama dengan berbagai jaringan lain melalui upaya berbagi sasaran bersama dan memperkuat diri dari kompetisi dengan jaringan lain dengan cara membentuk kerjasama yang strategis.
Castells menyebut pemegang kekuasaan no. 1 adalah ‘programmer’, dan pemegang kekuasaan no. 2 adalah ‘switcher’.
Kesimpulan dalam bab 1 tentang Pengertian atas Berbagai Relasi Kekuasaan adalah bahwa menurut para pemikir Kekuasaan, sumber-sumber kekuasaan sosial di dunia ini – kekerasan dan diskursus, koersi dan persuasi, dominasi politik dan perlindungan kultural – tidak ada perubahan secara fundamental, namun dalam tataran operasi relasi kekuasaan, telah berubah dalam dua hal, yaitu terbentuk karena relasi antara global dengan lokal, dan tersusun dari relasi antar berbagai jaringan, bukan lagi dalam relasi tunggal.
Bab 2 membahas hal-hal yang berkaitan dengan Komunikasi, dimana Castells menjelaskan lebih jauh tentang penelitian empiriknya berkaitan dengan struktur dan dinamika komunikasi massa dalam kondisi globalisasi dan digitalisasi. Dalam bab ini juga dijelaskan bagaimana manusia mengolah pesan dan bagaimana proses pengolahan ini bisa berubah menjadi kenyataan politik.
Komunikasi adalah berbagi makna melalui pertukaran informasi. Dan, makna hanya bisa dimengerti dalam kontek relasi sosial dimana pengolahan informasi dan komunikasi terjadi.
Berbeda dengan Komunikasi Interpersonal dimana pengirim dan penerima pesan merupakan subyek komunikasi dan bersifat interaktif, sedangkan Komunikasi Massa bisa bersifat interaktif maupun satu arah serta punya potensi untuk menyebar secara luas di masyarakat (‘one to many’). Melalui internet dalam era digital, muncul bentuk baru komunikasi interaktif dengan kapasitas pengiriman pesan ‘many to many’, ‘real time’ dan juga memungkinkan untuk menggunakan komunikasi ‘point to point’, ‘broadcasting’, yang semuanya bisa diatur sesuai maksud dan tujuan komunikasi yang diinginkan, dan Castells menyebutnya sebagai. ‘mass self-communication’. Disebut ‘self-communication’ karena setiap orang mampu membuat dan mengirim pesan sendiri dan bisa menentukan sendiri pihak-pihak yang akan dituju (‘receiver’). Ketiga bentuk komunikasi tersebut (interpesonal, komunikasi massa, mass self-communication), tetap eksis dan saling melengkapi dan bukan saling menghilangkan.
Bab 3, dengan bantuan para ahli neurosains dan kognitif sains, Castells menyajikan sebuah analisis berbagai relasi khusus antara emosi, kognisi dan politik, dilanjutkan dengan penjabaran tentang mekanisme ‘agenda-setting’, ‘framing’ dan ‘priming’ untuk pengkondisian komunikasi politik oleh para aktor sosial/politik ketika memasuki dunia media dan berbagai jaringan komunikasi untuk mengirimkan pesan kepentingan politiknya. Dalam bab ini juga disampaikan contoh kasus komunikasi politik mis-informasi yang dilakukan pemerintahan Bush tentang Perang Irak.
Ketiga bab tersebut sangat penting dan tak terpisahkan karena menyangkut pengertian tentang konstruksi relasi kekuasaan melalui komunikasi dalam masyarakat jaringan yang membutuhkan integrasi dari tiga hal penting yang akan dijelaskan dalam masing-masing bab tersebut, yaitu:
- struktur sosial dan kekuasaan politik dalam masyarakat jaringan global
- proses komunikasi massa pada organisasi, kultur dan teknologi pada kondisi saat ini
- proses kognitif dari signal-signal sistem komunikasi ke dalam pola pikir manusia dalam kaitannya dengan praktek sosial yang relevan secara politik.
Bab 4, menjelaskan tentang alasan mengapa dalam masyarakat jaringan, politik media seringkali lebih fokus pada masalah skandal politik; dan menghubungkannya dengan hasil analisis terhadap krisis legitimasi politis yang membangkitkan krisis demokrasi di berbagai belahan dunia.
Bab 5, mengupas tentang bagaimana gerakan sosial dan agen-agen perubahan dalam masyarakat, melalui berbagai jaringan komunikasi yang telah diprogram ulang, sehingga mampu menyampaikan nilai-nilai baru ke dalam pola pikir manusia dan memberikan inspirasi akan harapan perubahan politik.
Dalam kesimpulan yang berjudul Menuju Teori Komunikasi Kekuasaan, Castells menyatakan adanya kesalahan anggapan pada umumnya, bahwa bila relasi kekuasaan telah tertanam dalam pikiran manusia, dan bila bangunan makna bergantung pada arus informasi dan gambaran yang telah diolah dalam jaringan komunikasi, maka dapat disimpulkan bahwa kekuasaan berada dalam jaringan komunikasi dan pemilik perusahaan media. Salah. Jaringan komunikasi sebenarnya hanyalah pembawa pesan atau media saja, atau bukanlah pesan itu sendiri meskipun terlibat dalam pembentukan format dan kondisi pendistribusian pesan (misal infotainment). Pengirim pesanlah yang sebenarnya sumber konstruksi bangunan makna.
Mengingat adanya banyak ‘programmer’ dalam setiap jaringan, maka mereka membuat jaringan sendiri, yaitu jaringan para pengambil-keputusan untuk menentukan dan mengatur program dalam jaringan. Kekuasaan ini untuk memastikan pencapaian sasaran jaringan, misalnya untuk menarik audiens atau mendapatkan keuntungan.
Relasi kekuasaan antara jaringan korporasi multimedia dengan masyarakat secara luas bertujuan pada pembentukan budaya baru berdasarkan nilai-nilai dan keinginan para pemilik korporat dan para sponsornya. Namun sesungguhnya, jangkauan relasi kekuasaan adalah lebih luas dan melibatkan, secara umum, relasi kekuasaan politik, yang menyediakan akses ke lembaga-lembaga pemerintahan. Dijelaskan juga dalam bab-bab sebelumnya bahwa berbagai jaringan komunikasi adalah sangat penting untuk konstruksi kekuasaan politik.
Programmers dan Switchers adalah para aktor sosial pemegang kekuasaan masyarakat jaringan, namun tidak bersifat individual, melainkan bersifat jaringan juga. Namun siapa sebenarnya mereka ini, untuk mengetahuinya Castell menganjurkan supaya:
- mencari relasi antara jaringan komunikasi korporat, jaringan finansial, jaringan kebudayaan, jaringan teknologi, dan jaringan poliik
- melakukan analisis jaringan global dan jaringan lokal mereka
- melakukan identifikasi kerangka/pola komunikasi dalam jaringan yang membentuk pola pikir publik
- terus gunakan pikiran kritis untuk melatih cara pikir dalam dunia yang secara budaya telah terpolusi.
Konklusi yang paling penting dalam buku ini adalah bahwa konstruksi otonom terhadap pemaknaan hanya bisa terjadi bila kebebasan jaringan komunikasi internet tetap dijaga, meskipun akan sulit karena pemegang kekuasaan dalam masyarakat jaringan mempunyai misi untuk mengatur pola pikir publik melalui pemograman relasi antara komunikasi dan kekuasaan.