Ada yang menarik dari buku berjudul Sapiens: A Brief History of Humankind karya Yuval Noah Harari setebal 443 halaman, terbitan Harper Perennial, yang mulai beredar dalam bahasa Hebrew 2011, dan bahasa Inggris 2014 ini, hingga memilihnya untuk dibaca. Selain karena seringnya tampil di bagian depan toko-toko buku, beberapa kali terlihat dibaca penumpang saat menunggu boarding di bandara, juga karena judulnya yang seolah akan bercerita tentang rahasia sejarah kehidupan manusia.. Selain itu, judulnya sangat mengingatkan akan buku favorit “A brief history of time” karya Stephen Hawking. Apalagi kalimat pembuka dalam bab pertama sungguh layaknya appetizer lezat sebelum main-course siap santap, “About 14 billion years ago, matter, energy, time and space came into being in what is known as the Big Bang” .. wowwww sejak Big Bang …
Buku ini sebetulnya mencoba menjelaskan tentang bagaimana mahluk yang pada masa awalnya hanya species tak berdaya, kemudian bisa menjadi penguasa dunia saat ini. Harari menyajikan pemikirannya dalam empat bagian berdasar urutan waktu, yaitu The Cognitive Revolution yang dimulai 70.000 tahun yll. di bagian pertama, dilanjutkan dengan bagian The Agricultural Revolution dimulai dari 12.000 tahun yll, lalu The unification of humankind dan diakhiri dengan The Scientific Revolution dari 500 tahun yll. Sebelum masuk pada bagian pertama, Harari menyajikan tabel sejarah besar kehidupan, mulai dari Big Bang hingga ke Masa Depan. Berikut ini adalah catatan singkat masing-masing bagian.
Bagian 1. The Cognitive Revolution
Pada bagian ini, disajikan sejarah perkembangan kemampuan kognitif mahluk hidup, termasuk Homo Sapiens, juga tentang punahnya berbagai binatang besar. Species manusia pertama ditemukan di Afrika Barat, Australopithecus, yang berarti ‘Southern Ape’ kira-kira 2.5 juta tahun yll. Kemudian ditemukan di Asia Barat dan Eropa Barat, ‘Nenderthals’ dengan fisik yang lebih gempal dan berotot serta adaptif dalam iklim dingin Ice Age, berlanjut dengan ditemukannya Homo erectus di Asia Barat yang berdiri tegak dan mampu survive paling lama diantara species lainnya, hingga 2 juta tahun. Dalam khasanah arkheologi, Indonesia selalu muncul dalam pembahasan Homo sapiens, demikian juga dalam buku ini. Homo soloensis yang mampu hidup di daerah tropik, ditemukan di Solo. Kemudian Homo floresiensis ditemukan di Flores dengan ciri ukuran tubuh yang pendek, 3.5 feet dengan berat tak lebih dari 55 lbs. Homo floresiensis masuk ke pulau Flores ketika muka laut sedang rendah, kemudian terjebak di dalamnya. Berkurangnya makanan karena muka laut yang naik, menyebabkan manusia yang lebih besar punah lebih dulu sehingga tersisa mereka yang berbadan pendek. Namun demikian, mereka sudah mempunyai keahlian membuat peralatan berburu dari batu. Sementara itu di Siberia ditemukan Homo denisofa dan evolusi di Afrika Timur juga tetap berlangsung hingga ditemukannya Homo rudolfensis, Homo ergaster dan kemudian species kita sendiri Homo sapiens ‘Wise Man‘. Bermacam species tersebut bukanlah tumbuh berkembang dalam proses linear berurutan, namun merupakan species yang memang berbeda-beda, artinya, sejak 2 juta hingga 10.000 tahun yll, bumi menjadi tempat yang sama untuk hidupnya species-species tersebut.
Genus Homo dalam rantai makanan berada dalam tingkat Menengah, dikalahkan oleh predator-predator besar. Pada 400.000 tahun yll sebagian species manusia mulai mampu berburu binatang besar, dan sejak 100.000 tahun yll, dengan munculnya Homo sapiens, species manusia mampu menduduki posisi teratas dalam rantai makanan. Evolusi cepat dari Homo sapiens ini menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu, seperti munculnya perubahan perilaku binatang, wabah penyakit dan perang.
Lompatan besar beberapa species manusia dalam rantai makanan ini salah-satunya disebabkan oleh kemampuan menguasai api yang terjadi sejak 800.000 thaun yll. Homo erectus Neanderthal dan nenek-moyang Homo sapiens mulai 300.000 tahun yll. menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk membuka lahan dan penghangat tubuh. Evolusi fisik Homo sapiens pun mulai berubah dengan berfungsinya api, seperti tulang rahang dan gigi yang lebih kecil daripada species sebelumnya. Banyak ahli meyakini bahwa Homo sapiens yang berkembang di Afrika Timur 150.000 tahun yll namun gagal menyebar ke seluruh dunia, kemudian menyebar lagi 70.000 tahun yll dan sukses beranak-pinak di seluruh dunia, sangat menyerupai manusia sekarang ini. Bahkan ukuran otak pun sama dengan ukuran otak manusia saat ini. Kira-kira 45.000 tahun yll, mereka mulai menyeberang ke Australia, daratan yang saat itu belum disentuh species manusia. Kemudian ditemukan peninggalan periode 70.000 – 30.000 tahun yll berupa perahu, lampu minyak, busur dan anak panah, dan jarum untuk menjahit pakaian hangat. Penyebab lompatan keahlian yang disebut sebagai The Tree of Knowledge mutation dizaman Cognitive Revolution Homo sapiens ini belum jelas benar. Namun para ahli sepakat bahwa Homo sapiens is primarily a social animal. Social cooperation is our key for survival and reproduction.
Ada 3 hal yang menjadi catatan penting Hariri terkait Cognitive Revolution, yaitu terkait dengan kemampuan menyampaikan pesan Homo sapiens:
- Kemampuan untuk menyampaikan pesan yang lebih banyak tentang lingkungan Homo sapiens
- Kemampuan untuk menyampaikan pesan yang lebih banyak tentang hubungan-hubungan sosial Homo sapiens
- Kemampuan untuk menyampaikan pesan yang lebih banyak tentang suatu hal yang TIDAK NYATA, misalnya ttg tribal spirits, kebangsaan, atau Hak Azasi Manusia, dll.
Dari sisi hubungan kemasyarakatan, – sensasi, emosi, hubungan keluarga -, sulit mencari perbedaan antara manusia modern dengan chimpanzee atau Neanderthal. Perbedaan akan terlihat jelas pada saat ratusan atau ribuan masing-masing kelompok ini berada dalam kerumunan besar. Kekacauan akan terjadi pada kelompok Chimpanzee, justru sebaliknya kita sangat biasa melakukan banyak hal dengan berkumpul. “Flexible cooperation in large numbers” adalah kata kunci ttg kelebihan Homo sapiens dibanding mahluk lainnya, menurut Hariri.
Dalam penyebaran dan perkembangan Homo sapiens dari Afrika Timur ke seluruh dunia, dikenal dua teori, yaitu Interbreeding Theory dan Replacement Theory. Interbreeding Theory beranggapan bahwa terjadi merging antara Homo sapiens dengan Neandethal, Erectus dan lain-lainnya. Teori ini banyak ditentang dengan alasan perbedaan species tidak akan terjadi perkawinan karena dianggap mahluk yang berbeda sehingga tidak ada saling ketertarikan dan tidak akan terjadi pembuahan karena genetis yang berbeda. Dengan alasan tersebut maka yang terjadi adalah penaklukan dari species satu terhadap species lainnya, yang dalam hal ini Homo sapiens dapat mengungguli dan menggantikan keberadaan species-species yang sudah ada sebelumnya, dan teori ini disebut Replacement Theory.

Peta Penyebaran Homo sapiens
…
Kasus muncul ketika 2010 ditemukan 4% DNA Neaderthal dalam populasi modern di Timur Tengah dan Eropa. Demikian pula ditemukan 6% DNA Denisovan dalam populasi modern Melanesia dan Aborigin. Kesimpulan sementara dengan adanya DNA dalam jumlah kecil dari species lain adalah adanya perkawinan silang antara Homo sapiens dengan species lain pada suatu kesempatan.
…
Kepunahan Binatang Purba
Di benua Australia, Harari menyoroti bahwa punahnya bermacam binatang besar disana, disebabkan oleh 3 hal, yaitu:
- Kebutuhan waktu yang lama untuk berkembang-biak, membuatnya mudah panah karena perburuan oleh Homo Sapiens
- Kemampuan baru homo sapiens dalam menggunakan api intuk membuka ladang mengakibatkan pola hidup dan konsumsi binatang menjadi terganggu
- Perubahan Iklim pada 45.000 tahun yll mmenyebabkan destabilisasi ekosistem
Homo sapiens adalah species manusia pertama dan satu-satunya yang menginjakkan kakinya di Amerika 16.000 tahun yll. Terjadi ketika muka air laut masih rendah sehingga dari Timur-Laut Siberia mereka bisa menyeberang ke Barat-Laut Alaska melalui darat. Mereka telah melengkapi dirinya dengan pakaian dan peralatan berburu untuk area beriklim ekstrim dingin. Dalam perjalanan ke selatan dari Siberia, mereka menemukan banyak binatang purba berukuran besar spt mammoth, mastodon, dll. Namun setelah 2.000 tahun sejak kedatangan Homo sapiens, binatang-binatang besar ini musnah. Tulang-tulang yang ditemukan para arkeolog menunjukkan bahwa binatang-binatang tersebut hidup pada masa Homo sapiens memasuki Amerika kira2 12.000-9.000 tahun yll.
Pada masa Cognitive Revolution, planet kita ini dihuni oleh kira-kira 200 jenis binatang mamalia berbobot lebih dari 100 lbs. dan hanya tinggal separuhnya pada masa Agriculture Revolution. Hariri beranggapan bahwa Homo sapiens menjadi penyebab utama kepunahan tersebut sebelum menemukan roda dan peralatan besi.
Pula Madagascar, 250 mile sebelah timur Afrika, juga kehilangan banyak binatang purba, termasuk burung besar dan lemur (pukang) raksasa. Punah semenjak manusia menginjakkan kakinya disana, demikian pendapat Hariri. Sementara di Lautan Pacific, gelombang kepunahan dimulai sejak tahun 1.500 BC ketika para petani Polynesia mulai memasuki Kepulauan Solomon, Fiji dan New Caledonia. Mereka menghabisi banyak species burung, insekta, siput, bahkan masyarakat lokal. Pemusnahan terus berlanjut kearah Samoa, Tonga, kepulauan Cook, Hawaii hingga New Zealand dari 1200 BC hingga AD 1200.
Hariri menyimpulkan bahwa Homo sapiens dimasa Agriculture Revolution adalah species yang paling bertanggungjawab terhadap punahnya banyak sekali binatang dan tumbuhan. Apakah ini anggapan personal Hariri atau memang demikian adanya menurut para ahli archeology? Perlu masukan lainnya.
…
Bagian 2. The Agriculture Revolution
Pada abad pertama AD, sebagian besar kehidupan manusia di dunia adalah berkebun. Revolusi Agrikultur terjadi di Timur Tengah, China, dan Amerika Tengah, tapi tidak di Australia, Alaska atau Afrika Selatan; karena di sana sebagian besar species tumbuhan dan binatang tidak bisa ditumbuh-kembangkan. Gandum yang 10.000 tahun yll tidak muncul di gurun Amerika Utara, sekarang bisa dilhat sepanjang ratusan miles disana. Bahkan saat ini sudah menutupi muka bumi seluas 870.000 mile persegi. “This ape had been living a fairly comfortable life hunting and gathering until about 10,000 years ago, but then began to invest more and more effort in cultivating wheat.”, tulis Hariri sedikit kasar. Gandum telah memaksa Homo sapiens untuk tinggal di rumah, menjaga kebunnya. Studi antropologi dan arkeologi menyebutkan bahwa kekejaman dalam masyarakat agrikultur sederhana menyebabkan tewasnya manusia hampir 15%, atau 35% laki-laki.
Keinginan Homo sapiens untuk hidup yang lebih nyaman dan instan di masa Revolusi Agrikaltur, bahkan hingga saat ini, banyak menyebabkan perlakuan kejam terhadap binatang-binatang ternak, langsung ataupun tidak langsung. Sapi dan biri-biri yang diambil susunya, kulit dan dagingnya, juga ayam yang diambil daging dan telornya; semuanya dalam sistem peternakan yang kejam. Ada perbedaan besar antara keberhasilan evolusi dan penderitaan individu dalam Revolusi Agrikultur.
“One of history’s few iron laws is that luxuries tend to become necessities and to spawn new obligations”.
…
Victims of the Revolution
Sapiens semakin pintar hingga mampu berburu secara selektif sehingga bisa mendapatkan hanya binatang-binatang ternak yang sehat dan potensial dikembangkan secara ekonomis sesuai kebutuhan manusia. Sepuluh ribu tahun yll, mungkin hanya jutaan biri-biri, sapi, kambing dan ayam yang hidup di Afro-Asia. Sekarang, bumi ini sudah dihuni 1 milyaran biri-biri, 1 milyaran babi, bahkan lebih dari 1 milyar sapi dan lebih dari 25 milyar ayam.
Bagaimana para petani dan peternak dimasa Revolusi Agrikultur, terus berkembang dalam jumlah luas area yang dikuasai dan jumlah hewan ternak yang dengan cepatnya terus bertambah, secara panjang-lebar diceritakan Harari dalam Bagian ke-2 ini. Namun, perang terus terjadi, bukan karena kelaparan atau kekurangan bahan pangan tapi justru karena ego mempertahankan properti dan kekhawatiran tentang masa depan. “It was not food shortages that caused most of history’s wars and revolutions”.
Pada bagian ke-2 ini, Harari bercerita tentang Hammurabi, raja Babilonia, kota terbesar dijamannya, yang terkenal sukses menguasai wilayah Mesopotamia, termasuk Irak, Siria dan Iran di tahun 1776 BC. Saat itu Hammurabi menggolongkan manusia menjadi dua gender yaitu laki-laki dan perempuan, serta tiga kelas, yaitu: manusia kelas atas, manusia biasa dan budak. Konsep Hammurabi (Hammurabi Code) ini didasarkan pada premis bahwa bila seorang raja dan semua golongan tersebut bisa menyadari posisinya dan berperilaku sesuai hirarkinya maka semua pihak akan bisa bekerjasama secara efektif.
Dari kisah ini, Harari merasa mendapatkan pembenaran bahwa kepercayaan atas Cerita Tidak Obyektif atau Imajinasi lah yang menyebabkan terjadinya kerjasama efektif, karena sejatinya tidak ada yang Obyektif dari Konsep Hammurabi tentang penggolongan manusia tersebut. Namun, kemampuan Sapiens yang terbatas selama jutaan tahun dalam hal penyimpanan informasi, konsep dan banyak hal Tidak Obyektif (imajinasi) sebagai bekal Homo sapiens untuk menguasai dunia tersebut, tentu menyulitkan dalam penyebarannya. Mengingat kekuasaan Sapiens berada pada imjinasi dalam otaknya, maka perlu dibuatkan berbagai aturan untuk menjaga kelangsungan kekuasaannya. Namun keberlangsungan aturan tersebut tetap sulit terjaga karena tak adanya fasilitas penyimpan informasi yang dapat disebar-luaskan secara spatial maupun kegenerasi berikutnya, hingga kaum Sumeria pada 3500 BC menemukan sistem penyimpanan dan pemrosesan data, yaitu ‘tulisan’. Maka semakin berkuasalah Homo sapiens.
Kekuatan aturan-aturan imajiner yang tentu tidak berbasis obyek nyata ini semakin berperan dalam penguasaan dunia, bahkan tehadap sesama manusia. Berbagai kebijakan politik rasis, perbudakan, bias gender, dll. tentu hanya berdasar konsepsi pembenaran belaka tanpa didasari obyek nyata yang bisa dijadikan fakta. Tentang niat berkuasa yang tinggi dari manusia ini, Hariri juga menulis tentang konsepsi ‘kemurnian’ yang sering dijadikan alasan untuk menguasai kelompok manusia lainnya.
Panjang-lebar Hariri berasumsi bahwa ‘Kasta’ dalam agama Hindu, (dengan mengatas-namakan ‘para ahli’, tanpa bukti pendukung), hanyalah konsepsi dari usaha bangsa Indo-arya, pendatang pada masa 3.000 tahun yll yang menguasai India saat itu, untuk melanggengkan kekuasaannya dan menjadikan bangsa asli setempat sebagai bangsa jajahan atau berada pada Kasta yang lebih rendah. Banyak hal dimasa itu aturan dibuat untuk membatasi hak-hak sipil pada masing-masing kasta, sehingga menjadi masyarakat berkelas. Perkawinan antar kasta tidak dibenarkan karena dianggap mengotori ‘kemurnian’ dari Kasta yang lebih tinggi. Pada era India modern sekarang ini, Demokrasi mencoba memberi pandangan berbeda terhadap keyakinan tentang ‘pengotoran atas kemurnian’ Kasta, khususnya di dunia kerja dan masalah perkawinan.
Isu ‘kemurnian’ ras sebagai upaya memenangkan hirarki kekuasaan ini juga terjadi di Amerika ketika pendatang Eropa melakukan perbudakan yang didatangkan dari Afrika. Lagi, perbedaan warna kulit tentu bukanlah basis obyektif atau hanya konsepsi imajiner belaka untuk menganggap bahwa kulit putih mempunyai tingkat kecerdasan dan moralitas yang lebih baik. Mithos, yang sampai saat ini masih sering menjadi isu dalam kultur dan beberapa kebijakan politik AS.
…
Bias Gender
Bagaimana usaha Homo sapiens untuk menguasai dunia ini terus dikritisi Hariri hingga masalah Bias Gender. Seperti halnya Kasta di India dan Kebijakan Rasis di AS, maka bias gender di banyak keputusan politik ataupun domestik masih banyak terjadi dimanapun. Lagi, ini merupakan produk imajinasi yang memang tidak ada akar biologisnya sehingga pembagian peran dalam banyak hal akan lebih merugikan perempuan.
Rasionalisasi imajinasi yang juga disebut oleh Hariri sebagai mithos, ini sering menjadi pembenaran Sapiens demi alasan penaklukan terhadap yang lain. Atas nama Budaya, banyak perilaku dianggap salah karena unnatural, meskipun dari perspektif biologi tidak ada yang salah, misalnya dalam kasus bias gender, rasis, LGBT, dll.

Gambar King Lousi XIV
Maskulinitas diabad 18 diwakili oleh King Louis XIV dari Perancis berpedang panjang, mengenakan sepatu hak tinggi, rambut palsu panjang dan kaos-kaki panjang serta berpose bagaikan penari. Pada masanya, budaya seperti ini bukanlah suatu yang aneh, melainkan natural. Namun, diera digital sekarang ini pasti dianggap unnatural.
…
Bagian 3.The Unification of Humankind
Pada bagian ini, Hariri menyoroti perkembangan budaya global sebagai produk imperialisme. Menurutnya, Budaya yang kita anut seolah mempunyai nilai abadi sehingga seringkali menjadi rujukan penilaian baik-buruk perilaku seseorang, namun ternyata tidak demikian adanya. Budaya berubah seiring waktu. Contoh model pakaian Raja Louis XIV diatas menunjukkan perubahan budaya tersebut. Perubahan budaya sejak dulu dipengaruhi oleh lingkungan, sebagai respon terhadap budaya lain; berbeda dengan hukum-hukum atau proses fisika yang tidak berobah terhadap waktu. Globalisasi budaya sudah terjadi sejak dimulainya penaklukan suatu wilayah. Dari bermacam budaya, terjadi homogenisasi, lalu terpecah-pecah mengikuti tradisi lokal namun tetap dalam kerangka bahasa global. Saat ini semua wilayah di dunia sudah dalam satu kepentingan dan bahasa yang sama, yaitu nuklir, US$, perdagangan, bahasa dll. Ini semua adalah warisan imperialisme. Namun demikian, tak ada bukti menunjukkan bahwa imperialisme universal memang betul-betul untuk kesejahteraan bangsanya.
…
Bagian 4. The Scientific Revolution
Dalam 500 tahun terakhir ini, pertumbuhan penduduk bumi sangat tinggi. Di tahun 1500, diperkirakan hanya ada 500 juta Homo sapiens di muka bumi. Hari ini sudah mencapai 7 milyar manusia. Tahun-tahun penting selama 500 tahun terakhir ditandai dengan beberapa kejadian penting, yang dimulai pada abad 16, tepatnya 1522, pertama kali terjadi pelaut berusaha mengelilingi bumi, ekspedisi Magellan menempuh jarak 44.000 mile. Kembali ke Spanyol hanya sedikit pelaku, tidak termasuk Magellan. Tahun 1674 untuk pertama kalinya dipergunakan mikroskop micro-organisme buatan Anton van Leeuwenhoek. Lalu 20 Juli 1969 pertama kali manusia mendarat di bulan. Dan yang paling signigikan pengaruhnya dalam kehidupan Homo sapiens adalah pada 16 Juli 1945 ketika pertama kali bom atom diledakkan di Alamogordo, New Mexico. Sejak itu, Homo sapiens mampu mengubah sejarah, termasuk memusnahkan kehidupan. Proses bersejarah sejak 500 tahun yll ini ditengarai sebagan Revolusi Sains (Scientific Revolution).
Tidak menyerah pada seleksi alam yang dibatasi oleh kemampuan sifat biologis mahluk hidup, abad 21 ini mulai terlihat intervensi Sapiens melalui berbagai upaya inteligensia desain, yaitu rekayasa genetika, rekayasa cyborg dan rekayasa unorganik. Tak lama lagi, berbagai upaya rekayasa biologi akan mulai menunjukkan banyak hasil, tidak hanya dalam hal sistem imun, fisiologi, atau perpanjangan usia, namun juga peningkatan kapasitas intelektual dan emosional.
Di dunia peternakan sudah banyak dilakukan rekayasa genetika untuk mendapatkan produk susu sapi, daging sapi, daging ayam, telor unggulan, dll. Bahkan saat ini, ahli biologi Jepang, Korea dan Rusia secara bersama-sama sedang melakukan rekayasa genetika untuk dapat melahirkan bayi mammooth dari induk gajah.
Rekayasa Cyborg, yang memadukan kemajuan teknologi dengan organ tubuh manusia, misalnya tangan/kaki robotik, alat bantu pendengaran, dsb. adalah contoh rekayasa biologi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh manusia.
Upaya Sapiens lainnya dalam melawan seleksi alam adalah menciptakan kehidupan melalui rekayasa anorganik. Kecanggihan Artificial Intelligent sebagai bagian dari pemrograman komputer adalah modal dasar rekayasa anorganik, dimana algorithma di dalamnya mampu untuk melatih dirinya sendiri dalam mencari solusi permasalahan tanpa kontrol dari penggunanya. Tahun 2050 bahkan diduga sudah ada beberapa manusia immortal. Luar biasa kemampuan Homo sapiens. Mampu membuat ‘kehidupan’ dari proses baru evolusi yang bebas hukum-hukum evolusi organik.
Arah teknologi masa depan justru berpotensi mengubah Homo sapiens sendiri, termasuk nafsu dan emosinya, bukan lagi alat transportasi atau persenjataan. Dan, immortalitas jelas akan menggali persoalan baru tentang ethika, sosial dan politik bagi kemanusiaan. Cuplikan kalimat dari lembaran akhir buku ini sungguh menarik untuk direnungkan:
“What do we want to want?’ … massive increases in human power did not necessarily improve the well-being of individual Sapiens, and usually caused immense misery to other animals. … We are more powerful than ever before, but have very little idea what to do with all that power”.
…
Kesimpulan dan Rekomendasi
Dalam buku ini Harari menceritakan dan memberikan opininya terkait perubahan-perubahan kejadian penting sejak penyebaran Homo sapiens pertama kali dari Afrika Barat. Menarik, ketika proses sejarah species manusia disajikan, dan mulai membosankan ketika menyajikan rekaman peristiwa kekinian di era kita berada. Namun opini Hariri terhadap fenomena yang disajikannya memang menarik untuk dikritisi.
Kesimpulan yang bisa diambil dari tulisan panjang Hariri adalah pendapatnya bahwa tiga kekuatan penting dalam sejarah penaklukan dunia adalah Imajinasi (tidak nyata), kemampuan bekerjasama dan kemampuan menyampaikan pesan.
Buku yang perlu dibaca untuk memperkaya pengetahuan dan memancing pemikiran.
…
Tautan:
1. Why humans run the world
2. Bentang Rentang Pemikiran Yuval Noah Harari by Budiman Sujatmiko
3. Yuval Noah Harari on the myths we need to survive
4. Yuval Harari – Sapiens: A Brief History of Humankind
5. Yuval Harari – Sapiens: A Brief History of Humankind
6. Sapiens by Yuval Noah Harari