Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘Neanderthal’

imagesAda yang menarik dari buku berjudul Sapiens: A Brief History of Humankind karya Yuval Noah Harari setebal 443 halaman, terbitan Harper Perennial, yang mulai beredar dalam bahasa Hebrew 2011, dan bahasa Inggris 2014 ini, hingga memilihnya untuk dibaca. Selain karena seringnya tampil di bagian depan toko-toko buku, beberapa kali terlihat dibaca penumpang saat menunggu boarding di bandara, juga karena judulnya yang seolah akan bercerita tentang rahasia sejarah kehidupan manusia.. Selain itu, judulnya sangat mengingatkan akan buku favorit “A brief history of time” karya Stephen Hawking. Apalagi kalimat pembuka dalam bab pertama sungguh layaknya appetizer lezat sebelum main-course siap santap, “About 14 billion years ago, matter, energy, time and space came into being in what is known as the Big Bang” .. wowwww sejak Big Bang …

Buku ini sebetulnya mencoba menjelaskan tentang bagaimana mahluk yang pada masa awalnya hanya species tak berdaya, kemudian bisa menjadi penguasa dunia saat ini. Harari menyajikan pemikirannya dalam empat bagian berdasar urutan waktu, yaitu The Cognitive Revolution yang dimulai 70.000 tahun yll. di bagian pertama, dilanjutkan dengan bagian The Agricultural Revolution dimulai dari 12.000 tahun yll, lalu The unification of humankind dan diakhiri dengan The Scientific Revolution dari 500 tahun yll. Sebelum masuk pada bagian pertama, Harari menyajikan tabel sejarah besar kehidupan, mulai dari Big Bang hingga ke Masa Depan. Berikut ini adalah catatan singkat masing-masing bagian.

Bagian 1. The Cognitive Revolution
Pada bagian ini, disajikan sejarah perkembangan kemampuan kognitif mahluk hidup, termasuk Homo Sapiens, juga tentang punahnya berbagai binatang besar. Species manusia pertama ditemukan di Afrika Barat, Australopithecus, yang berarti ‘Southern Ape’ kira-kira 2.5 juta tahun yll. Kemudian ditemukan di Asia Barat dan Eropa Barat, ‘Nenderthals’ dengan fisik yang lebih gempal dan berotot serta adaptif dalam iklim dingin Ice Age, berlanjut dengan ditemukannya Homo erectus di Asia Barat yang berdiri tegak dan mampu survive paling lama diantara species lainnya, hingga 2 juta tahun. Dalam khasanah arkheologi, Indonesia selalu muncul dalam pembahasan Homo sapiens, demikian juga dalam buku ini. Homo soloensis yang mampu hidup di daerah tropik, ditemukan di Solo. Kemudian Homo floresiensis ditemukan di Flores dengan ciri ukuran tubuh yang pendek, 3.5 feet dengan berat tak lebih dari 55 lbs. Homo floresiensis masuk ke pulau Flores ketika muka laut sedang rendah, kemudian terjebak di dalamnya. Berkurangnya makanan karena muka laut yang naik, menyebabkan manusia yang lebih besar punah lebih dulu sehingga tersisa mereka yang berbadan pendek. Namun demikian, mereka sudah mempunyai keahlian membuat peralatan berburu dari batu. Sementara itu di Siberia ditemukan Homo denisofa dan evolusi di Afrika Timur juga tetap berlangsung hingga ditemukannya Homo rudolfensis, Homo ergaster dan kemudian species kita sendiri Homo sapiens ‘Wise Man‘. Bermacam species tersebut bukanlah tumbuh berkembang dalam proses linear berurutan, namun merupakan species yang memang berbeda-beda, artinya, sejak 2 juta hingga 10.000 tahun yll, bumi menjadi tempat yang sama untuk hidupnya species-species tersebut.

Genus Homo dalam rantai makanan berada dalam tingkat Menengah, dikalahkan oleh predator-predator besar. Pada 400.000 tahun yll sebagian species manusia mulai mampu berburu binatang besar, dan sejak 100.000 tahun yll, dengan munculnya Homo sapiens, species manusia mampu menduduki posisi teratas dalam rantai makanan. Evolusi cepat dari Homo sapiens ini menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu, seperti munculnya perubahan perilaku binatang, wabah penyakit dan perang.

Lompatan besar beberapa species manusia dalam rantai makanan ini salah-satunya disebabkan oleh kemampuan menguasai api yang terjadi sejak 800.000 thaun yll. Homo erectus Neanderthal dan nenek-moyang Homo sapiens mulai 300.000 tahun yll. menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk membuka lahan dan penghangat tubuh. Evolusi fisik Homo sapiens pun mulai berubah dengan berfungsinya api, seperti tulang rahang dan gigi yang lebih kecil daripada species sebelumnya. Banyak ahli meyakini bahwa Homo sapiens yang berkembang di Afrika Timur 150.000 tahun yll namun gagal menyebar ke seluruh dunia, kemudian menyebar lagi 70.000 tahun yll dan sukses beranak-pinak di seluruh dunia, sangat menyerupai manusia sekarang ini. Bahkan ukuran otak pun sama dengan ukuran otak manusia saat ini. Kira-kira 45.000 tahun yll, mereka mulai menyeberang ke Australia, daratan yang saat itu belum disentuh species manusia. Kemudian ditemukan peninggalan periode 70.000 – 30.000 tahun yll berupa perahu, lampu minyak, busur dan anak panah, dan jarum untuk menjahit pakaian hangat. Penyebab lompatan keahlian yang disebut sebagai The Tree of Knowledge mutation dizaman Cognitive Revolution Homo sapiens ini belum jelas benar. Namun para ahli sepakat bahwa Homo sapiens is primarily a social animal. Social cooperation is our key for survival and reproduction.

Ada 3 hal yang menjadi catatan penting Hariri terkait Cognitive Revolution, yaitu terkait dengan kemampuan menyampaikan pesan Homo sapiens:

  1. Kemampuan untuk menyampaikan pesan yang lebih banyak tentang lingkungan Homo sapiens
  2. Kemampuan untuk menyampaikan pesan yang lebih banyak tentang hubungan-hubungan sosial Homo sapiens
  3. Kemampuan untuk menyampaikan pesan yang lebih banyak tentang suatu hal yang TIDAK NYATA, misalnya ttg tribal spirits, kebangsaan, atau Hak Azasi Manusia, dll.

Dari sisi hubungan kemasyarakatan, – sensasi, emosi, hubungan keluarga -, sulit mencari perbedaan antara manusia modern dengan chimpanzee atau Neanderthal. Perbedaan akan terlihat jelas pada saat ratusan atau ribuan masing-masing kelompok ini berada dalam kerumunan besar. Kekacauan akan terjadi pada kelompok Chimpanzee, justru sebaliknya kita sangat biasa melakukan banyak hal dengan berkumpul. “Flexible cooperation in large numbers” adalah kata kunci ttg kelebihan Homo sapiens dibanding mahluk lainnya, menurut Hariri.

Dalam penyebaran dan perkembangan Homo sapiens dari Afrika Timur ke seluruh dunia, dikenal dua teori, yaitu Interbreeding Theory dan Replacement Theory. Interbreeding Theory beranggapan bahwa terjadi merging antara Homo sapiens dengan Neandethal, Erectus dan lain-lainnya. Teori ini banyak ditentang dengan alasan perbedaan species tidak akan terjadi perkawinan karena dianggap mahluk yang berbeda sehingga tidak ada saling ketertarikan dan tidak akan terjadi pembuahan karena genetis yang berbeda. Dengan alasan tersebut maka yang terjadi adalah penaklukan dari species satu terhadap species lainnya, yang dalam hal ini Homo sapiens dapat mengungguli dan menggantikan keberadaan species-species yang sudah ada sebelumnya, dan teori ini disebut Replacement Theory.

Screenshot_20200425-142306

Peta Penyebaran Homo sapiens


Kasus muncul ketika 2010 ditemukan 4% DNA Neaderthal dalam populasi modern di Timur Tengah dan Eropa. Demikian pula ditemukan 6% DNA Denisovan dalam populasi modern Melanesia dan Aborigin. Kesimpulan sementara dengan adanya DNA dalam jumlah kecil dari species lain adalah adanya perkawinan silang antara Homo sapiens dengan species lain pada suatu kesempatan.


Kepunahan Binatang Purba
Di benua Australia, Harari menyoroti bahwa punahnya bermacam binatang besar disana, disebabkan oleh 3 hal, yaitu:

  1. Kebutuhan waktu yang lama untuk berkembang-biak, membuatnya mudah panah karena perburuan oleh Homo Sapiens
  2. Kemampuan baru homo sapiens dalam menggunakan api intuk membuka ladang mengakibatkan pola hidup dan konsumsi binatang menjadi terganggu
  3. Perubahan Iklim pada 45.000 tahun yll mmenyebabkan destabilisasi ekosistem

Homo sapiens adalah species manusia pertama dan satu-satunya yang menginjakkan kakinya di Amerika 16.000 tahun yll. Terjadi ketika muka air laut masih rendah sehingga dari Timur-Laut Siberia mereka bisa menyeberang ke Barat-Laut Alaska melalui darat. Mereka telah melengkapi dirinya dengan pakaian dan peralatan berburu untuk area beriklim ekstrim dingin. Dalam perjalanan ke selatan dari Siberia, mereka menemukan banyak binatang purba berukuran besar spt mammoth, mastodon, dll. Namun setelah 2.000 tahun sejak kedatangan Homo sapiens, binatang-binatang besar ini musnah. Tulang-tulang yang ditemukan para arkeolog menunjukkan bahwa binatang-binatang tersebut hidup pada masa Homo sapiens memasuki Amerika kira2 12.000-9.000 tahun yll.

Pada masa Cognitive Revolution, planet kita ini dihuni oleh kira-kira 200 jenis binatang mamalia berbobot lebih dari 100 lbs. dan hanya tinggal separuhnya pada masa Agriculture Revolution. Hariri beranggapan bahwa Homo sapiens menjadi penyebab utama kepunahan tersebut sebelum menemukan roda dan peralatan besi.

Pula Madagascar, 250 mile sebelah timur Afrika, juga kehilangan banyak binatang purba, termasuk burung besar dan lemur (pukang) raksasa. Punah semenjak manusia menginjakkan kakinya disana, demikian pendapat Hariri. Sementara di Lautan Pacific, gelombang kepunahan dimulai sejak tahun 1.500 BC ketika para petani Polynesia mulai memasuki Kepulauan Solomon, Fiji dan New Caledonia. Mereka menghabisi banyak species burung, insekta, siput, bahkan masyarakat lokal. Pemusnahan terus berlanjut kearah Samoa, Tonga, kepulauan Cook, Hawaii hingga New Zealand dari 1200 BC hingga AD 1200.

Hariri menyimpulkan bahwa Homo sapiens dimasa Agriculture Revolution adalah species yang paling bertanggungjawab terhadap punahnya banyak sekali binatang dan tumbuhan. Apakah ini anggapan personal Hariri atau memang demikian adanya menurut para ahli archeology? Perlu masukan lainnya.


Bagian 2. The Agriculture Revolution
Pada abad pertama AD, sebagian besar kehidupan manusia di dunia adalah berkebun. Revolusi Agrikultur terjadi di Timur Tengah, China, dan Amerika Tengah, tapi tidak di Australia, Alaska atau Afrika Selatan; karena di sana sebagian besar species tumbuhan dan binatang tidak bisa ditumbuh-kembangkan. Gandum yang 10.000 tahun yll tidak muncul di gurun Amerika Utara, sekarang bisa dilhat sepanjang ratusan miles disana. Bahkan saat ini sudah menutupi muka bumi seluas 870.000 mile persegi. “This ape had been living a fairly comfortable life hunting and gathering until about 10,000 years ago, but then began to invest more and more effort in cultivating wheat.”, tulis Hariri sedikit kasar. Gandum telah memaksa Homo sapiens untuk tinggal di rumah, menjaga kebunnya. Studi antropologi dan arkeologi menyebutkan bahwa kekejaman dalam masyarakat agrikultur sederhana menyebabkan tewasnya manusia hampir 15%, atau 35% laki-laki.

Keinginan Homo sapiens untuk hidup yang lebih nyaman dan instan di masa Revolusi Agrikaltur, bahkan hingga saat ini, banyak menyebabkan perlakuan kejam terhadap binatang-binatang ternak, langsung ataupun tidak langsung. Sapi dan biri-biri yang diambil susunya, kulit dan dagingnya, juga ayam yang diambil daging dan telornya; semuanya dalam sistem peternakan yang kejam. Ada perbedaan besar antara keberhasilan evolusi dan penderitaan individu dalam Revolusi Agrikultur.

“One of history’s few iron laws is that luxuries tend to become necessities and to spawn new obligations”.


Victims of the Revolution
Sapiens semakin pintar hingga mampu berburu secara selektif sehingga bisa mendapatkan hanya binatang-binatang ternak yang sehat dan potensial dikembangkan secara ekonomis sesuai kebutuhan manusia. Sepuluh ribu tahun yll, mungkin hanya jutaan biri-biri, sapi, kambing dan ayam yang hidup di Afro-Asia. Sekarang, bumi ini sudah dihuni 1 milyaran biri-biri, 1 milyaran babi, bahkan lebih dari 1 milyar sapi dan lebih dari 25 milyar ayam.

Bagaimana para petani dan peternak dimasa Revolusi Agrikultur, terus berkembang dalam jumlah luas area yang dikuasai dan jumlah hewan ternak yang dengan cepatnya terus bertambah, secara panjang-lebar diceritakan Harari dalam Bagian ke-2 ini. Namun, perang terus terjadi, bukan karena kelaparan atau kekurangan bahan pangan tapi justru karena ego mempertahankan properti dan kekhawatiran tentang masa depan. “It was not food shortages that caused most of history’s wars and revolutions”.

Pada bagian ke-2 ini, Harari bercerita tentang Hammurabi, raja Babilonia, kota terbesar dijamannya, yang terkenal sukses menguasai wilayah Mesopotamia, termasuk Irak, Siria dan Iran di tahun 1776 BC. Saat itu Hammurabi menggolongkan manusia menjadi dua gender yaitu laki-laki dan perempuan, serta tiga kelas, yaitu: manusia kelas atas, manusia biasa dan budak. Konsep Hammurabi (Hammurabi Code) ini didasarkan pada premis bahwa bila seorang raja dan semua golongan tersebut bisa menyadari posisinya dan berperilaku sesuai hirarkinya maka semua pihak akan bisa bekerjasama secara efektif.

Dari kisah ini, Harari merasa mendapatkan pembenaran bahwa kepercayaan atas Cerita Tidak Obyektif atau Imajinasi lah yang menyebabkan terjadinya kerjasama efektif, karena sejatinya tidak ada yang Obyektif dari Konsep Hammurabi tentang penggolongan manusia tersebut. Namun, kemampuan Sapiens yang terbatas selama jutaan tahun dalam hal penyimpanan informasi, konsep dan banyak hal Tidak Obyektif (imajinasi) sebagai bekal Homo sapiens untuk menguasai dunia tersebut, tentu menyulitkan dalam penyebarannya. Mengingat kekuasaan Sapiens berada pada imjinasi dalam otaknya, maka perlu dibuatkan berbagai aturan untuk menjaga kelangsungan kekuasaannya. Namun keberlangsungan aturan tersebut tetap sulit terjaga karena tak adanya fasilitas penyimpan informasi yang dapat disebar-luaskan secara spatial maupun kegenerasi berikutnya, hingga kaum Sumeria pada 3500 BC menemukan sistem penyimpanan dan pemrosesan data, yaitu ‘tulisan’. Maka semakin berkuasalah Homo sapiens.

Kekuatan aturan-aturan imajiner yang tentu tidak berbasis obyek nyata ini semakin berperan dalam penguasaan dunia, bahkan tehadap sesama manusia. Berbagai kebijakan politik rasis, perbudakan, bias gender, dll. tentu hanya berdasar konsepsi pembenaran belaka tanpa didasari obyek nyata yang bisa dijadikan fakta. Tentang niat berkuasa yang tinggi dari manusia ini, Hariri juga menulis tentang konsepsi ‘kemurnian’ yang sering dijadikan alasan untuk menguasai kelompok manusia lainnya.

Panjang-lebar Hariri berasumsi bahwa ‘Kasta’ dalam agama Hindu, (dengan mengatas-namakan ‘para ahli’, tanpa bukti pendukung), hanyalah konsepsi dari usaha bangsa Indo-arya, pendatang pada masa 3.000 tahun yll yang menguasai India saat itu, untuk melanggengkan kekuasaannya dan menjadikan bangsa asli setempat sebagai bangsa jajahan atau berada pada Kasta yang lebih rendah. Banyak hal dimasa itu aturan dibuat untuk membatasi hak-hak sipil pada masing-masing kasta, sehingga menjadi masyarakat berkelas. Perkawinan antar kasta tidak dibenarkan karena dianggap mengotori ‘kemurnian’ dari Kasta yang lebih tinggi. Pada era India modern sekarang ini, Demokrasi mencoba memberi pandangan berbeda terhadap keyakinan tentang ‘pengotoran atas kemurnian’ Kasta, khususnya di dunia kerja dan masalah perkawinan.

Isu ‘kemurnian’ ras sebagai upaya memenangkan hirarki kekuasaan ini juga terjadi di Amerika ketika pendatang Eropa melakukan perbudakan yang didatangkan dari Afrika. Lagi, perbedaan warna kulit tentu bukanlah basis obyektif atau hanya konsepsi imajiner belaka untuk menganggap bahwa kulit putih mempunyai tingkat kecerdasan dan moralitas yang lebih baik. Mithos, yang sampai saat ini masih sering menjadi isu dalam kultur dan beberapa kebijakan politik AS.


Bias Gender
Bagaimana usaha Homo sapiens untuk menguasai dunia ini terus dikritisi Hariri hingga masalah Bias Gender. Seperti halnya Kasta di India dan Kebijakan Rasis di AS, maka bias gender di banyak keputusan politik ataupun domestik masih banyak terjadi dimanapun. Lagi, ini merupakan produk imajinasi yang memang tidak ada akar biologisnya sehingga pembagian peran dalam banyak hal akan lebih merugikan perempuan.

Rasionalisasi imajinasi yang juga disebut oleh Hariri sebagai mithos, ini sering menjadi pembenaran Sapiens demi alasan penaklukan terhadap yang lain. Atas nama Budaya, banyak perilaku dianggap salah karena unnatural, meskipun dari perspektif biologi tidak ada yang salah, misalnya dalam kasus bias gender, rasis, LGBT, dll.

 

Screenshot_20200425-135849

Gambar King Lousi XIV

Maskulinitas diabad 18 diwakili oleh King Louis XIV dari Perancis berpedang panjang, mengenakan sepatu hak tinggi, rambut palsu panjang dan kaos-kaki panjang serta berpose bagaikan penari. Pada masanya, budaya seperti ini bukanlah suatu yang aneh, melainkan natural. Namun, diera digital sekarang ini pasti dianggap unnatural.


Bagian 3.The Unification of Humankind
Pada bagian ini, Hariri menyoroti perkembangan budaya global sebagai produk imperialisme. Menurutnya, Budaya yang kita anut seolah mempunyai nilai abadi sehingga seringkali menjadi rujukan penilaian baik-buruk perilaku seseorang, namun ternyata tidak demikian adanya. Budaya berubah seiring waktu. Contoh model pakaian Raja Louis XIV diatas menunjukkan perubahan budaya tersebut. Perubahan budaya sejak dulu dipengaruhi oleh lingkungan, sebagai respon terhadap budaya lain; berbeda dengan hukum-hukum atau proses fisika yang tidak berobah terhadap waktu. Globalisasi budaya sudah terjadi sejak dimulainya penaklukan suatu wilayah. Dari bermacam budaya, terjadi homogenisasi, lalu terpecah-pecah mengikuti tradisi lokal namun tetap dalam kerangka bahasa global. Saat ini semua wilayah di dunia sudah dalam satu kepentingan dan bahasa yang sama, yaitu nuklir, US$, perdagangan, bahasa dll. Ini semua adalah warisan imperialisme. Namun demikian, tak ada bukti menunjukkan bahwa imperialisme universal memang betul-betul untuk kesejahteraan bangsanya.


Bagian 4. The Scientific Revolution
Dalam 500 tahun terakhir ini, pertumbuhan penduduk bumi sangat tinggi. Di tahun 1500, diperkirakan hanya ada 500 juta Homo sapiens di muka bumi. Hari ini sudah mencapai 7 milyar manusia. Tahun-tahun penting selama 500 tahun terakhir ditandai dengan beberapa kejadian penting, yang dimulai pada abad 16, tepatnya 1522, pertama kali terjadi pelaut berusaha mengelilingi bumi, ekspedisi Magellan menempuh jarak 44.000 mile. Kembali ke Spanyol hanya sedikit pelaku, tidak termasuk Magellan. Tahun 1674 untuk pertama kalinya dipergunakan mikroskop micro-organisme buatan Anton van Leeuwenhoek. Lalu 20 Juli 1969 pertama kali manusia mendarat di bulan. Dan yang paling signigikan pengaruhnya dalam kehidupan Homo sapiens adalah pada 16 Juli 1945 ketika pertama kali bom atom diledakkan di Alamogordo, New Mexico. Sejak itu, Homo sapiens mampu mengubah sejarah, termasuk memusnahkan kehidupan. Proses bersejarah sejak 500 tahun yll ini ditengarai sebagan Revolusi Sains (Scientific Revolution).

Tidak menyerah pada seleksi alam yang dibatasi oleh kemampuan sifat biologis mahluk hidup, abad 21 ini mulai terlihat intervensi Sapiens melalui berbagai upaya inteligensia desain, yaitu rekayasa genetika, rekayasa cyborg dan rekayasa unorganik. Tak lama lagi, berbagai upaya rekayasa biologi akan mulai menunjukkan banyak hasil, tidak hanya dalam hal sistem imun, fisiologi, atau perpanjangan usia, namun juga peningkatan kapasitas intelektual dan emosional.

Di dunia peternakan sudah banyak dilakukan rekayasa genetika untuk mendapatkan produk susu sapi, daging sapi, daging ayam, telor unggulan, dll. Bahkan saat ini, ahli biologi Jepang, Korea dan Rusia secara bersama-sama sedang melakukan rekayasa genetika untuk dapat melahirkan bayi mammooth dari induk gajah.

Rekayasa Cyborg, yang memadukan kemajuan teknologi dengan organ tubuh manusia, misalnya tangan/kaki robotik, alat bantu pendengaran, dsb. adalah contoh rekayasa biologi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh manusia.

Upaya Sapiens lainnya dalam melawan seleksi alam adalah menciptakan kehidupan melalui rekayasa anorganik. Kecanggihan Artificial Intelligent sebagai bagian dari pemrograman komputer adalah modal dasar rekayasa anorganik, dimana algorithma di dalamnya mampu untuk melatih dirinya sendiri dalam mencari solusi permasalahan tanpa kontrol dari penggunanya. Tahun 2050 bahkan diduga sudah ada beberapa manusia immortal. Luar biasa kemampuan Homo sapiens. Mampu membuat ‘kehidupan’ dari proses baru evolusi yang bebas hukum-hukum evolusi organik.

Arah teknologi masa depan justru berpotensi mengubah Homo sapiens sendiri, termasuk nafsu dan emosinya, bukan lagi alat transportasi atau persenjataan. Dan, immortalitas jelas akan menggali persoalan baru tentang ethika, sosial dan politik bagi kemanusiaan. Cuplikan kalimat dari lembaran akhir buku ini sungguh menarik untuk direnungkan:

“What do we want to want?’ … massive increases in human power did not necessarily improve the well-being of individual Sapiens, and usually caused immense misery to other animals. … We are more powerful than ever before, but have very little idea what to do with all that power”.


Kesimpulan dan Rekomendasi
Dalam buku ini Harari menceritakan dan memberikan opininya terkait perubahan-perubahan kejadian penting sejak penyebaran Homo sapiens pertama kali dari Afrika Barat. Menarik, ketika proses sejarah species manusia disajikan, dan mulai membosankan ketika menyajikan rekaman peristiwa kekinian di era kita berada. Namun opini Hariri terhadap fenomena yang disajikannya memang menarik untuk dikritisi.

Kesimpulan yang bisa diambil dari tulisan panjang Hariri adalah pendapatnya bahwa tiga kekuatan penting dalam sejarah penaklukan dunia adalah Imajinasi (tidak nyata), kemampuan bekerjasama dan kemampuan menyampaikan pesan.

Buku yang perlu dibaca untuk memperkaya pengetahuan dan memancing pemikiran.


Tautan:
1. Why humans run the world

2. Bentang Rentang Pemikiran Yuval Noah Harari by Budiman Sujatmiko

3. Yuval Noah Harari on the myths we need to survive

4. Yuval Harari – Sapiens: A Brief History of Humankind

5. Yuval Harari – Sapiens: A Brief History of Humankind

6. Sapiens by Yuval Noah Harari

7. Mark Zuckerberg & Yuval Noah Harari in Conversation

Read Full Post »

Screenshot_20180525-003742Guns, Germs, and Steel adalah buku karya Jared Diamond, profesor geografi dan fisiologi dari Universitas California (UCLA), yang diterbitkan pertama kali di tahun 1997, dan setahun kemudian memperoleh penghargaan Pulitzer Prize untuk kategori Non-fiction.
…..
Kalimat pembuka di Kata Pengantar buku ini bisa menjadi penunjuk maksud penulisnya, “Buku ini hendak menyajikan riwayat singkat umat manusia 13.000 tahun terakhir”. Dan, kalimat tanya yang ditulis Diamond untuk memotivasi pembacanya sehingga bersedia meluangkan waktunya untuk membaca buku ini adalah: “Mengapa sejarah berkembang secara berbeda di berbagai dunia?”. Provokatif..
…..
Di bab pertama, Diamond mengutip pertanyaan Yali, penduduk asli Papua yang menemaninya saat melakukan penelitian biologi disana, yang juga menjadi pemicu keingintahuan pembaca, menjadi awal isi buku kajian sejarah perkembangan budaya bangsa-bangsa di dunia ini: “Kenapa kalian orang kulit putih membuat begitu banyak barang berharga dan membawanya ke Papua, tapi kami orang kulit hitam memiliki begitu sedikit barang berharga sendiri?”. Keahlian Diamond tentang aspek-aspek lain evolusi manusia, sejarah, dan bahasa, menjadi modal untuk menjawab pertanyaan Yali tersebut.
…..
Bila Why Nations Failkarya Daron Acemoglu dan James Robinson, beranggapan bahwa faktor manusia adalah penyebab utama perbedaan nasib suatu bangsa, walaupun secara geografis dan sejarah bangsa2 yang diperbandingkan tersebut hampir sama namun bisa berbeda kesejahteraan, maka Jared Diamond dalam bukunya yg memenangkan Pulitzer 1998 ini, menjadi menarik untuk dipelajari karena kesimpulan yang berbeda, juga mengingat banyaknya dukungan data sejarah bangsa yang berasal dari ribuan tahun yll. Kedua buku di atas membahas hal yg kurang-lebih sama, yaitu mempertanyakan penyebab perbedaan kesejahteraan bangsa-bangsa dengan sudut pandang kajian yang  berbeda. Faktor manusia, menurut Diamond hanyalah bagian dari proximate factors (penyebab langsung), dan yang perlu digali lebih lanjut adalah ultimate explanations (penyebab dasar). Kondisi fisik, sosial, lingkungan seperti apakah yang bisa menyebabkan manusia bisa menjadi proximate factor penentu kemakmuran?
…..
Perjalanan Diamond di Papua  sebagai ahli Biologi Evolusi, menjadi titik-tolak bahasan dalam buku ini. Sejarah perkembangan kehidupan manusia Papua, Aborigin Australia, Maori banyak mendapat perhatian, selain juga bangsa Erasia “Bulan Sabit Subur” (the Fertile Crescent), Afrika, Indian, China dan Jepang, sebagai pusat perkembangan peradaban.
…..
Banyak pertanyaan dan penjelasannya disajikan dalam buku ini untuk memancing pikiran kritis pembaca, misalnya “Mengapa sebagian orang Eurasia dan bukan orang Aborigin, Australia, Afrika Sub-Sahara atau penduduk asli Amerika yg berekspansi ke seluruh dunia?” atau “Mengapa Eropa, bukan China?“.
…..
Penulisan buku ini juga dimotivasi oleh ketidakpuasan atas banyaknya artikel sejarah perkembangan bangsa-bangsa yang dianggap Diamond kurang komprehensif, karena pembahasan yang lebih dominan hanya pada masyarakat Erasia dan Afrika Utara saja, yang saat itu sudah mempunyai kemampuan baca-tulis, sehingga menurutnya memiliki tiga kekurangan, yaitu:
…..
Pertama, semakin banyak orang tertarik pada kondisi sosial masyarakat di luar masyarakat Erasia barat, yang meliputi sebagian besar penduduk bumi dan mayoritas kelompok etnis, budaya, dan linguistik dunia. Beberapa diantaranya bahkan sudah menjadi kekuatan ekonomi dan politik dunia, dan beberapa lagi berpeluang untuk menyusul.
…..
Kedua, bagi orang yang secara spesifik berminat pada terbentuknya dunia modern, uraian sejarah yang terbatas hanya pada perkembangan sejak kemunculan tulisan, tidak dapat memberikan pemahaman yang mendalam, karena sebenarnya masa pra-tulisan sebelum 3.000 SM adalah akar dominasi Erasia barat di dunia modern.
…..
Ketiga, suatu uraian sejarah yang terfokus pada masyarakat-masyarakat Erasia barat, sepenuhnya mengabaikan pertanyaan besar yang sudah seharusnya diajukan. Mengapa justru masyarakat-masyarakat itu yang menjadi berkuasa dan inovatif melebihi takaran sewajarnya? Atau, mengapa semua unsur pendukung penaklukan itu muncul di Erasia barat, dan hanya secara terbatas atau bahkan tidak muncul sama sekali di tempat-tempat lain? Perlu penjelasan dasar lebih lanjut (ultimate explanations).
…..
Memahami masyarakat-masyarakat Erasia barat pun mustahil dilakukan jika perhatian terfokus hanya kepada masyarakat-masyarakat tersebut. Untuk itu, perlu juga dipahami semua masyarakat lain, sehingga masyarakat-masyarakat Erasia barat bisa ditempatkan di dalam konteks yang lebih luas.
…..
Menurut Diamond, buku-buku lain mengenai sejarah dunia juga cenderung terfokus pada peradaban-peradaban maju dan melek huruf di Erasia selama 5000 tahun terakhir; semuanya membahas peradaban penduduk asli Amerika pra-Kolumbus hanya sepintas lalu, dan memberikan perhatian yang lebih sedikit lagi kepada sisa dunia selain interaksinya dengan peradaban Erasia baru-baru ini. Sintesis sebab-akibat historis yang bersifat global telah dijauhi oleh sebagian besar ahli sejarah, karena merupakan permasalahan yang tampaknya tak terpecahkan.
…..
Jadi, belum ada jawaban yang diterima secara umum terhadap pertanyaan Yali. Di satu sisi, berbagai penjelasan hampiran sudah jelas: suku bangsa tertentu mengembangkan senapan, kuman, baja dan faktor-faktor lain yang menghasilkan kekuatan politik dan ekonomi sebelum suku bangsa lain, sementara ada pula suku bangsa yang sama sekali tidak pernah mengembangkan faktor-faktor tersebut. Di sisi lain, penjelasan-penjelasan mendasar -misalnya, mengapa perkakas perunggu muncul lebih awal di beberapa bagian Erasia namun muncul baru belakangan dan di beberapa tempat saja di Dunia Baru, dan sama sekali tidak muncul di Australia pribumi- tetap tak jelas.
…..
Sistematika Pembahasan
Diamond menyajikan buah pikirannya dalam 4 Bagian besar, yang rasanya tidak harus dibaca secara berurutan mulai dari bagian depan buku. Bagian Pertama “From Eden to Cajamarca” berisikan 3 bab, dimulai dengan Bab 1 tentang kehidupan sosial manusia dan penyebarannya sejak dari Afrika 7 juta tahun yangblalu, hingga masa 13.000 tahun setelah Jaman Es. Bab 2 tentang berbagai perubahan lingkungan di berbagai benua, termasuk penyebaran Polinesia 3.200 tahun yang lalu ke berbagai kepulauan Pasifik. Bab 3 mengenai penguasaan benua Amerika oleh bangsa Eropa, dengan kasus penaklukan kepala suku Inka di Peru oleh Pizzaro dari Spanyol. Penguasaan atas senjata, teknologi dan penyebaran penyakit, juga kemampuan baca-tulis, menjadi isu penting dalam penaklukan, yang dibahas dalam bab ini.
…..
Screenshot_20180525-010759
….
Membaca sejarah manusia, dan penyebarannya, selalu menarik. Untuk itu perlu saya ringkaskan sedikit tulisan Diamond tentang hal ini sebagai pengingat. Dimulai di Afrika 7 juta tahun yang lalu, berbagai temuan fosil mengisyaratkan adanya evolusi menuju manusia yang berdiri agak tegak sekitar 4 juta tahun yll, dan bertambahnya ukuran volume otak pada 2,5 juta tahun yll. Makhluk-makhluk tersebut dikenal secara berurutan sebagsi Australopithecus, Africanus, Homo habilis dan Homo erectus. Meskipun Homo erectus berbadan mirip manusia jaman modern, namun ukuran otaknya masih setengah lebih kecil. Sudah melebihi fisik kera, namun masih jauh dari manusia modern. Manusia pertama yang menyebar keluar dari Africa adalah Homo erectus, yang fosilnya ditemukan di pulau Jawa dan dikenal sebagai Manusia Jawa, berumur 1 juta tahun silam (ada yang berpendapat 1,8 juta tahun yll). Di Eropa, kehadiran manusia diperkirakan baru 500 ribu tahun setelahnya. Tengkorak Africa dan Eropa 500 ribu tahun silam tersebut mirip tengkorak manusia modern, sehingga masuk dalam kategori spesies Homo sapiens, meskipun volume otak masih lebih kecil dan sangat berbeda dalam hal artefak dan perilaku. Saat itu, Australia dan Amerika masih belum ada manusia.
…..
Populasi Eropa dan Asia Barat antara 130.000 dan 40.000 tahun yang lalu diwakili oleh peninggalan kerangka, sebagai manusia Neanderthal, yang masuk dalam spesies Homo Neanderthalensis. Mereka berkemampuan mengubur sesamanya bila meninggal dan merawat sesamanya bila sakit. Seperti halnya dengan manusia Afrika di jaman yang sama, mereka belum mampu berburu binatang buas, bahkan memancingpun belum dilakukan. Belum sepenuhnya dapat digolongkan sebagai manusia.
…..
Sejarah manusia modern mulai dikenal ketika ditemukan situs-situs Africa Timur berupa perkakas batu dan perhiasan dari telur burung pada 50.000 tahun yang lalu, juga di Timur Tengah dan Eropa Tenggara. Dan 10.000 tahun kemudian, ditemukan artefak yang lebih modern di Eropa Barat Daya, yang disebut manusia Cro-Magnon. Manusia yang secara biologis dan perilaku bisa dianggap sebagai manusia modern. Peninggalan produk seni berupa lukisan gua, patung dan alat musik adalah karya manusia Cro-Magnon yang sudah banyak dikenal. Senjata pelontar tombak, panah dan busur juga peralatan berburu seperti tali jala, tali pancing dan jerat, menjadi penanda kemajuan manusia Cro-Magnon.
…..
Bagian Kedua, “The Rise and Spread of Food Production“, terdiri dari 7 bab yang intinya mengenai kemampuan bercocoktanam dan berternak melalui domestikasi dari daerah lain, dan berubah dari budaya pemburu menjadi produsen makanan sendiri. Namun, kemampuan tersebut tidak merata di semua wilayah, sehingga proses domestikasi tidak terjadi.  Beberapa sentral produksi makanan mengalami kesulitan untuk menyebar ke wilayah-wilayah lain. Penyebab utama perbedaan penyebaran tingkat kemampuan berproduksi adalah orientasi “sumbu kontinen”. Sumbu kontinen Eurasia adalah dominan barat-timur, sedangkan untuk Amerika dan Afrika adalah utara-selatan. Bagian ini coba menjelaskan alasannya secara rinci.
…..
Bagian Ketiga, “From Food to Guns, Germs, and Steel“, terdiri dari 4 Bab. Peran Kuman Penyakit dari Erasia lebih banyak membunuh penduduk asli Amerika dan non-Erasia, daripada peran Senapan atau senjata Baja. Ketidak-seimbangan penyebaran wabah mematikan ini menjadi bahasan utama dalam Bagian Ketiga. Selain itu, kemampuan memproduksi makanan dan baca-tulis ribuan tahun terakhir ini juga menjadi penyebab kelebihan keberdayaan suatu kelompok di suatu daerah dibanding kelompok di daerah lainnya.
…..
Bagian Keempat, “Around the World in Five Chapters“, terdiri dari 5 Bab yang membahas sejarah benua Australia, yang pada awalnya berada dalam satu kawasan dengan pulau besar Papua. Perkembangan Aborigin yang terlambat dan tetap menjadi pemburu pengumpul, dibanding orang Papua yang sudah mulai berkebun, menjadi pokok bahasan dalam Bagian 4 ini. Masih dalam Bagian ini, juga dibahas tentang penaklukan Eropa terhadap penduduk asli Amerika, yang disebabkan oleh faktor-faktor perbedaan kemampuan domestikasi perkebunan dan peternakan, wabah penyakit, lamanya pendudukan, orientasi sumbu kontinen, juga kesulitan-kesulitan ekologis. Kelebihan besar dalam hal produksi makanan bangsa Eurasia, dibanding penduduk asli Amerika, merupakan faktor dasar (ultimate factor), sedangkan tingginya Kuman Penyakit, teknologi, organisasi politik dan kemampuan baca-tulis bangsa Eurasia merupakan faktor penyebab langsung (proximate factors) dalam penaklukan penduduk asli Amerika oleh bangsa Eurasia.
…..
Menarik membaca bagian ini, mengingat saya sendiri pernah berada di Papua selama 10 tahun, dan beberapa kali sempat mengunjungi berbagai kota tambang di pedalaman Australia. Satu pertanyaan menggelitik dalam bagian ini adalah “Bagaimana bisa ciri-ciri Papua itu tidak sampai ke Australia?”. Selat Torres memisahkan daratan Papua dengan Australia  dan pulau Mabuiag berada di antaranya. Air sudah memisahkan keduanya 10.000 tahun yll. Babi, busur dan anak panah yang sangat melekat dengan panduduk Papua, justru tidak dikenal oleh bangsa Aborigin Australia, melainkan tombak dan pelontarnya lah yang menjadi senjata utamanya. Aborigin Semenanjung York tidak melakukan pertanian intensif spt Papua pegunungan, melainkan hidup dari konsumsi ikan. Tak ada budaya Papua yg menyebar ke pedalaman Australia, kecuali kail ikan dari cangkang kerang, juga perahu bercadik ala Papua. Genderang, topeng upacara, tiang pemakaman dan pipa Papua juga diadopsi di Semenanjung York. Mereka tidak memanfaatkan babi (sedikit atau bahkan tidak ada) mgk krn kesulitan utk menyediakan makanannya. Diamond berkesimpulan bahwa dahulu, Aborigin tidak pernah melihat Papua, atau komunikasi Australia – Papua berhenti di Pulau Mabuiag. Portugislah yang menemukan Papua 1526, lalu Belanda klaim bagian Barat 1828 dan selanjutnya Inggris/Jerman klaim bagian Timur Papua tahun 1884.
…..
The Future of Human History as a Science“, merupakan bagian Penutup dan ringkasan buku ini, dari hasil kajian sejarah manusia di berbagai benua berdasar perkembangan budaya, anthropologi, linguistik, arkeologi bahkan geologi. Disini dia dengan tegas menyatakan bahwa “the striking differences between the long-term histories of peoples of the different continents have been due not to innate differences in the peoples themselves but to differences in their environments“. Ada empat hal penyebab utama dalam perbedaan kondisi lingkungan dimaksud, yaitu:
  1. Spesies tanaman dan binatang liar sebagai sumber domestikasi
  2. Kondisi alam di dalam masing2 benua, yang mempengaruhi tingkat penyebaran dan migrasi
  3. Kondisi alam perbatasan antar benua, yang mempengaruhi tingkat penyebaran dan migrasi
  4. Luas area atau total populasi. Budaya kompetisi dalam wilayah yang padat dengan organisasi politik terpusat akan memicu tumbuhnya penemuan untuk meningkatkan kemampuan produksi dan akumulasi kelebihan makanan.
…..
Meskipun pembahasan sudah dilakukan secara panjang-lebar dari berbagai sudut pandang keilmuan dalam buku yang tebal ini, namun Diamond masih merasa jauh dari cukup untuk dapat menjawab pertanyaan Yali di awal tulisan ini. “Compressing 13,000 years of history on all continents into a 400-page book works out to an average of about one page per continent per 150 years, making brevity and simplification inevitable“. Sangat rumit dan terlalu menyederhanakan masalah, untuk dapat menjawab pertanyaan Yali.
…..
Rekomendasi
Buku yang sangat lengkap dan rinci untuk memahami sejarah perkembangan kebudayaan bangsa-bangsa sejak 13.000 tahun yang lalu berdasar aspek budaya, arkheologi, anthropologi, linguistik, biologi dan geografi. Sangat berharga untuk dibaca, meskipun sedikit melelahkan.

Read Full Post »

%d blogger menyukai ini: