Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘Shyness’

Screenshot_20181018-133935Mengamati perilaku seseorang memang bukanlah kesenangan, tapi lebih pada sikap instant saat berkomunikasi, baik satu arah maupun dua arah. Bahkan hanya sepintas terlihat mereka berkomunikasi, sudah membuatku ‘terganggu’, apalagi bila dilakukan secara anomali dibanding kondisi lingkungannya, bukan oleh isi pembicaraan, tapi lebih pada gestur qdan cara berkomunikasinya.
Kesempatan berbicara di depan umum, pidato, sering menjadi tujuan dari banyak pemimpin, namun bisa jadi merupakan hal menakutkan bagi pihak lainnya, khususnya yang berkarakter introvert. (Lihat video 3 di bawah). Di dalam kesempatan keramaian pesta, selalu terlihat ada yang dominan tampil bercerita, ada yang berkerumun menanggapinya, ada yang diam atau bahkan ada yang memilih menjauhinya. Mengapa? Betulkah cara seseorang berkomunikasi, mampu menunjukkan karakter seseorang tersebut? Ah .. belum tentu, karena menurut Susan Cain dalam bukunya “Quiet”, ada juga “pretending” disana. Pengamatan Susan menyebutkan bahwa 1/3-1/2 warga AS berkarakter Introvert.
“What Susan Cain understands—and readers of this fascinating volume will soon appreciate—is something that psychology and our fast-moving and fasttalking society have been all too slow to realize: Not only is there really nothing wrong with being quiet, reflective, shy, and introverted, but there are distinct advantages to being this way.”
(JAY BELSKY, Robert M. and Natalie Reid Dorn Professor, Human and Community Development, University of California, Davis)
“Quiet, The power of introverts in a world that can’t stop talking”, ditulis oleh seorang introvert, Susan Cain, membahas banyak hal tentang mereka yang berkarakter introvert, – yang menurut banyak pihak disalah-artikan sebagai ‘kekurangan’ -, seperti tanda-tandanya, kelebihan dan kekurangannya, bagaimana menyikapinya bila introvert harus bekerja di lingkungan ekstrovert, dsb. Tentu saja juga dibahas tentang karakter ekstrovert sebagai pembandingnya. Banyak sekali contoh introvert yang sukses di dunia kerja ekstrovert, termasuk Susan Cain, penulis buku ini. Alasan bagus Susan Cain untuk menulis buku ini, seperti dikatakannya di akhir buku pada sesi tanya-jawab “Meet the Author”:
Q: Why did you write the book?
A: Because there’s a bias against introverts. Our schools, workplaces, and religious institutions are designed for extroverts, and many introverts believe that there is something wrong with them and that they should try to “pass” as extroverts. This bias leads to a colossal waste of talent, energy, and, ultimately, happiness.
Pada bab Pendahuluan, Susan mulai berkisah tentang Rosa Parks, tokoh kulit hitam yang memantik api unjuk rasa anti rasialisme di Alabama, AS 1955, yang berujung aksi boikot penggunaan bus kota hingga 381 hari. Dia adalah perempuan biasa, pendiam, bukan pemimpin, yang mampu bersikap demikian memukau di era rasis yang sangat kuat. Meledak karena tindakan rasis warga kulit putih (pengemudi bus dan polisi) yg berusaha menyingkirkannya dari kursi penumpang di bagian depan bus. Julukan indah menghamburinya, seperti “timid and shy but had the courage of a lion, “radical humility”, “quiet fortitude”, “shy and courageous” dan dalam autobiografinya, dia mendapat julukan “shy and courageous”. Paradox? Dua kata yang sering dianggap berlawanan. Bagaimana bisa?
Dunia berada dalam permainan kaum Ekstrovert, setidaknya begitulah banyak pihak menganggapnya. Susan menyebutnya Extrovert Ideal, sosok yang diyakini berkarakter pemimpin, percaya-diri, mudah bersosialisasi, dan nyaman jadi perhatian. Lebih suka bertindak daripada diam berpikir, pengambil resiko daripada tekun mempelajari, kepastian daripada berhati-hati, cepat ambil keputusan walaupun beresiko salah. Sementara introversi, dengan karakternya yang sensitif, serius, khawatir, sering dilihat masyarakat dari sisi negatifnya sehingga serasa merupakan karakter warga kelas dua, bahkan sudah dianggap penyakit sosial. Introvert yang hidup dalam dunia Extrovert Ideal, Susan menganalogikannya bagaikan perempuan yang hidup dalam dunia pria. Dalam bukunya, kita akan menemui figur Eleanor Roosevelt, Al Gore, Warren Buffet, Gandhi, juga Rosa Parks dapat mencapai tujuan, justru karena introversinya.
Dalam bab Pendahuluan ini juga, Susan bercerita tentang Laura, introvert, sarjana hukum yunior yang terpaksa mengambil-alih pekerjaan negosiasi dengan klien berhubung atasannya sedang absen. Biasa duduk manis, bersuara halus dan jauh dari perhatian para pihak, tiba-tiba harus menjadi pusat perhatian dengan duduk di ujung meja pertemuan, memimpin rapat. Situasi yang sangat tidak nyaman bagi seorang introvert. Namun, kekhawatiran yang menjadi karakternya, justru membuat dirinya untuk well prepeared, bicara selalu didasari pemikiran, bisa bersikap tegas , bahkan keras dengan tetap bergestur tenang dan berintonasi halus. Dia juga cenderung banyak bertanya dan mendengarkan semua jawaban dengan sabar, teliti dan kritis. Ini justru menjadi modal utama seorang negosiator. Dengan gayanya yang tenang, tanpa nada tinggi dan gebrak meja, Laura pun menyadari bahwa justru dengan karakter introvertnya, dia berhasil mencapai kesuksesan.
Pencarian Susan sebagai introvert, menemukan bahwa tahun 1921, psikolog Carls Yung, dalam bukunya “Psychological Types” mendefinisikan Introvert sebagai pribadi yang lebih berorientasi ke dalam diri, batin dan pemikiran. Sedangkan Ekstrovert lebih berorientasi eksternal, dan aktifitas di luar dirinya. Bila Introvert fokus pada arti/makna aktifitas yang dikerjakannya, maka ekstrovert lebih sibuk pada aktifitas/keterlibatan langsung pada pekerjaannya. Introvert perlu menyendiri untuk pemulihan, ekstrovert justru perlu bersosialisasi. Namun demikian, Yung juga menyatakan bahwa tidak ada tipe 100% introvert/ekstrovert, yang ada adalah kecenderungan karakter dari salah satunya.
Banyak psikolog membedakan cara mereka dalam menghadapi pekerjaan. Ekstrovert lebih suka mengambil putusan dengan cepat, risk taker dan multi-tasking, sementara Introvert lebih teliti, hati-hati dan fokus di satu pekerjaan. Ekstrovert menyukai reward keberhasilan, sedangkan introvert lebih berhati-hati terhadap iming-iming material.
Ekstrovert adalah mereka yang merasa hidup di acara pesta, ceria dan mudah tertawa dengan kelucuan. Cenderung dominan, dan sangat membutuhkan teman. Ringan mengungkapkan pendapat sendiri, lebih senang bicara daripada mendengar, bahkan jarang sekali kehilangan kata-kata. Nyaman dengan konflik, namun sulit dengan kesendirian. Sebaliknya introvert, bisa saja kuat bersosialisasi dan menikmati pesta, namun lebih berharap berada di rumah bersama teman dekat atau keluarga. Lebih banyak mendengar, daripada bicara. Kalaupun bicara, perlu banyak berpikir lebih dulu. Bahkan, sering merasa bahwa menulis tentang dirinya lebih mudah daripada dengan bicara. Cenderung menjauhi konflik.
Susan menggambarkan dua tipe personalitas tersebut dalam bentuk chart, dengan posisi introvert -> ekstrovert pada sumbu horizontal dan stabil -> nervous di sumbu vertikal, sehingga terdapat 4 kuadran tipe personalitas: calm extroverts, anxious (or impulsive) extroverts, calm introverts, dan anxious introverts. Barbara Streisand, masuk dalam kategori shy extrovert (demam panggung parah), sedangkan Bill Gates adalah non-shy introvert, atau tidak peduli dengan persepsi sosial terhadap dirinya.
Introvert, dimaksudkan sebagai terlalu banyak pertimbangan/pemikiran karena desakan lingkungan (over stimulation), berbeda dengan shyness, yang merupakan kekhawatiran tidak diterima oleh lingkungan atau adanya cercaan/hinaan. Dalam suatu rapat, peserta penting yang tetap diam (seharusnya bicara) bisa diartikan dua hal: takut bicara (shy extrovert), atau terlalu banyak pertimbangan (introvert).
Untuk bantu memudahkan dalam mengetahui tipe personalitas kita, Susan membuat daftar pertanyaan, yang bila semakin banyak jawaban True, akan semakin cenderung bertipe Introvert:
  1. I prefer one-on-one conversations to group activities.
  2. I often prefer to express myself in writing.
  3. I enjoy solitude.
  4. I seem to care less than my peers about wealth, fame, and status.
  5. I dislike small talk, but I enjoy talking in depth about topics that matter to me.
  6. People tell me that I’m a good listener.
  7. I’m not a big risk-taker.
  8. I enjoy work that allows me to “dive in” with few interruptions.
  9. I like to celebrate birthdays on a small scale, with only one or two close friends or family members.
  10. People describe me as “soft-spoken” or “mellow.”
  11. I prefer not to show or discuss my work with others until it’s finished.
  12. I dislike conflict.
  13. I do my best work on my own.
  14. I tend to think before I speak.
  15. I feel drained after being out and about, even if I’ve enjoyed myself.
  16. I often let calls go through to voice mail.
  17. If I had to choose, I’d prefer a weekend with absolutely nothing to do to one with too many things scheduled.
  18. I don’t enjoy multitasking.
  19. I can concentrate easily.
  20. In classroom situations, I prefer lectures to seminars
Beberapan jawaban Susan tentang karakter Introvert pada bagian Q and A di akhir bukunya:
I was good at building loyal alliances, one-on-one, behind the scenes; I could close my door, concentrate, and get the work done well; and like many introverts, I tended to ask a lot of questions and listen intently to the answers, which is an invaluable tool in negotiation.
The cultural historian Warren Susman called a “Culture of Character,” which valued inner strength, integrity, and the good deeds you performed when no one was looking. You could cut an impressive figure by being quiet, reserved, and dignified.
Two seemingly contradictory qualities that benefit introverts: introverts like to be alone—and introverts enjoy being cooperative. Studies suggest that many of the most creative people are introverts, and this is partly because of their capacity for quiet. Introverts are careful, reflective thinkers who can tolerate the solitude that idea-generation requires. On the other hand, implementing good ideas requires cooperation, and introverts are more likely to prefer cooperative environments, while extroverts favor competitive ones.
Di dalam bab Pendahuluan ini sudah banyak sekali mencakup isi buku, babkan sudah mampu menjelaskan maksud penulisnya. Walaupun kasus-kasus di dalam baba-bab selanjutnya akan semakin memperjelas pemahaman kedua tipe personalitas tersebut, introvert-ekstrovert. Kurang-lebih tersedia 50 Catatan Kaki disertai keterangannya terdapat dalam setiap bab, lengkap dan rinci.
 Berikut ini adalah Daftar Isi buku:
INTRODUCTION: The North and South of Temperament
PART ONE: THE EXTROVERT IDEAL
1. THE RISE OF THE “MIGHTY LIKEABLE FELLOW”: How Extroversion Became the Cultural Ideal
2. THE MYTH OF CHARISMATIC LEADERSHIP: The Culture of Personality, a Hundred Years Later
3. WHEN COLLABORATION KILLS CREATIVITY: The Rise of the New Groupthink and the Power of Working Alone
PART TWO: YOUR BIOLOGY, YOUR SELF?
4. IS TEMPERAMENT DESTINY?: Nature, Nurture, and the Orchid Hypothesis
5. BEYOND TEMPERAMENT: The Role of Free Will (and the Secret of Public Speaking for Introverts)
6. “FRANKLIN WAS A POLITICIAN, BUT ELEANOR SPOKE OUT OF CONSCIENCE”: Why Cool Is Overrated
7. WHY DID WALL STREET CRASH AND WARREN BUFFETT PROSPER?: How Introverts and Extroverts Think (and Process Dopamine) Differently
PART THREE: DO ALL CULTURES HAVE AN EXTROVERT IDEAL?
8. SOFT POWER: Asian-Americans and the Extrovert Ideal PART FOUR: HOW TO LOVE, HOW TO WORK
9. WHEN SHOULD YOU ACT MORE EXTROVERTED THAN YOU REALLY ARE?
10. THE COMMUNICATION GAP: How to Talk to Members of the Opposite Type
11. ON COBBLERS AND GENERALS: How to Cultivate Quiet Kids in a World That Can’t Hear Them
CONCLUSION: Wonderland
  • A Note on the Dedication
  • A Note on the Words Introvert and Extrovert2
Di akhir bukunya, aktifitas dan capaian Susan Cain tertulis mengesankan:
SUSAN CAIN is the author of the instant New York Times bestseller Quiet: The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking, which has been translated into more than thirty languages. Her writing has appeared in the New York Times; Dallas Morning News; O, The Oprah Magazine; Time.com; and PsychologyToday.com. Cain has also spoken at Microsoft, Google, the U.S. Treasury, and at TED 2012. Since her TED talk was posted online, it has been viewed over three million times. She has appeared on national broadcast television and radio, including CBS’s This Morning, NPR’s All Things Considered, and NPR’s Diane Rehm, and her work has been featured on the cover of Time and in The New Yorker, The Atlantic, Wired, Fast Company, Real Simple, Fortune, Forbes, USA Today, the Washington Post, CNN.com, Slate.com, and many other publications. She is an honors graduate of Princeton and Harvard Law School. She lives in the Hudson River Valley with her husband and two sons.
Buku Quiet versi hardcopy bisa diperoleh di toko buku Periplus, atau Kindle untuk versi ebooknya (saya baca Kindle). Sangat menarik dan menyenangkan membacanya dari awal hingga akhir. Dan menurutku, buku ini termasuk literatur yang bisa membuat pembacanya mampu menjadi lebih bijak. Semoga.
Video:
4. Video lainnya, silahkan search “quiet” di youtube

Read Full Post »

%d blogger menyukai ini: