Berderet rumah kosong berwarna hijau di lingkungan lahan bukaan baru yang terasa gersang dan masih miskin akan pepohonan telah membuat kami tertarik untuk mendekatinya. Kecil dan sederhana saja modelnya, namun terasa cocok bagi kami yang beranak tunggal, sepertinya. Terbayang suatu saat akan hijau rindang bila semua rumah telah berdiri dan berpenghuni, ramai penuh anak sebaya bermain sepeda keliling perumahan ini. Melamun …
Alhamdulillah, tak lama berselang, kami diijinkanNya untuk memiliki rumah pilihan ini. Berada di dataran tinggi kabupaten Bogor yang cukup sejuk, rumah ini hanya menyediakan dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Mungil, namun damai membahagiakan. Pembangunan kamar pembantu dan renovasi dapur adalah prioritas utama sebelum kami menempatinya. Mulai angan2 kami berkembang untuk menentukan urutan prioritas kebutuhan barang2 kelengkapan rumah mungil ini. Anak kami masih berusia dua tahun saat itu. Di depan deretan Rumah Hijau masih berupa lahan kosong berisikan alang-alang, namun beruntung sudah ada tetangga tepat di kanan-kiri rumah kami.
Seiring waktu berjalan, lahan kosong di lingkungan rumah hijau itupun mulai dipenuhi dengan rumah baru penuh warga. Anak-anak sebaya semakin banyak, ramai penuh canda, bersepeda kecil keliling bersama. Rumah Hijau pun terimbas keramaian lingkungan, anak-anak berdatangan untuk main bersama.
Dua tahun kemudian, renovasi dilakukan untuk memperbaiki atap, mengganti genting, kusen, pintu dan plafon rumah. Dominan warna kayu telah menggantikan warna hijau kusen dan pintu asli rumah kami yang begitu melekat dalam benak. Pintu papan kayu telah menggantikan pintu hijau berbahan triplek. Gipsum bermotif, juga telah menggantikan asbes sebagai plafon rumah, tak lupa lampu gantung turut menghiasi ruang tamu. Pergola kayu pelindung mobilpun berdiri di depan rumah, bergelantungan bunga di bawah talangnya dengan kolam ikan kecil dari gerabah di sebelah. Taman kecil penuh bunga teratur rapi kebanggaan istri, terus terawat dan segar. Pagar kawatpun kami ganti dengan pagar besi melintang tanpa jeruji berbentuk panah atau tombak tajam menantang alam, berkesan ramah. Nyaman dan penuh syukur mengingat semuanya itu, serasa selalu berada di rumah baru, indah.
Sepuluh tahun kemudian, keindahan kecil pergola dan taman kecil itu terpaksa tergantikan oleh atap beton dan lantai berbatu tipis menutup seluruh halaman depan. Rumah Hijau telah berjasa melindungi kami selama ini, hingga terasa begitu nyaman berada di dalamnya.
Semoga semakin indah dan ramah Rumah Hijau ini, siapapun yang mendiaminya, karena tak lama lagi di akhir tahun 2012 ini, terpaksa kami harus meninggalkannya untuk masa depan yang lebih baik lagi.
Selamat tinggal Rumah Hijau…
Tinggalkan Balasan