Makan malam di resto Chef Chan yang berada di dalam sayap kanan gedung Museum Nasional Singapura, santai dan mengesankan.
Bangunan tua museum berwarna putih kokoh dikelilingi lapangan rumput luas itu tampak bersih rapi dan penuh sinar kuning terang, tercurah dari lampu sorot ribuan watt di taman, juga dari lampu gantung kristal dalam gedung yang menerobos jendela besar tertata rapi, memanjakan mata bagi yang suka bangunan tua. Mengingatkan Pintu Seribu di Semarang dan Kota Tua Jakarta. Sayang, keindahan cahaya kuning gedung sedikit terganggu dengan cahaya putih neonsign board berlogo Chan’s Chef di depan tangga masuk resto.
Menurut kawan yang menemani, museum ini dulu penuh dengan benda-benda bersejarah dari berbagai negeri tetangga, sekarang benda berharga tersebut telah banyak dikembalikan ke negara masing-masing sehingga terasa lengang, ruang tersisa. Bagian depan gedung utama juga ditempati sebuah restoran, terlihat rak di dinding penuh wine terlihat dari taman luar jendala, rapi. Nuansa klasik sangat terasa dalam gedung tua ini. Nyaman.
Malam itu kami dijamu berbagai makanan Kanton yang lezat, yang dihidangkan secara berurutan oleh para pelayan resto berkostum China. Terhidang di atas alas putih meja kotak berkursi delapan, masing-masing enam mangkok kecil berisi beberapa sambal, saos, cabai merah kecil, cabai merah besar, abon teri, kecap asin, juga cangkir kecil berisi teh tawar panas siap menyambut hidangan.
Pertama muncul satu mangkok sup bening panas bermacam jamur, disusul dengan menu kedua, sup ikan Cod segar putih tebal dengan kuah bening dan potongan daun bawang kecoklatan yang makin nikmat dengan tambahan kecap asin dan potongan cabe merah kecil. Tak lupa teh hangat melarutkan rasa di lidah. Dengan sigap pelayan resto menarik mangkok kosong dan meninggalkan sendok di meja serta menggantinya dengan hidangan ketiga berupa piring kecil berisi Sauteed Beef bersaus black pepper. Daging manis empuk tanpa lemak dan mudah dipotong, jadi menu andalan resto ini. Super lezat. Begitu habis, langsung digantikan menu keempat dengan mangkok kecil berisi satu daging gempal kepiting Srilanka, berkuah kuning dengan serpihan lembut daging kepiting. Uhh nikmat… Sambil ngobrol disela resapan teh tawar hangat isi-ulang, muncul santapan kelima, yaitu piring kecil berisi daging ayam empuk berkulit kering mudah lepas dan berkecap manis gurih, Crispy Roasted Chicken. Menu andalan kedua yang hampir mirip menu bebek panggang di resto Duck King Jakarta. Super lezat lagi.. Piring ditarik, muncul menu keenam, hidangan berat dalam mangkok kecil berisi nasi goreng Singapore, kuning pucat lepas (tidak pulen).. gurih enak tapi perut mulai full.. dan terakhir adalah penghibur lidah ketujuh berupa mangkok kecil berisi puding manis bertabur potongan kecil strawberry dan mangga mengkal asam. Wuihhh… full…
Karya seni penggores lidah.. sambil mengangkan tangan kanan dan menutupkan telunjuk ke jempol serta mengangkat tiga jari sisanya di depan bibir… Lazisss…
Tinggalkan Balasan