Prosesi Penerbangan Perdana Sriwijaya ke Silangit, Sumatera Utara 26 April 2016, didahului dengan beberapa sambutan dari Dirut Angkasa Pura 2, CEO Sriwijaya, Komisi 6 dan 11 DPR-RI, dan Plt. Gubernur Sumut, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng.

Ka-Ki: Pak Budi KS, Om Dimas W, om Firdaus Ali, Saya
Jam 7:30 Sriwijaya Air Boeing 737-500 terbang untuk pertama kalinya menuju bandara Silangit, Kab. Tapanuli Utara dari bandara Sutta. Pesawat penuh penumpang, termasuk para undangan

Om Sigit dan om Firdaus Ali
Inaugural Flight, Gub. Sumut tidak ikut, dan penumpang umum lainnya. Nasi Hainan yang pulen dan ayamnya yang empuk, juga puding dan coklat menjadi hidangan utama pada penerbangan kali ini. Enak. Selain Sriwijaya, maskapai Garuda, Wings dan Susi Air juga singgah di Silangit.
Mendekati bandara Silangit, daratan bergelombang terlihat hijau di bawah. Sawah hijau berteras datar dan sekumpulan pohon pinus di perbukitan tersebar dimana-mana, indah.

Ground Breaking oleh Dirut. Angkasa Pura II
Kira-kira setelah dua jam penerbangan, pesawat menyentuh landasan bandara Silangit. Para penyambut dan tenda penyambutan terlihat di halaman bandara. Acara adat dilakukan terhadap Dirut. Angkasa Pura 2, dipimpin tetua adat setempat dengan mengalungkan ulos, sarung, ikat kepala dan pedang dan diiringi musik tradisional. Ground Breaking dilakukan.
Mengunjungi Toba

Silangit – Muara
Dari Silangit menuju hotel kecil Sentosa, pinggir danau Toba bagian ujung selatan, di kota kecil (kampung?) Muara. Dijamu makan siang oleh Bupati Tapanuli Utara sambil menikmati danau Toba diiringi suara merdu penyanyi kawakan yang berasal dari Tapanuli, Victor Hutabarat. Jalan raya ke Muara, menuruni bukit, sempit dan rusak, sedang dalam proses
perbaikan, seringkali harus berhenti bila berpapasan dengan kendaraan lain.
Pemandangan khas sepanjang perjalanan adalah seringnya dijumpai bangunan makam tunggal berbentuk rumah kecil dengan patung orang berdiri di atasnya. Lokasi, ukuran dan indahnya makam menunjukkan tingkat ekonomi keluarga. Terlihat juga makam di puncak bukit, besar berdinding keramik, bersih dsn megah. Tanda salib juga menyertainya.

Silangit – Parapat

Pasar Balige
Jam 3 sore saat panas terik, kami berangkat menuju Parapat yang berlokasi di sebelah timur danau Toba, kembali melalui bandara Silangit. Jalan bagus kelas 2 dari Silangit menuju Parapat melewati Balige, ditempuh kira-kira 2 jam. Jslan raya kota Balige cukup padat, khususnya depan pasar utama yang berdesain etnik Sumatera Utara, indah.

Teluk Danau Toba dari Hotel Inna, Parapat
Jam 5 sore kami sampai di Parapat, adalah sebuah kelurahan di tepi teluk Danau Toba, kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, merupakan daerah wisata utama Danau Toba yang sejuk dan asri. Hotel Inna adalah tempat kami bermalam, yang menurut rekan sepetjalanan adalah bsngunan akhir tahun 60an. Betulkah? Hotel terdiri dari beberapa bangunan kanar terpisah menghadap danau, di lahan berkontur dengan jalan setapak yang rapi dan taman yang indah tertata. Serasa di Puncak, Bogor. Segar. Ingat, Danau Toba adalah kawah gunung berapi yang sudah mati di ketinggian. Banyak sekali speedboat di pinggir danau yang siap mengantar pengunjung berputar-putar sepanjang Parapat. Kami mampir

Rumah Bung Karno
sebentar di depan rumah Bung Karno untuk mengambil gambar. Pulau Samosir terlihat samar di tengah danau dari hotel, dan karena sudah senja, kami tidak sempat berkunjung ke Samosir yang membutuhkan kira-kira 1 jam menggunakan speedboat. Sambil menunggu maghrib, kami ngopi di ‘saung’ pinggir danau yang masih di area belakang hotel. Salah satu menu makanan hotel yang kami pesan adalah martabak. Gak lama menunggu, akhirnya pesanan datang. Ternyata martabak indomie ha ha ha .. enak juga sih. Dan sebagai bonus pesanan minuman panas adalah 4 potong singkong goreng kecil.
Makan malam, kami memilih untuk makan di luar hotel sambil melihat-lihat Parapat. Jalan raya gelap tanpa penerangan dan kami makan di resto Raja Minang, restoran besar, terang dan nyaman. Makanan enak, kami biasa menyebutnya masakan Padang. Gulai ikan nila. Sepertinya pasokan listrik di daerah ini kurang karena suara generator listrik banyak terdengar.
Membayangkan Danah Toba yang sudah jadi tujuan wisata sejak lama, bahkan Bung Karno pun ada rumah peristirahatan di sana, mestinya sudah semakin bersih, terang, indah tertata dan hidup saat ini. Seandainya tersedia jalan mulus beraspal keliling danau, mungkin bisa menjadi tujuan wisata olahraga bersepeda internasional. Mengagumkan, terbayang-bayang.. Kawan seiring yang pernah berkunjung dan bermain musik ke Toba di akhir tahun 60an mengatakan “Toba tak ada perubahan yang lebih baik, sebagai tujuan wisata”. Hidup segan, mati tak mau. Lesu. Kenapa ya? Semoga dengan terbentuknya Badan Otorita Danau Toba, percepatan pembangunan kawasan wisata Danau Toba segera bisa dilaksanakan sehingga tercapailah angan-angan kehadiran ‘Monaco of Asia’.
Jam 7 pagi tepat, kami checkout setelah sarapan. Nanas yang kami santap sangat manis sekali. Menurut kawan, nanas di wilayah Sumut memang terkenal enak. Kurang dari jam 9, sampai di bandara Silangit, ngopi sebentar di kios dan boarding 10:30 menggunakan Sriwijaya menuju bandara Sutta. Sampai jumpa lagi Danau Toba.
Catatan
- Detik.com: Sriwijaya Air Resmi Terbang ke Bandara Silangit, Tapanuli Utara
- Youtube.com: Video Danau Toba, diambil gambar dari Hotel Inna
- Terimakasih om Firdaus Ali yang sudah mengajak saya dalam kunjungan ini. Semoga bersedia ngajak saya lagi berkunjung ke daerah. 🙂
Tinggalkan Balasan