Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘BaraJP’

Bersama Fadjroel Rachman (FR) dan Davy Sumolang (DS), kami bertiga mengunjungi Manado untuk agenda Diskusi Nasional yang diselanggarakan oleh Alumni Perguruan Tinggi dan Cendekiawan Sulut, serta pertemuan dengan Tim BaraJP Sulut.

Diskusi Nasional JKW-JK, Manado

Diskusi Nasional JKW-JK, Manado

Sebagai wakil dari Komunitas Alumni ITB, FR menjadi pembicara utama bersama panelis lain yang mempunyai keahlian diberbagai bidang, seperti Lingkungan, Pers, Politik, Pertanian dll. Berbekal konsep Nawacita pada lokakarya Visi-Misi JKW-JK, 23 Mei 2014 yang dihadiri JK (mewakili JKW), FR dengan sangat jelas dan fasih, mempresentasikan banyak hal yang berkaitan dengan alasan-alasan tentang perlunya untuk memenangkan JKW-JK sebagai RI1 dan RI2 sebagai kelanjutan dari cita-cita reformasi 1998, Trisakti. Berita harian Manado Post di bawah akan menjelaskan proses diskusi tersebut. DS, dalam closing statement nya, menyoroti perilaku pemerintah yang sudah tidak lagi menjunjung tinggi UUD’45 tentang kewajibannya untuk melindungi segenap rakyatnya tanpa diskriminatif. Ajakan DS supaya menggunakan kesempatan pilpres 2014 untuk memilih JKW-JK disambut dengan teriakan bersemangat dari para hadirin “JKW-JK !!!”.

BaraJP Manado

BaraJP Manado

Selesai acara Diskusi Nasional, kami bertiga diundang oleh BaraJP Sulut (Jhon) untuk bersilaturahmi di Pasar Roda Manado, tempat masyarakat Manado bersantai minum kopi susu dengan makanan kecil pisang goreng dan nasi jaha. Para politikus Manado menjuluki tempat ini sebagai DPR-3, karena banyaknya pembicaraan politik di tempat ini dan banyaknya anggota DPR/DPRD yang ‘lahir’ dari tempat ini. Cukup mengharukan, melihat begitu antusiasnya mereka, yang terdiri dari mahasiswa, LSM, pedagang pasar dll., memberi dukungan untuk kemenangan JKW-JK sebagai RI1-RI2. Di lokasi yang panas, gaduh dan meja kursi sederhana ini, ide-ide program aksi pemenangan seringkali muncul dari tempat ini. Sangat militan.

Diskusi dengan pemrakasa Diskusi Nasional, Dr. Roy Mamengko, dr. Lili dan Dr. Fabian Manoppo kembali dilanjutkan di hotel Swiss-bel dan rumah makan pinggir pantai hingga larut malam.

Di bawah ini adalah hasil pemindaian koran Manado Post, 25 Mei 2014.

Jokowi-JK = Jokowi Jalan Kebenaran

Editor: Idham Malewa, Peliput: Didit Sjamsuri

Diskusi Nasional Manado

Diskusi Nasional Manado

DIALOG Nasional bertajuk ‘Indonesia Hebat’ yang digagas Alumni Perguruan Tinggi dan Cendekiawan Sulut sekaligus relawan Jokowi-Jusuf Kalla berlangsung dinamis. Beragam masalah kebangsaan terungkap di dialog yang digelar di Swiss bel-Hotel Maleosan Manado, Sabtu (24/5) siang. Dialog yang mengulas tantangan yang akan dihadapi Capres – Cawapres Jokowi-JK, lima tahun ke depan menampilkan pembicara Nasional dan Sulut.

Fadjroel Rachman SE MH, pegiat LSM nasional sekaligus simpatisan Jokowi-JK memaparkan Nawacita. Ia menyebut Nawacita menggambarkan visi misi duet yang diusung PDIP, PKB, NasDem dan Partai Hanura adalah cita-cita mahasiswa Trisakti pada reformasi 1998 lalu. Cita pertama kata Fadjrul menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh rakyat Indonesia. “Tanpa memandang ras, agama, dan warna kulitnya, dengan prinsip melindungi segenap bangsa,” papar Fadjrul yang mengenakan kemeja batik.

Yang kedua akan membuat pemerintah yang tidak absen, dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan berdaya saing. Tidak ada seorang pun dari 250 juta rakyat Indonesia yang akan ditinggalkan oleh Jokowi dan Jusuf Kalla,” ujarnya. Yang ketiga, kata aktivis yang konsisten dengan HAM dan demokrasi adalah membangun Indonesia dari pinggiran, sehingga memperkuat daerah-daerah dan desa di seluruh Indonesia. Tidak boleh ada desa yang tertinggal. Keempat, akan menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem, dan penegakan hukum yang bebas dari korupsi, bermartabat dan terpercaya.

Kelima, akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Indonesia merupakan negara nomor 10 perekonomian terbesar di dunia, “Namun jika anda lihat ada 19 orang yang memiliki kekayaan Rp334 trilyun. APBN kita 1.865 triliun, jadi hanya ada 19 konglomerat yang menguasai sepertiga dari APBN. Makanya Jokowi berjanji akan meningkatkan dan memeratakan perekonomian tersebut,” jelasnya. Keenam, akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. Dalam lima tahun, Jokowi-JK akan menciptakan 15 juta lapangan kerja, “Jadi akan menciptakan tujuh setengah lebih besar lapangan kerja dari yang dijanjikan oleh lawan mereka”, terangnya.

Selain Fadjroel, moderator Dr Roy Mamengko mengenalkan para pembicara lokal, di antaranya Suhendro Boroma, akademisi Dr. Ir. Veronika Kumurur, Prof Ishak Pulukadang, Pdt Dr. Jhon Weol, Rektor UNPI Jan Drs Polii. Pdt Dr Jhon Weol yang hobi menulis ini mengawali dengan masalah diskriminasi agama yang terjadi di Bogor, Jawa Barat yang menimpa jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jasmin. “Saya sudah berkali-kali memohon kepada Presiden SBY untuk memperhatikan Gereja Kristen Indonesida (GKI) Jasmin. Saya pernah berkata kepada presiden, “Tolong perhatikan GM jasmin. Mereka adalah saudara-saudara saya di dalam nama Tuhan Yesus”, jelas Weol sambil memuji pasangan Jokowi-JK.

“Saya dan kita semua ingin majukan Indonesia tanpa diskriminasi, dan majukan Jokowi-JK yang memiliki cita-cita untuk menjadikan negeri ini menjadi lebih baik. Karena mereka berdualah jalan kebenaran yang akan membawa Indonesia ke arah yang Iebih baik,” tambahnya. Perkataan Weol mendapat apresiasi para peserta dan pembicara yang hadir. Seorang peserta dialog Taufiq Tumbelaka mempertanyakan etika politik para politikus saat ini. Menurutnya para elit politik dan anggota parlemen terlihat tidak bagitu serius dalam menanggapi sejumlah masalah di negeri ini. “Kehebatan dan UUD 1945 adalah bukan dari penyusunannya, tapi UUD 45 ini lebih tulus disusun. Tidak seperti saat ini. Daripada bersaing untuk memperebutkan RI satu lebih baik bersatu untuk membangun Indonesia menjadi Iebih baik, karena kebersamaan merupakan sebuah kemewahan bagi saya,” jelasnya.

Prof Ishak Pulukadang dengan lebih netral mengungkapkan bahwa orang bakal memilih karena figure seorang tokoh. Era sekarang tidak lagi melihat mesin partai. Karena dalam figur itu, akan menceminkan ketokohan dan kemampuan dirinya dalam memimpin negeri ini ke depan. “Figur atau ketokohan dari seorang calon sangat penting, karena pada dasarya, orang akan memilih berdasarkan figur tersebut,” tutur Pulukadang.

Pembicara satu-satu perempuan yg dikenal sebagai akademisi Fakultas Teknik di bidang lingkungan dan arsitektur Dr. Ir. Veronika Kumurur. Enci Vero mengulas figur yang fokus untuk memperhatikan lingkungan. Menurutnya, segala bentuk kerusakan lingkungan di seluruh Indonesia merupakan kesengajaan, dan bukan terjadi dengan tiba-tiba. Yang disebabkan tangan-tangan manusia. “Semua bencana merupakan sebuah tabungan yang dipupuk oleh manusia dari sebuah kesengajaan. Dan keadaan sudah seperti ini, siapa yang susah karena secara otomatis, laju perekonomian akan terhenti”, jelas Kumurur.

Kumurur berharap figur pemimpin ke depan harus pro lingkungan. “Saya sangat berharap akan perubahan yang terjadi di seluruh Indonesia, baik di bidang ekonomi, kemasyarakatan dan lingkungan terutama untuk Indonesia yang baik,”.tambahnya.

Enci Vero menjelaskan masyarakat harus memilih orang-orang yang paham dengan situasi saat ini, dan mengerti dengan pemerintahan. Karena selama ini banyak kebijakan yang tidak pro rakyat. “Indonesia merupakan negara terbesar secara luas dan ini harusnya dipahami oleh sejumlah politikus yang bakal mencalonkan diri. Tidak seenaknya mernbuat kebijakan, tanpa melakukan kajian terlebih dahulu,” pungkasnya.

Seorang tokoh masyarakat Minahasa Utara mengungkapkan sikap pemerintah yang tidak pro rakyat, hanya mementingkan pendapatan daerah semata. “Di daerah Minahasa Utara saat ini, ada investor yang ingin membangun tambang pasir besi di Pulau Bangka, dan ini merupakan keputusan dari pemerintah tanpa memikirkan dampak kerusakan lingkungan,” jelasnya. Johny Kalang, simpatisan PDIP dengan bersemangat mengungkapkan bahwa JK merupakan tokoh yang baik dan agamis, hanya saja ada beberapa kelompok orang yang memberi pandangan buruk terhadapnya. “JK merupakan orang yang sangat taat beribadah. Saya pernah bertemu dengannya sekali, dan dia hanya memberi pandangan bahwa apapun agamamu, yang penting taat dan patuhilah semua yang diwajibkan oleh Tuhan dalam beragama, seperti dirinya yang selalu taat beribadah menurut agama Islam. Saya pikir memang cocok JK berpasangan dengan Jokowi,” ungkapnya.

Drs. Jan WG Polii, Rektor UNPT mengatakan, harusnya ada pendidikan politik. Dengan demikian kita bisa tahu akan hak, dan demikian juga dengan pemerintah, yang tabu akan kewajibannya. “Siapapun yang menang, harus mendukung yang kalah, dan membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi dalam menghadapi kehiduppan berbangsa dan bernegara, tanpa harus saling bermusuhan”, jelas Polii.

Read Full Post »