
…
Artikel di harian Inggris, Independent 5 Juni 2016, yang berjudul “Donald Trump: Is this why the controversial Republican candidate keeps winning?”, Max Ehrenfreund menulis tentang rhetorika Trump yang membangkitkan rasa ketakutan bawah sadar masyarakat AS akan kematian, karena ancaman terorisme dan serbuan imigrasi, berhasil menaikkan dukungan sebesar 1,66 poin (skala 5).
…
Sehubungan dengan artikel-artikel sejenis diatas dan isu-isu Neurosciences atau Neuromarketing yang sedang hangat di AS, khususnya sejak Trump menggunakan Social Neurosciences untuk membantu pemenangan pilpres disana, buku The Brain That Changes Itself karya Norman Doidge M.D., yang diterbitkan oleh Penguin 2007, menjadi pilihan acuan untuk memuaskan keingintahuan.
…
Dalam Kata Pengantar, Doidge menuturkan bahwa buku ini menjelaskan tentang penemuan revolusioner atas kemampuan Otak untuk mengubah dirinya sendiri, sehingga tidak tetap (fixed) seperti yang pernah diperkirakan sebelumnya. Saat itu mainstream neurosains berpendapat bahwa kerusakan atau cacat otak sejak bayi, tak akan tersembuhkan selama hidupnya. Keyakinan tersebut didasarkan atas 3 hal, yaitu bahwa: jarang terjadi kesembuhan 100% dari kerusakan otak, ketidak-mampuan meneliti aktifitas mikroskopis kehidupan otak, dan kepercayaan bahwa otak ibarat mesin yang tak pernah tumbuh atau mampu memperbaiki dirinya sendiri. Seringkali otak juga dianggap sama dengan komputer, yang kapasitas hardwarenya tidak berkembang dengan sendirinya, sehingga muncul istilah hardwire dengan konstruksi koneksitas dan fungsi otak yang tak berubah.
…
Akhir 1960an, Doidge sebagai psikiatris dan psikoanalis mulai berhubungan dengan para ahli neurosains yang sedang hangat mendiskusikan tentang neuroplasticity.
…

…
…
Bab 1. A Woman Perpetually Falling…
Rescued by the Man Who Discovered the Plasticity of Our Senses
Kasus seorang perempuan yang tak mampu berdiri tenang karena terganggu otak keseimbangannya sehingga merasakan dunia yang seolah berputar, dan bagaimana mengatasinya, menjadi contoh pertama kasus neuroplastisitas yang disajikan Doidge.
…
Cheryl Schiltz, perempuan yang mengalami gangguan vestibular apparatus, sensor keseimbangn tubuh. Rasa akan jatuh selalu dirasakannya, bahkan ketika tubuh sudah terbaring di lantai. Posisi tubuhnya selalu dalam keadaan berjaga-jaga dengan kaki merenggang dan tangan terentang mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Menderita. Gangguan psikologis yang sering menyebabkan penderita ingin bunuh diri. Keseimbangan tubuh adalah kemampuan yang sangat penting dalam hidup kita, namun tak sepenuhnya kita sadari, bahkan tidak masuk dalam kelompok pancaindera, hingga kemampuan itu terganggu.
…
Menurut Cheryl, dirinya pernah mengkonsumsi obat antiabiotik Gentamicin melebihi dosis yang dibutuhkan. Efek samping samping Obat ini, dapat menyebabkan masalah ginjal dan kerusakan saraf serius, berakhir dengan tuli permanen dan masalah keseimbangan.
…
Paul Bach-y-Rita banyak disebut dalam bab ini karena keahliannya tentang neuroplastisitas, yang mampu mensiasati gangguan vestibular aparatus Cheryl Schiltz hingga mampu berdiri tegak kembali dengan mantab, tanpa merasa khawatir akan jatuh. Konsep neuroplastisitas yang dipergunakan Paul Bach-y-Rita adalah bahwa fungsi neuron yang rusak/terganggu, dapat diambil atau digantikan oleh neuron lainnya. “one function, NOT one location”.
…
…
Bab 2. Building Herself a Better Brain
A Woman Labeled “Retarded” Discovers How to Heal Herself
Barbara Arrowsmith Young, lahir di Toronto, Canada 1951, mempunyai kemampuan memori audio dan visualnya sangat bagus, frontal lobe berkembang bagus. Namun otaknya “asimetris”, yang berarti bahwa kemampuan yang luarbiasa tersebut berdampingan dengan area keterbelakangan. Barbara mengalami kesulitan logika sebab-akibat, merangkai kata, lamban berpikir real-time, kontrol spasial dan sulit berbicara (Broca area).
…

…
Mengetahui hasil penelitian Rosenzweig tersebut, Barbara giat berlatih sendiri untuk memperbaiki otaknya. Dan memang Barbara berhasil memperbaiki logika, dan dapat berkomunikas real-time tanpa kesulitan. Sukses.
…
…
3. Redesigning the Brain
A Scientist Changes Brains to Sharpen Perception and Memory, Increase Speed of Thought, and Heal Learning Problems
Pada bab ini Penulis menjelaskan tentang adanya ilmuwan neurosains yang berhasil melakukan therapi syaraf untuk mempertajam ingatan dan persepsi, juga meningkatkan kecepatan berpikir dan mengatasi masalah kesulitan belajar.
…
Michael Merzenich, 61 tahun, peneliti neuroplatisitas ternama, mempunyai keahlian meningkatkan kesadaran dan kemampuan berpikir seseorang dengan cara melatih otak dibagian tertentu, atau brain maps. Melalui penelitiannya, dia meyakini bahwa otak manusia mampu mengubah sendiri stuktur dan fungsinya (neueoplastisitas). Berbasis konsep neuroplatisitas inilah Merzenich berhasil membantu anak-anak berkesulitan belajar, hingga mampu meningkatkan aspek kognitif dan perseptifnya. Menurutnya, dengan melatih keahlian baru secara disiplin dan sangat terkontrol, akan dapat mengubah ratusan juta, bahkan milyaran koneksi antar sel-sel syaraf dalam jaringan otak (brain maps). Beberapa kasus, seseorang yang menderita kesulitan kognitif selama hidupnya, mampu menjadi lebih baik setelah mendapat therapi selama 30 hingga 60 jam saja. Program therapi tersebut juga mampu membantu anak-anak autis. Namun demikian, perubahan itu akan semakin sulit bila pelatihan dilakukan dimasa tua, karena sudah melewati critical period.
…
Critical period adalah konsep tentang rentang waktu kemampuan otak untuk tetap mampu mengubah struktur dan fungsi dirinya, yaitu pada masa anak-anak, semakin tua maka semakin rendah plastisitas otak. Kemampuan berbahasa mempunyai critical period yang dimulai saat masih kanak-kanak dan akan berhenti antara usia 8 tahun hingga saat pubertas. Setelah lewat masa critical period, kemampuan seseorang untuk belajar bahasa kedua, yang tidak diolah di bagian otak yang sama seperti halnya bahasa ibu, semakin terbatas. Namun demikian, justru menjadi lebih baik bagi usia dewasa untuk mulai belajar bahasa kedua untuk meningkatkan kemampuan ingatan, karena dituntut lebih fokus sehingga melatih plastisitas otak yang sudah mulai menurun.
…
…
4. Acquiring Tastes and Loves
What Neuroplasticity Teaches Us
Pada bab ini Doidge banyak mengacu pada pendapat Sigmund Freud tentang perkembangan psikologi anak yang berhubungan dengan aspek seksual.
…
Menurut Freud, “The sexual instincts are noticeable to us for their plasticity, their capacity for altering their aims”. Ini merupakan salah satu kontribusi penting Freud dalam pemahaman ilmu syaraf otak, yaitu tentang adanya masa critical periods untuk plastisitas seksual.
…
Menurut Freud, pelecehan seksual terhadap anak-anak akan sangat membekas atau traumatik, mengingat berada pada masa critical period, yang akan mempengaruhi sikap, pandangan bahkan orientasi seksual anak di kemudian hari. Sebuah badan penelitian di AS mengkonfirmasi pendapat Freud bahwa bila relasi sosial masa kecil seseorang mengalami masalah, akan “mengendap” dalam otak anak-anak tersebut dan berdampak pada masa dewasanya. Banyak Embryologist berpendapat bahwa perkembangan sistem syaraf otak dimulai sejak masa embrio, sehingga bila terjadi gangguan pada masa tersebut, akan sangat berdampak pada sisa kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa pendapat Freud tentang perkembangan seksual pada masa pertumbuhan awal manusia, sesuai dengan konsep critical periods, dimana pada rentang waktu tertentu di masa kecil, perkembangan sistem dan peta otak baru banyak dipengaruhi stimulasi oleh orang-orang disekitarnya.
…
…
5. Midnight Resurrections
Stroke Victims Learn to Move and Speak Again
Bab ini bercerita tentang penelitian Edward Taub terhadap penderita stroke yang bisa disembuhkan, karena prinsip neuroplastisitas, “use it or lose it”. Therapi yang disiplin, sabar dan menerus ternyata mampu menyembuhkan. Edward Taub, mahasiswa Kedokteran di Universitas New York, berhasil memperoleh Ph.D nya melalui penelitian terhadap penyembuhan kera yang lumpuh salah satu lengannya melalui therapi neurosains. Proses penyembuhan dari penelitian Taub ini membuktikan bahwa neuroplastisitas mampu digunakan untuk therapi penyembuhan penderita stroke.
…
Stroke adalah serangan keras mendadak terhadap otak, dari dalam, akibat penyumbatan pembuluh darah arteri sehingga memutus pasokan oksigen ke otak. Stroke menjadi penyebab utama disability kaum dewasa saat ini. Dokter ahli di Ruang Tanggap Darurat mungkin saja masih mampu untuk mencegah akibat stroke lebih lanjut pada pasien stroke, dengan cara membuka penyumbatan pembuluh darah atau menghentikan pendarahan otak, namun bila kerusakan telah mulai terjadi, bahkan pengobatan pun akan sedikit membantu untuk dapat menyembuhkan seketika. Pada beberapa penderita stroke, mereka mampu sembuh dengan berlatih sendiri, namun begitu mereka berhenti, maka bahkan therapi tradisional pun akan susah membantunya.
…
…
Bab 6 Brain Lock Unlocked
Using Plasticity to Stop Worries, Obsessions, Compulsions, and Bad Habits.
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah kelainan psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran obsesif dan perilaku yang bersifat kompulsif. OCD ini termasuk gangguan psikis yang paling sering dialami seseorang selain phobias, post-traumatic stress disorders, dan panic attacks. Kekhawatiran akut sering dirasakan penderita OCD, seperti khawatir akan sakit, anak akan celaka, pintu belum terkunci, membunuh anak tanpa sengaja, merasa tidak nyaman karena lukisan yang tergantung miring, dsb. Semakin penderita OCD memikirkan kekhawatirannya, maka semakin terbenam dia terhadap ketakutannya, dan sulit melepaskannya.
…
Gangguan OCD sulit disembuhkan. Medikasi dan therapi perilaku (behaviour therapy) hanya mampu mengurangi penderitaan, tidak menyembuhkan. Jeffrey M. Schwartz telah mengembangkan penanganan yang efektif berbasis neuroplastisitas, yang mampu membantu tidak hanya untuk penderita OCD, namun juga untuk kita semua yang selalu merasa khawatir terhadap banyak hal yang tak nyata setiap harinya.
…
Pada bab ini Jeffrey M. Schwartz, dalam bahasa awam, sangat bagus menjelaskan tentang penyebab, proses dan adanya tiga bagian otak yang hiperaktif (orbital frontal cortex, cingulate gyrus, caudate nucleus), sehingga menyebabkan terjadinya gangguan OCD, serta bagaimana mengatasinya.
…
Pada umumnya, ada tiga hal yang terjadi bila kita membuat kesalahan, yaitu perasaan bersalah, bingung dan bermaksud memperbaikinya, kemudian berhasil memperbaiki, perasaan lega, selesai dan lanjut dengan aktifitas berikutnya (move on). Pada penderita OCD, perasaan bersalah dan kebingungan terus berlanjut tanpa bisa move on, walaupun telah sukses memperbaiki kesalahan. Gejala ini yang disebut Schwartz sebagai OCD Brain Lock, karena ada bagian otak yang hiperaktif dan tetap on (locked). Contoh, kekhawatiran menerus karena perasaan bersalah belum mematikan kompor di rumah, walaupun kemudian sudah mematikannya. Penyebab OCD Brain Lock bisa banyak hal, salah satunya genetis. Namun bisa juga disebabkan karena infeksi pada caudate nucleus. Pelatihan atau therapi dapat menyembuhkannya.
…
Schwartz mendidik para pasiennya untuk dapat membedakan antara Bentuk umum OCD, yaitu Khawatir, yang terus mendesak masuk dalam pikiran sadarnya, dan Isi dari obsesinya (khawatir racun, penyakit, matikan kompor, dsb.). Semakin penderita fokus pada Isi, maka kondisi OCD akan semakin buruk. Perlu ada pendamping untuk selalu mengingatkan supaya fokus pada aktifitas positif yang menyenangkan dan tidak larut dalam Isi (content) OCD. Tidak mudah, namun terbukti memang bisa disembuhkan. Use it or lose it.
…
…
Bab 7 Pain
Rasa sakit, senang, nyeri bahkan orgasme semua ada di otak. Ini dibuktikan dengan banyaknya laporan medis yang mengatakan adanya keluhan rasa sakit di bagian badan yang sebetulnya sudah diamputasi karena suatu hal, “Phantom Limbs”. Ramachandran, Neurologist, menggunakan konsep ‘plastisitas otak’ untuk mengatur ulang pemikiran kita. Dia menunjukkan bahwa kita mampu mengatur ulang ‘isi’ otak kita melalui pelatihan yang benar, tanpa rasa sakit dengan menggunakan imajinasi dan persepsi.
…
Pada umumnya, setelah signal rasa sakit dikirim ke otak dari lokasi cedera/penyakit pada tubuh, maka kemudian terasalah sakit itu di tempat cedera. Namun, bisa terjadi, cedera merusak jaringan tubuh dan juga syaraf di sistem perasa otak yang menyebabkan “neuropathic pain”. Ketika peta perasa sakit di otak, rusak/terganggu atau terinvasi hingga signal rasa sakit terus “berbunyi”, menyebabkan kita merasa cedera itu masih terus ada, sedangkan sebetulnya masalah terjadi di otak. Inilah yang terjadi dengan “phantom limbs”, luka di ujung jari seolah masih terjadi walaupun lengan tangan sudah teramputasi. Phantom limbs akut hingga menjadi “phantom pain”, dirasakan oleh 95% dari total pasien amputasi, dan ini mengkonfirmasi adanya korelasi pengubahan jumlah plastisitas otak dengan pengalaman penderita “phantom pain”.
…
Ramachandran berpendapat bahwa terjadinya gangguan/invasi peta rasa sakit disebabkan adanya perkembangan koneksi jaringan baru. Bila terjadi hilangnya anggota badan, ia meyakini bahwa peta otak kekurangan pasokan stimulasi, yang selanjutnya melepaskan penyebab pertumbuhan syaraf, sehingga berdampak pada hadirnya neuron dari peta-peta terdekatnya, dan memancarkan signal ke dalamnya. Selain itu, peta rasa tidak hanya mengkerut, namun juga terjadi kekacauan fungsi atau bahkan bisa tidak berfungsi.
…
…
Bab 8 Imagination
Di Laboratorium stimulasi magnetik otak, Boston, pernah dilskuksn percobaan untuk membuktikan bahwa antomi otak bisa diubah, dengan melakuksn pelatihan imaginasi. Sepersngkat alat kecil diletakkan di sebelah kiri kepala Doidge. Alat tersebut memancarkan transcranial magnetic stimulation (TMS) dan akan mempengaruhi perilaku. Di dalam alat tersebut terdapat kumparan kabel tembaga yang akan menghasilkan medan magnet, ketika arus listrik dialirkan, dan gelombang elektromagnet mengalir menembus jaringan otak melalui axon (sejenis kabel syaraf) hingga mencapai jaringan respon motor tangan di lapisan terluar cerebral cortex. Setiap kali medan magnet dipancarkan oleh alat tersebut, maka empat jari ntangan kanan akan bergerak, karena stimulasi dilakukan terhadap 0.5 cm kubik pada bagian otak yang berisi jutaan sel, jaringan respon motor tangan. Untuk kebutuhan permanen, elektrode kecil bisa ditempatkan dalam jaringan otak melalui pembedahan tengkorak untuk menstimulasi motor atau sensor cortex.
…
Catatan:
An axon or nerve fiber, is a long, slender projection of a nerve cell, or neuron, that typically conducts electrical impulses known as action potentials, away from the nerve cell body. The function of the axon is to transmit information to different neurons, muscles, and glands.
…
Pascual-Leone adalah yang pertama menggunakan TMS untuk memetakan bagian-bagian respon otak, bisa untuk menghidupkan area otak, atau bahkan menutupnya, bergantung besarnya intensitas atau frekuensi yang dipergunakan. Untuk memastikan fungsi spesifik sebagian area otak, TMS dipergunakan untuk mematikan sementara area otak tersebut dan pengamatan dilakukan untuk mengetahui fungsi mental yang tidak bekerja. Dia juga melakukan pengamatan terhadap difabel buta yang mempelajari huruf Braille. Hasil TMS dalam pemetaan otak menunjukkan bahwa peta area jari-jari yang dipergunakan untuk membaca huruf Braille, lebih luas daripada peta area jari-jari lainnya, bahkan peta area motor juga meningkat seiring dengan semakin bertambahnya kecepatan membaca jumlah kata per satuan waktu. Peningkatan ini mengkonfirmasi bahwa pelatihan hal baru, akan meningkatkan plastisitas otak (neuroplasticity).
…
Pascual-Leone juga melakukan percobaan untuk mengamati pelatihan imajinasi hingga mampu mengubah struktur dan fungsi otak. Dua group pelatihan bermain organ terdiri dari satu group “mental practice”, hanya melakukan stimulasi gerak tanpa keyboard, dan group “physical practice” yang menggunakan keyboard sebenarnya. Masing-masing mendapatkan waktu pelatihan yang sama, 5 hari dan pemetaan otak dilakukan sebelum dan setelah pelatihan setiap harinya. Hasil setelah 5 hari menunjukkan keduanya mengalami perubahan yang sama pada peta otak dan signal motor ke otot-otot. Tingkat akurasi dua group tersebut juga sama, pada hari ketiga. Namun, perubahan setelah hari ke-5 menunjukkan bahwa kemajuan mental practice tidak sebagus physical practice. Ketika mental practice mendapatkan 2 jam tambahan waktu berlatih, menunjukkan hasil yang sama dengan physical practice saat berlatih 5 hari. Ini bisa disimpulkan bahwa mental practice merupakan cara efektif untuk nerlatih keahlian fisik.
…
Anatoly Sharansky, aktifis HAM Uni Soviet, dipenjara selama 9 tahun dengan tuduhan sebagai mata-mata AS. Untuk menjaga kemampuan berpikir, dia berlatih catur dalam bayangan (tanpa papan catur), “mental chess”. Setelah bebas, Sharansky menjadi menteri di kabinet Israel dan ketika Garry Kasparov bermain catur melawan Perdana Menteri dan menteri-enteri kabinetnya, hanya Sharansky yang tak terkalahkan.
…
Rüdiger Gamm, Pemuda Jerman yang dikenal sebagai manusia kalkulator karena kemampuan menghitung cepat. Sejak usia 24 tahun dia berlatih komputasi empat jam per hari hingga mampu menghitung cepat perkalian yang rumit. Dan menjadi kaya karenanya dengan seringnya tampil di televisi. Anders Ericsson, psikolog yang ahli dalam bidang pengembangan keahlian, berpendapat bahwa manusia sejenis Gamm, menggunakan memori jangka-panjang untuk menyelesaikan masalah matematik, sementara manusia pada umumnya menggunakan memori jangka pendek. Seorang genius tidak menyimpan jawaban dalam otaknya, namun menyimpan “kunci” atau strategi untuk membantu menjawabnya.
…
…
9. Turning Our Ghosts into Ancestors
Psychoanalysis as a Neuroplastic Therapy

…
Tahun 1895 Freud menyelesaikan penelitian “Project for a Scientific Psychology”, yang hingga kini masih banyak dikagumi oleh para ahli psikologi, yaitu salah satu model neurosains yang komprehensif untuk mengintegrasikan antara otak dan pikiran. Freud menjelaskan tentang synapse yang bisa berubah karena proses pembelajaran. Dia juga mulai memperkenalkan tentang ide-ide neuroplastisitas.
…
…
10. Rejuvenation
The Discovery of the Neuronal Stem Cell and Lessons for Preserving Our Brains
Bagian ini tentang usaha keras seorang Dr. Stanley Karansky, yang berusia 90 tahun dan pernah mangalami operasi jantung, dalam melatih plastisitas otak untuk menghindari penurunan kognitif/memory menggunakan uji pendengaran melalui aplikasi komputer, juga berbagai aktifitas seperti diskusi atau travelling, dan menghindari hal-hal detail yang rumit. Aktifitas fisik, selain untuk membentuk neuron baru, juga untuk merawat kesehatan otak dengan memenuhi pasokan oksigen. Menurutnya, dia tidak sepenuhnya termasuk orang yang optimis, namun menyadari sepenuhnya bahwa banyak hal bisa terjadi dan diluar kontrol dirinya. Yang bisa dipelajari dan dilakukannya adalah merespon kondisi yang ada, untuk itu diperlukan banyak pelatihan. Setelah 7 minggu pelatihan, ia merasakan lebih responsif, aktif dan cekatan. Dengan berbagai bukti penelitian yang ditulis pada bab ini, pertumbuhan sel syaraf adalah nyata.
…
…
11. More than the Sum of Her Parts
A Woman Shows Us How Radically Plastic the Brain Can Be
Bab ini tentang perjuangan hidup seorang perempuan 29 tahun, Michelle, dengan otak kiri yang tidak berkembang sejak masih berada dalam rahim ibunya. Dia mampu berbicara normal dan bekerja paruh waktu karena peran normal otak kiri telah diambil alih oleh otak kanannya. Terbukti doktrin Localizationism, yang meyakini bahwa setiap titik dalam otak punya peran tetap dan tak tergantikan, adalah salah. Neuroplasticisity adalah benar adanya. Kekurangan yang dialami adalah mudah tersesat dan kesulitan memahami hal-hal abstrak, namun mempunyai kemampuan luar biasa dalam hal ingatan dan perhitungan matematis. Normal dalam merasakan cinta, doa, bicara, membaca juga mampu memahami berita. Mengingat aktifitas motorik tubuh bagian kanan, banyak dikontrol oleh otak kiri, dan Michelle bermasalah dengan otak kiri, maka sering kesulitan melihat obyek di sebelah kanannya. Hukum plastisitas, yang mampu mengatur/memperbaiki fungsi otak dengan sendirinya, berlaku dalam dirinya, hingga dia mempunyai pendengaran yang sensitif dan sangat tajam.
…
…
Appendix 1 The Culturally Modified Brain
Not Only Does the Brain Shape Culture, Culture Shapes the Brain
…
Penelitian neuroplastisitas menunjukkan bahwa setiap aktifitas yang telah dipetakan dalam otak, seperti aktifitas fisik, aktifitas sensorik, pembelajaran, berpikir dan berimajinasi, akan mengubah struktur dan fungsi otak. Termasuk juga di dalamnya adalah aktifitas kebudayaan, seperti membaca, berkesenian, berbahasa, dll. Maka muncul istilah The Culturally Modified Brain, dimana hubungan antara otak dan kultur adalah timbal-balik, yaitu sejauh terjadi tindak atau rangsangan kultural, maka akan terjadi juga respon atau perubahan struktural otak. Sebaliknya, akibat kerja otak, maka terjadilah perubahan kultur.
…
Cultural Activities Change Brain Structure
Foto otak musikus menunjukkan bahwa mereka mempunyai beberapa area pada otak (motor cortex dan cerebellum) yang berbeda dengan otak nonmusicians. Semakin sering seorang musikus berlatih, semakin besar peta otak kiri yang berhubungan dengan kemampuan respon berkesenian.
…
Are Our Brains Stuck in the Pleistocene Age?
Dalam kaitan dengan kehidupan sosial, pertanyaan dalam bab ini menjadi menarik, mengingat masih adanya pemikiran dalam dunia pengobatan dan sains, bahwa anatomi otak adalah tetap, tidak berubah terhadap waktu (fixed). Teori bahwa otak tidak berubah ini berujung pada pendapat bahwa bila otak atau mental sudah bermasalah/terganggu pada saat masih bayi, maka akan tetap demikian selama hidupnya. Stigmatisasi sosial terhadap retardasi mental akan terjadi, bahkan sejak seseorang masih bayi.
…
Para pemburu-pengumpul sejak zaman Pleistocen mempunya struktur dan fungsi otak yang plastis, terus berubah fisik dan fungsinya. Dinamis menjawab rangsangan lingkungannya, tidak tetap atau diam (fixed). Setiap saat kita belajar hal baru atau mengembangkan kemampuan yang ada, termasuk berkembangnya kebudayaan modern yang semakin menuntut kemampuan spesialisasi, maka berubah pulalah struktur dan fungsi otak kita. Bila kultur tercipta karena kerja otak, maka demikian pula sebaliknya, kultur akan mengubah struktur dan fungsi jaringan otak.
…
Why Human Beings Became the Preeminent Bearers of Culture
Ahli neurosains, Robert Sapolsky berpendapat bahwa antara manusia dan simpanze hanya dibedakan sedikit varian genetis, atau mempunyai kesamaan DNA hingga 98%. Perbedaan ada pada kemampuan gen manusia yang mampu membentuk neuron jauh lebih banyak, 100 milyaran neuron, daripada simpanze. Hal ini yang menyebabkan ukuran otak simpanze hanya 1/3 volume otak manusia. Seperti halnya otak manusia, otak simpanzee pun juga bersifat plastis, namun jumlah neuron yang jauh lebih banyak pada otak manusia, menyebabkan jumlah jaringan koneksitas neuron otak manusia justru semakin jauh lebih banyak, berbeda secara exponensial dengan jumlah jaringan pada otak simpanze. Setiap neuron bisa berkoneksi dengan ribuan neuron lainnya.
…
Cortex manusia mempunyai 30 milyar neuron, dan ini bisa membentuk 1 juta milyar koneksi synaptic (lihat video Transmission across a synapse). Jaringan koneksi yang sedemikian luas itulah yang menyebabkan otak manusia mempunyai julukan sebagai benda hidup yang paling rumit di jagad raya ini. Dan oleh karenanya, ia mampu melakukan perubahan mikrostruktur secara berkelanjutan, dan juga mampu melakukan begitu banyak fungsi dan perilaku yang berbeda, termasuk aktivitas budaya yang berbeda.
…
Gerald Edelman, ahli biologi, pemenang hadiah Nobel untuk bidang Physiology 1972, berpendapat bahwa bagian-bagian kecil terpisah dari berbagai komponen heterogen yang independen, bila saling terkoneksi, akan terintegrasi dan menghasilkan fungsi baru. Bila kehilangan kemampuan salah satu indera, misal pendengaran, maka indera perasa lainnya akan semakin aktif untuk ambil alih fungsi indera pendengar. Bahkan, sensitifitasnya semakin tinggi kuantitas dan kualitas pengolahan pasokan signalnya, mampu mendengar dengan otak (bukan dengan telinga). Misalnya, mampu membaca gerak bibir lawan bicara sebagai alat komunikasi pengganti telinga, lebih mudah daripada orang biasa. Perubahan satu modul otak, pendengaran, akan menyebabkan perubahan struktur dan fungsi modul lain (misal modul penglihatan), sehingga kehilangan kemampuan pendengaran bisa ditanggulangi dengan lebih berfungsinya penglihatan.
…
When the Brain Is Caught Between Two Cultures
Perubahan budaya atau kultur yang terjadi karena perpindahan domisili atau migrasi, merupakan hal tersulit yang butuh usaha keras dalam otak kita untuk menyesuaikannya. Tanpa disadari, segala tindakan atau respon kita sehari-hari, – misalnya cara berbicara, berkomunikasi, selera makan, musik dan semua tindakan lain yg selama ini dilakukan tanpa berpikir – sebenarnya terbentuk dalam otak dalam proses yang lama dan menerus sehingga mengubah struktur/fungsi jaringan otak (brain maps) dan menyebabkan respon tindakan keseharian seolah terjadi secara natural. Perubahan kultur menyebabkan kesadaran bahwa semua respon tindakan butuh ‘pelatihan otak’ supaya terbentuk brain maps baru. Culture shock is brain shock.
…
Neuroplasticity and Social Rigidity
Seiring bertambahnya usia, neuroplastisitas semakin rendah, atau semakin sulit merespon aktifitas semesta. Penelitian menunjukkan bahwa seseorang cenderung mengabaikan atau melupakan, atau bahkan mendiskreditkan informasi yang tidak sesuai dengan keyakinan atau persepsi yang dipunyainya, karena membutuhkan usaha pemikiran kritis untuk meresponnya. Atau, lebih tepatnya, lebih nyaman dengan mempertahankan strukstur yang sudah ada dalam jaringan otaknya. Bila ada perbedaan antara struktur internal neurocognitive dengan realitas dunia, maka seseorang cenderung berpikir untuk mengubah realitas. Disini Wexler berpendapat bahwa dalam era glibalisasi, yang seringkali terjadi konflik budaya, akan menyebabkan banyak frustrasi sosial karena sudah rendahnya neuroplastisitas.
…
Bruce Wexler, psychiatrist dan peneliti dari Yale University berpendapat bahwa di masa kecil, otak kita akan terbentuk dengan mudah untuk dapat berreaksi terhadap segala aksi semesta dengan berkembangnya struktur neuropsychologi, termasuk di dalamnya adalah kemampuan menangkap gambaran dan repersentasi dari jagad-raya ini. Struktur tersebut membentuk basis jaringan sel syaraf otak sehingga dapat berpersepsi, berperilaku dan berkeyakinan bahkan sampai hal yang rumit, seperti berideologi. Bila struktur tersebut dibentuk sejak kecil dalam proses yang lama, maka akan mengendap dengan sendirinya dan menjadi apa yang biasa disebut sebagai ‘bawah sadar’, yang seolah natural.
…
Wexler juga menegaskan bahwa meskipun daya plastisitas otak semakin berkurang seiring bertambahnya usia, namun identitas seseorang masih dapat diubah sesuai hukum neuroplastisitas, menggunakan cara yang biasa disebut brain washing. Dengan,demikian, seseorang dapat ‘dihancurkan’ (identitas dirinya), untuk kemudian dibangun kembali, atau setidaknya ditambahkan struktur neurocognitifnya, melalui pelatihan massal yang ketat terkontrol dalam kondisi reward/punishment.
…
A Vulnerable Brain—How the Media Reorganize It
Era Internet of Things perlu menjadi perhatian penting, khususnya dalam perkembangan otak anak. Otak manusia modern ini banyak dibentuk oleh pengaruh keterpaparan Internet, juga televisi, video game, gadget dan peralatan elektrononik modern lainnya. Penelitian terhadap lebih dari 2.600 anak menunjukkan bahwa semakin belia anak-anak menggemari atau terpapar televisi, antara usia satu atau tiga tahun, akan mengalami masalah dalam hal kemampuan memberi perhatian atau fokus pada masa belajarnya kemudian.
…
Edward Hallowell, psychiatrist dari Harvard yang ahli dibidang masalah genetis Attention Deficit Disorder (ADD), telah melakukan penelitian adanya relasi antara media elektronik dengan meningkatnya penurunan kemampuan perhatian/fokus anak (bukan genetis). Media mengubah otak kita bukan karena pesan isinya (content), namun justru karena media itu sendiri. McLuhan berpendapat, setiap media akan mengatur otak dan cara berpikir kita, dengan cara unik, yang berdampak jauh lebih signifikan daripada dampak yang disebabkan oleh pesan contentnya. Seseorang yang sudah kecanduan bermain video game, akan menunjukkan gejala ketagihan untuk terus bermain, malas beraktifitas lain dan merasa ceria bila sedang bermain. Pola tindakan dalam video game seperti, cuts, edit, zoom, short cut dsb, akan mengubah otak, dan akan mempengaruhi tindakan nyata keseharian. Mengingat peristiwa dalam siaran televisi berlangsung cepat, hanya peristiwa penting saja, tidak seluruh proses kejadian (editing), maka penonton akan terpaku dan semakin sulit meninggalkan televisi, bahkan saat penonton berkomunikasi dengan sesamanyapun, mata tetap terpaku ke layar televisi. Akibat berbahayanya adalah, aktifitas berguna lainnya seperti membaca, berkomunikasi dengan sesama, perhatian saat belajar, menjadi semakin sulit. Ingat, budaya akan membentuk otak kita, karena hukum neuroplastisitas.
…
…
References:
Tinggalkan Balasan